Opini  

Pendidikan Anak di Tangan Orang Tua

Gambar hanya ilustrasi, kebersamaan orangtua dengan anak-anaknya.

Ngelmu.co – Pendidikan anak di tangan orang tua. Setuju? Pernahkah mendengar kalimat-kalimat seperti, “Kasian tu anaknya sekolah di Swasta” atau “Ah sekolahnya enggak favorit”? Sudah lama, kami abaikan dan tebal kuping dari kalimat tersebut.

Bagi kami yang notebene adalah seorang guru. Sejak anak masih kecil-kecil, sudah memiliki prinsip bahwa pendidikan tidak bergantung pada di mana dia di-sekolahkan.

Tapi pendidikan utama adalah kembali ke rumah, dan kami sebagai orangtuanya lah yang bertanggungjawab mendidik, serta mengajar mereka.

Sebab, kelak kami-lah yang akan ditanya di akhirat, tentang anak-anak kami. Bukan gurunya, kepala sekolah, atau wali kelasnya.

Anak-anak, kebetulan telah kami uji coba sekolah di sekolah negeri, setengah negeri, dan sekolah swasta. Masing-masing sekolah, selalu ada plus dan minus-nya, tidak ada sekolah yang sempurna.

Pada Akhirnya, Pendidikan Anak di Tangan Orang Tua

Gambar hanya ilustrasi, kebersamaan orangtua dengan anak-anak.

Ya, ujung-ujungnya konsep mendidik mereka kembali ke tangan kita sebagai orang tua. Apa yang mereka dapat di sekolah, jika positif ya alhamdulillah. Jika negatif? Maka harus kita perbaiki di rumah, dan menguatkan mereka.

Sebisa mungkin, sebaiknya kita hindari intervensi pola didik gurunya, kecuali dalam hal-hal yang membahayakan. Misalnya kasus bullying yang berulang di sekolah.

Ketika anak masuk sekolah, maka percayakanlah mereka pada institusi sekolah yang sudah kita teliti baik-baik.

Pendidikan anak, sebaiknya adalah mengedepankan masalah akhlak. Zaman sekarang, anak yang berakhlak, lambat laun mulai berkurang jumlahnya.

Sudah banyak contoh anak yang pintar dan sekolah di sekolah favorit, tapi gagal dalam hal akhlak atau adab.

“Mencetak anak pintar itu penting, tapi mencetak anak yang berakhlak, jauh lebih penting,”.

Sebab, saat kita tua, kita tak memerlukan anak-anak yang nilainya excellent. Kita tak memerlukan anak-anak yang mendapat penghargaan ini dan itu. Kita tak memerlukan anak-anak yang hartanya melimpah.

Tapi kita perlu anak yang bisa merawat kita kala sakit. Memandikan jenazah kita. Menyolatkan kita. Menggotong dan mengantarkan kita ke liang lahat. Mendoakan serta menjaga keluarga sepeninggalan kita.

Kita memerlukan anak-anak yang peduli dan berakhlak pada orang tua dan keluarganya.

Jangan terlalu sibuk dengan sekolah favorit ya, Pak, Bu. Pikirkan bagaimana nanti anak kita setelah kita tiada.