Berita  

Pejabat Cina Akui Efektivitas Vaksin Sinovac Tergolong Rendah

Gao Fu vaccines Sinovac have low effectiveness

Ngelmu.co – Pejabat Cina mengakui efektivitas Sinovac, vaksin COVID-19 buatan salah satu perusahaan swasta di negaranya, tergolong rendah.

“Vaksin [Tiongkok] saat ini [Sinovac] tidak memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi.”

Demikian kata Direktur Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok Gao Fu, dalam konferensi pers, Sabtu (10/4) lalu, mengutip AP.

Ia juga menjelaskan, bahwa saat ini, pemerintah sedang mempertimbangkan pencampuran, guna memberi efek dorongan.

Padahal, Beijing telah mendistribusikan ratusan juta dosis vaksin Sinovac ke beberapa negara lain.

“Sekarang dalam pertimbangan formal, apakah kami harus menggunakan vaksin yang berbeda dari jalur teknis yang berbeda untuk proses imunisasi,” ujar Gao.

Tingkat efikasi vaksin Sinovac juga berbeda-beda di setiap negara penggunanya.

Peneliti Brasil menemukan bahwa Sinovac hanya mampu mencegah infeksi gejala di 50,4 persen.

Sementara berdasarkan uji klinis fase ketiga di Indonesia, efikasi Sinovac berada di 65,3 persen.

Meskipun menurut ahli alergi dan imunologi Iris Rengganis, hasil efikasi dari kedua negara, berbeda karena pengaruh karakteristik subjek ujinya.

Baca Juga: Kata Wamenag soal Vaksin Sinovac, “Tak Perlu Ragu, Halalan Thayyiban”

Kembali ke pemerintah Beijing. Sampai detik ini, pihaknya belum menyetujui penggunaan vaksin asing di Tiongkok.

Gao juga tidak merinci kemungkinan perubahan dalam strategi.

Namun, ia menyampaikan adanya pertimbangan untuk mencampurkan vaksin yang ada di Cina, dengan vaksin lain berbasis mRNA.

“Setiap orang harus mempertimbangkan manfaat vaksin mRNA untuk manusia,” kata Gao.

“Kita harus mengikutinya dengan hati-hati, dan tidak mengabaikannya hanya karena kita sudah memiliki beberapa jenis vaksin,” sambungnya.

Sebelumnya, Gao memang mempertanyakan keamanan vaksin mRNA, mengutip kantor berita resmi Xinhua.

Pada Desember 2020 lalu, Xinhua melaporkan, bahwa Gao, mengaku tidak bisa mengabaikan efek samping negatif mRNA.

Pasalnya, pihak yang menerima vaksinasi mRNA pertama kali adalah orang sehat, “Ada masalah keamanan,” menurut Gao.

Begitu pun dengan vaksin Pfizer-BioNTech yang menggunakan mRNA, pihaknya juga menanyakan keamanan serta efikasinya.

Terlepas dari itu, hingga Jumat (2/4) lalu, Gao mengungkapkan bahwa sudah 34 juta orang menerima dua dosis vaksin Tiongkok.

Salah Satu Vaksin yang Indonesia Pakai

Vaksin buatan Sinovac Biotech Ltd ini menjadi satu dari enam vaksin yang Indonesia pakai dalam upaya penanggulangan pandemi COVID-19.

Lima vaksin COVID-19 lainnya adalah buatan PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer Inc and BioNTech.

Juru Bicara Sinovac Liu Peicheng juga mengakui bahwa efikasi vaksinnya memang berbeda-beda.

Namun, menurutnya, penyebab hal tersebut bisa saja karena usia orang yang menerima vaksinasi, jenis virus, serta faktor lainnya.