Menyedihkan, Ketika Penderitaan Muslim Rohingya Terekam Kamera Drone!

Ngelmu.co – Ketika pemberitaan mulai sepi, mata dunia kembali terbelalak ketika penderitaan Muslim Rohingya Myanmar terekam kamera drone dan satelit. Kedua alat canggih itu adalah alat-alat yang membantu lembaga–lembaga HAM internasional guna memotret nestapa perjalanan 800 ribu pengungsi Rohingya yang menyeberangi Bangladesh dari Myanmar.

Selain merekam perjalanan para pengungsi Rohingya, dua alat canggih itu juga membantu menyediakan bukti kekejaman Myanmar yang bisa membantu menguatkan dunia internasional dalam menuntut keadilan terhadap Myanmar untuk Rohingya.

“Kami bisa mempertontonkan selama berjam-jam jumlah besar pengungsi menyeberangi perbatasan dan bagaimana begitu cepatnya kamp-kamp pengungsi menjamur, satu foto menangkap semuanya,” kata Andrej Mahecic, juru bicara badan urusan pengungsi PBB (UNHCR).

UNHCR memanfaatkan video dan foto dari drone untuk menunjukkan besarnya skala krisis pengungsi itu, dan sekaligus menjadi alat untuk meyakinkan masyarakat dan donatur untuk turut meringankan Rohingya.

UNHCR juga menggunakan satelit untuk menghitung dan mengidentifikasi keluarga pengungsi berdasarkan lokasi mereka di kamp-kamp Bangladesh demi memastikan siapa dari mereka yang lebih dulu harus ditolong, kata Mahecic kepada Thomson Reuters Foundation lewat email.

Foto atau video dari drone yang menangkap masuknya pengungsi ke Bangladesh telah menaikkan donasi untuk pelayanan kesehatan, air bersih dan makanan, kata Komisi Darurat Bencana (DEC), sebuah aliansi dari 13 badan kemanusiaan Inggris.

Badan-badan HAM berharap citra satelit bisa menyediakan bukti yang akan membantu diseretnya pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan Myanmar ke meja hijau internasional. Walaupun teknologi seperti drone dan satelit ternyata belum maksimal untuk digunakan karena terbatasnya anggaran dan berbedanya metodologi standar yang diterima pengadilan.

Sebelumnya foto satelit pernah digunakan Mahkamah Kriminal Internasional untuk wilayah bekas Yugoslavia (ICTY) guna membuktikan ada eksekusi massal pada 1995 di Srebrenica.

Human Rights Watch sendiri pernah membagikan foto-foto yang memperlihatkan pembakaran sekitar 300 desa di Myanmar, cuplikan video atau foto dari ponsel pengungsi, dan kesaksian para pengungsi, kepada Kantor Komisi HAM PBB.

“Kami menemukan sebuah lapangan dari citra satelit di mana orang-orang dieksekusi, yang bersesuaian dengan kesaksian dari banyak saksi mata,” kata Josh Lyons, analis citra satelit dari HRW.

Komisioner Tinggi HAM PBB, Zeid Ra’ad al-Hussein pernah menyatakan bahwa kekerasan terhadap Rohingya di Myanmar adalah “terang-terangan pembersihan etnis”. Saat ini, Komisi HAM PBB dalam proses mempelajari dan menentukan apakah yang menimpa Rohingya itu masuk kategori genosida.