Paus Fransiskus bahas Rohingya di Myanmar

Paus Fransiskus Senin ini terbang ke Myanmar untuk menjalani salah satu lawatan paling sensitifnya ketika saat bersamaan ketegangan luar biasa di negara yang mayoritas berpenduduk Budha telah memicu kemarahan dunia atas perlakuan negeri itu kepada minoritas Rohingya. Militer Myanmar dituduh melancarkan kampanye pembersihan etnis terhadap minoritas Rohingya yang sekitar 600 ribu di antaranya terpaksa eninggalkan negara bagian Rakhine ke Bangladesh dalam tiga bulan terakhir akibat operasi militer yang brutal.

Paus Fransiskus akan bertemu dengan panglima angkatan bersenjata Min Aung Hlaing selama lawatan dalam pertemuan yang amat diperhatikan dunia itu antara seorang pemimpin agama yang membela hak-hak pengungsi dengan orang yang selama ini dituduh bertanggung jawab atas pengusiran ratusan ribu orang Rohingya.
Paus juga akan bertemu dengan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, si peraih Nobel Perdamaian yang statusnya sebagai ikon moral ambruk seketika karena dunia menganggap dia tak punya simpati kepada Rohingya. 700 ribu penduduk Katolik Myanmar yang hanya satu persen dari total 51 juta penduduk Myanmar, secara umum menikmati perlakuan baik dari rekan-rekan sebangsanya yang mayoritas penganut Budha. Mereka antusiastis menyambut Paus pertama yang mengunjungi Myanmar.
“Menjelang persiapan saya mengunjungi Myanmar dan Bangladesh, saya ingin mengirimkan pesan salam dan persahabatan untuk semua orang. Saya tak sabar untuk bertemu Anda semua!” cuit Paus Fransiskus dalam pesan yang diposting dalam akun resmi Twitter-nya menjelang lawatannya itu yang juga akan berkunjung ke Dhaka, Bangladesh.
Paus Fransiskus sebelumnya telah bertemu Aung San Suu Kyi di Kota Vatican pada 2013 dan menyerukan dialog antar-agama di Myanmar.
Berbicara kepada 30.000 manusia yang memadati Lapangan Santo Petrus, beberapa saat sebelum meninggalkan Roma, Paus berkata, “Saya memohon Anda semua tetap bersama saya dalam doa, sehingga, demi orang-orang ini, kehadiran saya adalah menjadi tanda keakraban dan harapan”.
Sudah menjadi rahasia umum Paus Fransiskus sangat bersimpati kepada Rohingya dengan menyebut mereka “saudara-saudara” selain mengecam terceraiberaikannya ratusan ribu anak-anak akibat kekerasan.
Myanmar kini berharap agar Paus tidak mengucapkan kata “Rohingya” di tanah Myanmar, karena jika itu dilakukan akan memicu kemarahan publik yang umumnya mendukung tindakan militer kepada Rohingya dan umumnya tak mau mengakui eksistensi Rohingya, demikian AFP.

Artikel ini sudah dimuat pada Antara News

NEXT