Opini  

Nussa Rara, Semakin ‘Diserang’ Semakin Menggemaskan

Nussa Rara

Ngelmu.co – Melalui akun Twitter pribadinya, pada Senin (11/1) lalu, Denny Siregar, menuding film animasi Nussa, didalangi oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Denny, bertanya kepada Sutradara yang juga CEO Visinema Pictures, Angga Sasongko, mengapa pihaknya tak meniru serial televisi animasi anak-anak, Upin & Ipin.

“Mereka tidak bicara agama, mereka tidak berpakaian agama, kecuali pas hari besar saja.”

“Tokoh-tokohnya beragam, dari ras Melayu, China, sampai India. Ada usaha keras untuk menyatukan ras-ras di Malaysia.”

“Bukannya malah besarkan film eksklusif binaan HTI,” demikian cuit @Dennysiregar7, Senin (11/1) siang.

Kicauannya tersebut tak hanya mendapat respons dari Angga.

Tujuannya yang mungkin ingin ‘menenggelamkan’ film animasi tersebut, justru membuat Nussa [dan adiknya Rara], menjadi semakin menggemaskan.

“Ingin tayangan berkualitas seperti ini ada? Jangan biarkan mereka jalan sendirian.”

“Kalau ada crowdfunding yang membutuhkan dana-dana kita. Agar produksinya tetap berjalan, maka dukunglah.”

“Ingat, industri kreatif di Indonesia, masih berjalan dengan Sumber Daya mandiri.”

“Kalau tidak kita dukung dengat kekuatan yang besar. Ada goncangan sedikit. Maka akan berhenti di tengah jalan.”

Pernyataan di atas merupakan pesan dari salah satu komikus Tanah Air yang juga Sekretaris Bidang Seni Budaya DPP PKS, Taufiq Yuniarto.

Pesan itu ia sampaikan, lewat akun Facebook pribadinya, Senin (11/1).

Baca Juga: Angga Sasongko Jawab Tudingan Denny Siregar soal Film Nussa Didalangi HTI

Sebelum diproduksi menjadi film, Nussa, memang mengawali perjalannya sebagai serial anak di YouTube.

Tim Nussa Rara, sukses mendapatkan sambutan luar biasa dari orang tua dan anak-anak se-Indonesia.

Jalan ceritanya sangat mendidik. Banyak sekali pelajaran yang terkandung di dalamnya.

Kualitas gambarnya juga dikerjakan dengan sangat serius.

Begitu juga dengan pengisi suara yang sudah sangat khas, baik Nussa pun Rara, punya tempat tersendiri di telinga para penontonnya.

Kembali lagi ke Nussa [dan Rara] yang menjadi trending di media sosial Twitter.

Upaya Denny mengaitkan film animasi ini dengan HTI, nampak sia-sia.

“Mas @anggasasongko, apa gak paham ya, kalau pilem Nusa ini yang bidani Felix Siaw?”

“Liat aja bajunya si Nusa, emang anak muslim Indonesia bajunya model gurun pasir gitu?”

“Setau saya, dari dulu kita sarungan deh. Hati-hati mas, jangan jadi jembatan propaganda mereka.”

Sayangnya, mereka yang sudah telanjur kagum dengan sosok Nussa dan Rara, tidak goyah sama sekali.

Bahkan, salah satu pengguna media sosial Twitter, yakni akun @kamalbukankemal, ikut bersuara.

Ia juga melampirkan, potret Nussa dan Rara dalam balutan ‘NKRI Harga Mati’.

“Mas @anggasasongko ‘kan memang sutradara kadrun,” sindir Kamal kepada Denny.

“Ini saya buat Nusa Rara versi NKRI harga mati Bang Denny,” sambungnya.

Baca Juga: Kapolda Jabar soal Kasus Denny Siregar, “Belum Cek, Baru Dengar dari Wartawan”

Tudingan Denny, juga dijawab tegas oleh Angga, selaku Produser Eksekutif film animasi Nussa.

Ia menjelaskan, bahwa pada proses kreatif dan produksi, tidak ada keterlibatan pemuka agama.

“Cerita dan skenario film ini digarap Skriptura, divisi IP Development Visinema Group,” tuturnya, lewat akun Twitter @anggasasongko, Senin (11/1) kemarin.

“Produksi animasinya oleh The Little Giantz, dan distribusi serta promosinya oleh Visinema Pictures,” sambung Angga.

Ia juga mengaku tidak paham, apa alasan Denny, sampai menyeret nama Ustaz Felix Siauw.

“Produsernya istri saya, @anggiakharisma. Penulis skenarionya dua, penulis saya di Visinema. Pendanaan juga dari Visinema dan The Little Giantz,” beber Angga.

Meski tak memungkiri jika Ustaz Felix, kemungkinan berteman dengan tim pembuat film Nussa, Angga menegaskan, “Bukan berarti mengintervensi pekerjaan kami.”

“Visinema sudah 12 tahun bikin film. Saya ga butuh pembelaan lebih jauh. Film-film kami, secara historis memberikan gambaran visi dan independensi kami,” jelasnya.

Lebih lanjut, Angga, mengaku menghargai jika maksud Denny adalah mengingatkan.

“Hanya saja menuduh dan mengkaitkan Nussa dengan satu kelompok, sangat menyesatkan,” kritiknya.

“Nussa dikerjakan banyak orang; dari berbagai suku dan ras, dari berbagai pemeluk agama,” tegas Angga.

Iya, Denny, membandingkan Nussa Rara, dengan Adit Sopo Jarwo, Keluarga Somad, hingga Upin & Ipin [film negeri tetangga yang juga digemari anak-anak].

Nussa Rara, di-cap anti toleransi dan anti keberagaman.

Menurut Denny, film anak seharusnya meniru Upin & Ipin yang menampilkan tokoh beragam.

Namun, menurut saya, film-film anak seharusnya bisa bebas berkembang, sesuai dengan jalan ceritanya masing-masing.

Semakin banyak variasi cerita, maka akan semakin baik pula.

Tidak perlu semuanya seperti Upin & Ipin, dan tak perlu juga semuanya seperti Nussa Rara.

Sebab, jika semuanya harus seragam, di mana letak keberagaman?

Bukan begitu, Bung?

Ngomong-ngomong, Nussa Rara semakin menggemaskan, ya, Bun?

Catatan: Menyadur [menyusun kembali cerita secara bebas tanpa merusak garis besarnya] tulisan Relawan Literasi PKS, Enjang Anwar Sanusi.