Opini  

Nikko Ilham, Apa Hubungannya Indonesia Tanpa Pacaran dengan Khilafah?

Ngelmu.co – Teruntuk pria yang menyebut dirinya sebagai Digital Content Creator, Nikko Ilham. Semoga tulisan ini sampai ke hadapan mata, dan bisa menjadi bahan pertimbangan.

Nikko—izinkan saya memanggil demikian—boleh saya tanya, apa hubungannya gerakan Indonesia Tanpa Pacaran, dengan Khilafah?

“Indonesia Tanpa Pacaran. Tapi baru kenal langsung kebelet ngajak nikah. Abis itu timbul banyak masalah. Solusinya? Ya khilafah. Hassshhh ramashok,” tulismu melalui akun Twitter, @nikkoilham, Ahad (29/12) kemarin.

Apa di mata Anda, semua pihak yang baru kenal kemudian mengajak untuk menikah, selalu berlandaskan rasa ‘kebelet’?

Jika iya, se-sempit itu ‘kah pemikiran Anda soal sepasang suami-istri yang saling menemukan, melalui perjalanan yang sesuai dengan syariat Islam?

Nikko, jika Anda memang tak bisa ‘memilih’ pasangan hidup menggunakan cara mereka yang memutuskan untuk tak berpacaran, haruskah Anda ‘menghakimi’ sosok yang sudah memiliki pengalaman demikian?

Seperti beberapa pandangan yang saya temukan, sebagai balasan dari cuitan Anda sebelumnya, berikut ini:

Monika: “Alhamdulilllah, sebulan kenal suami langsung diajak nikah. Namanya ta’aruf, Mas. Alhamdulilllah, hampir setahun nikah dengan laki-laki yang sangat baik segalanya.

Better you don’t say something, if you don’t understand 😉. Temen gue nikah setelah 8 tahun pacaran, bilang dia kayak ga kenal suaminya setelah nikah.

Karena beda yang ditampilin pas pacaran sama nikah. Well, nikah dengan pacaran atau tanpa pacaran sama-sama ga jamin ga ada masalah, sih.

Enggak bisa disalahin jalan orang ketemu jodohnya 😅.”

Dusri Mulya: “Dul, gua lawyer, banyak kasus cerai juga terjadi pada suami istri yang sebelumnya pacaran tahunan.

Jadi, masalah keluarga dan cerai itu bisa terjadi pada siapa aja. Baik yang dulunya pacaran atau yang ta’aruf.

Lu kurang jauh belajarnya kalau cuma salahkan ta’aruf dalam masalah rumah tangga.”

Ummi Alla: “Hehehe, kalau benci udah mendarah daging ya begini. Maksain, ga nyambung. Ane gak pacaran, nikah udah hampir 20 tahun.

Yang pacaran bertahun-tahun, nikah bentar, yang cerai juga banyak. Udah pernah cerai, Mas?”

Almira Ghaisani: “Maaf, Mas, jangan salahkan Indonesia tanpa pacarannya. Yang sebelum nikah pakai pacaran bertahun-tahun, juga tetap ada masalahnya.

Banyak kok yang baru kenal langsung nikah, tapi langgeng-langgeng aja. Tergantung pribadi masing-masing :)”

Leyla Hana: “Awalnya, kenalan memang sudah diniatkan untuk menikah. Kalau gak tau prosesnya, gak usah sok tau.

Saya nikah tanpa pacaran, alhamdulillah, sudah 14 tahun menikah. Masalah ya pasti ada, mana ada pernikahan tanpa masalah. Situ udah nikah?”

Dhony Firmansyah: Saya kenal istri tanpa pacaran, sampai sekarang baik-baik saja, Mas. Taat saja sama Allah, insya Allah keluarga beres. Oya.. btw, situ sudah nikah belum? Hehe.

Annisa Sekar Kasih: “Saya memutuskan untuk nikah tanpa pernah melewati proses pacaran. Baca proposal ta’aruf calon suami, merasa se-visi, dan cocok dengan karakternya.

Lanjut persiapan kurang lebih dua bulan. Alhamdulillah, dapat suami shalih, lembut, sabar, bertanggungjawab. Sudah 2 tahun 5 bulan, insya Allah sampai surga.”

Agus: “Saya nikah tanpa pacaran, alhamdulillah, sudah 18 tahun nikah. Karena tujuan saya nikah untuk mendapatkan Ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Untuk mendapatkan generasi anak Sholeh. Sebentar lagi anak pertama mau kuliah. Teman kantor saya, pacaran sejak SMA, malah nikah sama orang lain.”

Baca Juga: Ketika Pemuda Sholeh Menjawab Pertanyaan Wanita Gaul

Begini Nikko, jika belum bersedia—atau memang tak akan pernah memilih cara itu—rasanya Anda tak perlu mengusik, apalagi ‘nyinyir’.

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Ali: Hai Ali, janganlah ikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Karena pandangan pertama untukmu (dimaafkan) dan pandangan kedua tidak untukmu (tidak dimaafkan),” (H.R. Abu Dawud).

Awalnya, hanya berpandangan, kemudian berpegangan tangan, lalu mulai berduaan, dan akhirnya melakukan yang tak sepantasnya dilakukan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda:

“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya,” (H.R. Bukhari).

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga berpesan:

“Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu serta berkeinginan menikah, maka menikahlah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa di antara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu,” (H.R. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).

Jadi Nikko, jika mereka memilih untuk tidak berpacaran sebelum menikah demi menghindari dosa, mengapa harus Anda permasalahkan?