Berita  

Nakes Ini Rela 7 Jam Penuh Pakai Hazmat Meski Tak dapat Insentif

Perjuangan Nakes Pandemi Covid Corona
Potret ini bukan nakes yang ada dalam berita, melainkan sejumlah perawat yang sedang beristirahat dengan mengenakan APD lengkap di IGD khusus penanganan COVID-19, di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (5/6/2020). Foto: Antara/FB Anggoro

“Tapi karena memang sudah tugasnya melindungi anak, istri, dan orang tuanya di rumah, supaya tidak tertular penyakit,” sambungnya.

Tujuan Mark, membagikan potret perjuangan nakes–dalam hal ini Pentol–bukan untuk memanen belas kasihan.

Ia hanya berupaya, agar siapa pun yang masih kekeh menganggap pandemi COVID-19 tak benar-benar ada, bisa tersadar.

“Teman-teman, Covid itu ada. Jangan sombong hanya karena kita sehat hari ini,” pesan Mark.

Meskipun ia paham, bagaimanapun, dunia akan selalu menjadi paradoks. “Yang tidak peduli banyak.”

“Tapi saya percaya, yang peduli terhadap kesehatan, jauh lebih banyak. Tetap pakai masker!” pungkas Mark.

Dukungan Publik untuk Nakes

Saat Ngelmu menulis berita ini, cuitan Mark, telah di-retweet oleh lebih dari 10 ribu akun, dan di-likes hampir 38 ribu kali.

Sebagian besar juga mendukung Pentol, termasuk Mark, sebagai dua di antara sekian banyak nakes yang berjuang mengalahkan pandemi.

“Semua nakes yang seperti di foto-foto ini, yang sedang bertugas saat ini, saya ucapkan terima kasih banyak,” kata @iinpalupi.

“Mohon maaf, saya cuma bisa bantu doa yang terbaik untuk para nakes yang bertugas. Sukses di dunia dan di akhirat,” sambungnya.

“Semangat, ya. Stay safe and stay healthy,” imbuhnya lagi.

Begitu juga dengan @joko_sutono, “Ya, Allah, semoga mereka diberi kesehatan, lapang dada, sehingga pekerjaannya terasa menyenangkan.”

“Bagi kita yang tidak bekrja seperti mereka, bisa bantu dengan menjaga protokol kesehatan dengan baik,” lanjut Joko.

Baca Juga: 

Pemilik akun @AnisahKFitri1, pun menyampaikan terima kasih kepada Pentol, dan semua nakes di Indonesia.

“Saya menahan diri, tidak jalan-jalan, dan masih bisa makan, pipis, dan buang air besar, kapan pun saya mau,” tuturnya.

“Terima kasih, dan doa kami untuk keselamatan kalian semua,” sambung Anisah.

Sementara akun @CYaqin, yang mengaku pernah mengenakan hazmat, ikut bicara.

“Saya sendiri pernah merasakan gerahnya pakai hazmat. Enggak sampai satu jam, sudah mulai mandi keringat,” ujarnya.

“Apalagi lebih dari itu. Bisa-bisa dehidrasi, wajah memerah, kecapaian, keringat bercucuran, dan sebagainya,” sambungnya. “Please, patuhi prokes.”

Ada juga yang membenarkan pernyataan Mark, soal penuhnya rumah sakit rujukan COVID-19.

“Semuanya full. Istri terpapar sudah dua hari, tadi mulai kerasa sesaknya. Pontang-panting nyari oksigen, semua RS penuh,” akuan @liangirung.

“Akhirnya saya rawat sendiri, konsul via WhatsApp dengan dokter, karena istri komorbid dua penyakit, DM [diabetes mellitus] dan Lekeumia,” jelasnya.

“Nah, perawat yang sudah berjuang begini, tiba-tiba datang JRX, dengan enaknya ngomong. ‘Covid itu endorse. Covid itu konspirasi’,” sahut @kelvin086, mengkritik.

COVID-19 di Indonesia

Penambahan kasus harian positif COVID-19 di Indonesia, kembali melonjak.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mencatat rasio kasus (positivity rate) per Selasa (22/6) kemarin, mencapai 51, 62 persen.

Artinya, satu dari dua orang yang menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR), dan Tes Cepat Molekuler (TCM), terinfeksi COVID-19.

Rasio kasus adalah persentase dari jumlah orang yang dinyatakan positif, dibagi jumlah orang yang diperiksa, kemudian dikali 100 persen.

Kemarin, dari 24.987 orang yang menjalani tes PCR, 12.911 di antaranya positif.

Sementara yang menjalani TCM, 248 dari 505, positif.

Sisanya, kasus positif hari ini tercatat dari mereka yang menjalani tes antigen–sebanyak 509 orang dari 45.250.

Total kasus positif Selasa (22/6), mencapai 13.668 orang.