Naik 10,1 Persen, Utang Luar Negeri RI Tembus Rp 5.602 Triliun

Ngelmu.co – Utang Luar Negeri (ULN) RI kian membengkak, menurut catatan Bank Indonesia (BI) hingga akhir kuartal II-2019 angkanya mencapai USD 391,8 miliar atau setara dengan Rp. 5.602,8 triliun.

Posisi tersebut naik 10,1 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Kenaikan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhannya pada kuartal sebelumnya yakni sebesar 8,1 persen (yoy).

Utang Luar Negeri

 

Penyebab Utang Luar Negeri RI Bengkak

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, hal ini terjadi diakibatkan oleh transaksi penarikan neto ULN dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sehingga utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS.

“Peningkatan pertumbuhan ULN terutama didorong oleh ULN pemerintah, di tengah perlambatan ULN swasta,” kata Onny dalam keterangan resmi, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019.

Posisi utang luar negeri RI hingga kuartal II terdiri dari utang pemerintah dan sentral sebesar USD 195,5 miliar serta utang swasta (termasuk Badan Usaha Milik Negara/BUMN) sebesar USD 196,3 miliar.

Sementara posisi ULN pemerintah tumbuh 9,1 persen (yoy) dan lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 3,6 persen (yoy).

Pertumbuhan utang luar negeri pemerintah yang meningkat sejalan dengan persepsi positif investor asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Onny mengatakan, kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia yang semakin meningkat, seiring dengan kenaikan peringkat Utang Indonesia oleh Standard & Poor’s.

Pada akhir Mei 2019 lalu, mendorong pembelian neto Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan global oleh nonresiden pada triwulan II-2019.

Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu:

  • Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial 18,9 persen dari total ULN pemerintah.
  • Sektor konstruksi 16,4 persen.
  • Sektor jasa pendidikan 15,9 persen.
  • Sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 15,2 persen.
  • Sektor jasa keuangan dan asuransu 14,0 persen.

Posisi ULN Swasta

Sedangkan, posisi ULN swasta pada akhir triwulan II 2019 tumbuh sebanyak 11,4 persen (yoy), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,3 persen (yoy).

Perlambatan ULN swasta, demikian BI, terutama disebabkan oleh meningkatnya pembayaran pinjaman oleh korporasi. Secara sektoral, utang luar negeri swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi.

Sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9 persen.

“Struktur ULN Indonesia tetap sehat. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal II-2019 sebesar 36,8 persen, membaik dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya.”

“Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 87 persen dari total ULN,” sebut laporan BI.