Pakar Ulas Ketidakamanan Jalan Tol Indonesia: Terutama untuk Kecepatan Tinggi

Jalan Tol Indonesia Tidak Aman
Foto: Kondisi mobil di lokasi kejadian, saat evakuasi kecelakaan maut VA. Dok. Diklantas Polda Jawa Timur

Ngelmu.co – Pemerhati konstruksi jalan raya dan jalan kereta api, Gatot Rusbintardjo, mengulas ketidakamanan jalan tol di Indonesia.

Ia menyampaikan pernyataan–secara tertulis–ini, setelah publik figur Vanessa Angel dan suami; Febri Ardiansyah, mengalami kecelakaan.

Peristiwa terjadi di Tol Jombang arah Surabaya, Km 672, dan keduanya tewas di tempat.

“Tetapi yang akan saya sampaikan berikut, bukan kecelakaan VA,” tutur Gatot.

“Yang akan saya sampaikan, bahwa jalan tol di Indonesia, tidak aman,” imbuhnya.

Mengapa jalan tol di Indonesia, tidak aman?

Gatot pun menjelaskan alasan pertama, yakni karena perkerasan jalan terbuat dari struktur yang kaku, yakni beton semen.

“Perkerasan dengan beton semen, tidak mempunyai skid resistance, atau kecil, skid resistance-nya,” ujarnya.

Skid resistance adalah daya cengkeram ban dengan permukaan perkerasan jalan.

Maka jika tahanan gelincirnya kecil, atau bahkan nol, saat melaju dengan kecepatan tinggi dan mengerem, mobil tidak segera berhenti.

Pasalnya, tadi, tidak ada daya cengkeram yang memadai, antara ban dan permukaan perkerasan jalan.

“Mobil akan meluncur cukup jauh, sebelum berhenti. Sehingga sering terdengar mobil menabrak truk atau mobil lain yang ada di depannya,” papar Gatot.

Lebih lanjut, ia menekankan, bahwa beton bukan untuk jalan tol yang dilewati oleh kendaraan berkecepatan tinggi.

“Sehingga salah [jika] membangun jalan tol dengan perkerasan kaku,” tegas Gatot.

Poin kedua, ia menyebut jalan tol di Indonesia, tidak aman, adalah karena di tengahnya terdapat pembatas dinding beton–tebal dan kokoh.

“Akibatnya, jika ada mobil yang selip, atau kemudinya berbelok, maka akan menabrak tembok beton,” kata Gatot.

“Dan karena kecepatannya tinggi, maka akibatnya fatal, seperti yang dialami mobil VA,” sambungnya.

Gatot juga menyampaikan, bagaimana sebenarnya jalan tol yang aman.

“Di tengahnya [median], harus berupa rumput dengan lebar minimal 2×5 meter, dan kelandaian 5 persen,” jelasnya.

Sebagaimana jalan Tol Jagorawi, pada awal dibuat.

“Dengan demikian, jika ada sopir mengantuk, atau mobil pecah ban, [maka] mobil tidak menabrak tembok beton,” kata Gatot.

“Tetapi meluncur di atas rumput yang landai, dan akhirnya berhenti dengan selamat,” imbuhnya.

Dalam ulasannya, Gatot juga kembali mengingatkan, bahwa jalan tol di Indonesia, tidak aman. Terutama untuk kecepatan tinggi.

“Taatilah rambu pembatas kecepatan,” pesannya. “Jangan bangga dapat menempuh waktu 3,5 [jam] dari Semarang ke Surabaya.”

“Tapi banggalah, dapat membawa keluarga dengan selamat, walaupun harus ditempuh dalam waktu lebih dari 4,5 jam,” lanjutnya.

“Semoga Allah, senantiasa memberikan keselamatan kepada kita semua,” pungkas Gatot.

Baca Juga:

Terpisah, Dirlantas Polda Jawa Timur Kombes Latif Usman, Kamis (4/11), mobil yang ditumpangi VA dan suami, berangkat dari Jakarta.

Lalu, di Km 673, kecelakaan terjadi.

“Semula, kendaraan Pajero dengan nopol B 1264 BJU, berangkat dari Jakarta,” tutur Usman.

“Setiba di Km 673+300/A, ruas tol Jomol, kendaraan tersebut tiba-tiba menabrak beton pembatas kiri ruas tol, dikarenakan sopir mengantuk,” sambungnya.

Setelah menabrak pembatas jalan, mobil terpelanting.

“Akhirnya, kendaraan Pajero tersebut terpelanting dan berputar, berhenti di lajur cepat,” kata Usman.

“Situasi pada saat kejadian, arus lalin landai lancar, cuaca cerah,” jelasnya.