Pangeran Arab Sebut Khashoggi Teroris Berbahaya, ini Kata Presiden Turki

Ngelmu.co – Pangeran Arab Saudi Muhammad bin Salman mengatakan bahwa wartawan Jamal Khashoggi adalah seorang ‘teroris berbahaya’.

Hal itu disampaikannya saat terlibat panggilan telepon dengan para pejabat Amerika Serikat beberapa hari setelah Khashoggi dinyatakan menghilang.

Mengutip seorang sumber tak disebutkan namanya, panggilan telepon itu dilakukan Pangeran Muhammad dengan menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner dan penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, beberapa hari setelah 2 Oktober.

“Dalam panggilan itu, pangeran mendesak Kushner dan Bolton untuk tetap mempertahankan hubungan antara AS dan Saudi,” kata sumber tersebut kepada surat kabar Washington Post, dikutip dari Middle East Eye, Sabtu (3/11/2018).

“Selain itu, dia juga mengatakan bahwa Khashoggi, yang merupakan orang dalam Saudi sebelum kemudian menjadi kritikus rezim Saudi, adalah anggota Ikhwanul Muslimin,” tambah sumber tersebut.

Ikhwanul Muslimin sendiri merupakan organisasi terlarang dan diasosiasikan sebagai kelompok ekstremis. Sumber tersebut menyatakan bahwa Bolton memberi isyarat tidak setuju dengan tuduhan Pangeran Muhammad kepada Khashoggi.

Dalam sebuah pernyataan di surat kabar tersebut, pihak keluarga membantah dengan keras bahwa Khashoggi bukanlah anggota Ikhwanul Muslimin sebagaimana yang dituduhkan oleh Pangeran Muhammad.

“Dia (Khashoggi) telah membantah klaim tersebut berulang kali selama beberapa tahun terakhir. Khashoggi bukanlah orang berbahaya dilihat dari mana pun. Jadi jika ada klaim sebaliknya, maka hal itu sangat konyol,” demikian pernyataan pihak keluarga.

Menanggapi hal ini, seorang pejabat Saudi membantah bahwa Pangeran Muhammad terlibat pembicaraan seperti itu dengan pejabat AS. Dia menyatakan bahwa panggilan seperti itu memang rutin dilakukan antara pejabat Saudi dan AS dari waktu ke waktu.

Namun dalam panggilan tersebut, tidak ada komentar dibuat oleh Pangeran Muhammad seperti yang dilaporkan surat kabar tersebut.

Di tempat terpisah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, ia mengetahui bahwa perintah untuk pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi berasal pejabat tertinggi pemerintahan Arab Saudi.

Namun demikian, dia tidak percaya bahwa perintah itu dikeluarkan oleh Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud.

Dalam sebuah artikel yang dimuat The Washington Post, pada Jumat (2/11/2018), Erdogan menuturkan Arab Saudi masih memiliki banyak pertanyaan yang harus dijawab terkait pembunuhan Jamal Khashoggi.

Pembunuhan Khashoggi tersebut, lanjut Erdogan, melibatkan banyak tim yang berasal dari sejumlah pejabat keamanan Arab Saudi. Oleh karena itu, Presiden Erdogan menuntut agar Pemerintah Arab Saudi mengungkapkan siapa yang mengirim tim tersebut dan siapa memerintahkan mereka untuk membunuh Khashoggi.

“Kami tahu bahwa para pelaku termasuk di antara 18 orang yang ditangkap di Arab Saudi. Kami juga tahu bahwa orang-orang ini datang untuk melaksanakan perintah untuk mereka, ‘Bunuh Khashoggi, lalu pergilah,” tulis Erdogan.

“Sebagai pejabat yang berada dalam komunitas internasional, kita harus mengungkapkan identitas dalang pembunuhan Khashoggi itu. Kita juga harus mengetahui pejabat Saudi yang menaruh kepercayaan mereka kepada para pelaku. Sebab, para pejabat itu berusaha untuk menutupi kejahatan para pelaku,” imbuhnya.

Erdogan yakin bahwa pembunuhan Khashoggi bukanlah kebijakan resmi Kerajaan Arab Saudi.“Saya tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa pembunuhan Khashoggi mencerminkan kebijakan resmi Arab Saudi. Sehingga, dengan cara pandang seperti ini, mengganggap pembunuhan Khashoggi dapat menimbulkan masalah antara kedua negara (Turki dan Saudi), adalah sebuah kesalahan,” tegas Erdogan.

Namun demikian, kata Erdogan, persahabatan dengan Arab Saudi tidak berarti bahwa Turki akan menutup mata terhadap kejahatan ini.“Kegagalan (pemerintah Arab Saudi) untuk menghukum para pelaku pembunuhan Khashoggi bisa menjadi preseden yang buruk (bagi mereka),” kata Erdogan.

Sebelumnya diberitakan, Khashoggi dinyatakan hilang setelah memasuki kantor konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober lalu. Pihak Saudi menyatakan bahwa Khashoggi keluar dari kantor konsulat beberapa saat setelah menyelesaikan urusannya, namun kemudian pihak Saudi meralat pernyataan itu.

Saudi mengakui bahwa Khashoggi terbunuh dalam kantor konsulat setelah terlibat perkelahian dengan staf di sana. Namun hingga kini, mayat Khashoggi belum ditemukan dan kasus ini masih berada dalam penyelidikan pihak berwenang.