DPD RI: Penghadangan Ustad Abdul Somad Bentuk Arogansi

Ngelmu.co, JAKARTA – Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengecam aksi penghadangan yang dilakukan segelintir orang kepada Ustad Abdul Somad saat hendak melakukan safari dakwah di Kota Denpasar, Bali, Jumat lalu (8/12).

Aksi penghadangan Ustad Somad yang mengatasnamakan ‘cinta Pancasila dan NKRI harga mati’ malah dilakukan dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila dan berpotensi merusak harmoni antarumat beragama.

“Jika polisi tidak tegas melakukan tindakan hukum terhadap otak dan pelaku penghadangan, maka ke depan kejadian serupa akan terulang dan ini sangat berbahaya karena bisa menimbulkan keresahan sosial yang besar,” kata Fahira dalam keterangan tertulis kepada redaksi, Senin (11/12).

Jelas dia, peristiwa seperti ini bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya penghadangan terhadap ulama dan tokoh sudah pernah tejadi bahkan masuk bandara dan massa membawa senjata tajam.

“Namun, hingga saat ini saya belum mendengar ada tindakan hukum kepada para pelaku. Jadi, ke depan jika polisi tidak tegas, penghadangan terhadap ulama dan tokoh yang menurut versi mereka tidak cinta NKRI dan Pancasila pasti akan terjadi dan ini sangat berbahaya bagi keharmonisan bangsa,” tegas Fahira.

Fahira mengungkapkan, saat ini terjadi penurunan pemaknaan cinta Pancasila dan NKRI yang sangat mengkhawatirkan karena ada sekelompok masyarakat yang dengan percaya diri menyatakan diri paling Pancasila dan paling cinta NKRI, sementara kelompok yang lain anti Pancasila dan NKRI hanya karena berbeda pendapat, pandangan dan kritis terhadap pemerintah.

Penghadangan terhadap Ustad Somad, lanjut Fahira, selain bentuk kegagalan berpikir juga adalah bentuk arogansi mengatasnamakan Pancasila dan NKRI.

“Memaksa Ustad Somad ikrarkan kebangsaan apalagi disertai intimidasi, ancaman dan kata-kata kasar oleh gerombolan orang yang sama sekali tidak punya otoritas untuk itu adalah tindakan yang sangat merendahkan. Selama ini, yang mengundang Ustad Somad berceramah itu mulai dari pejabat negara, kepala daerah, bahkan satuan-satuan TNI di daerah, hingga kelompok pengajian biasa dari seluruh Indonesia. Mana mungkin mereka mengundang Ustad Somad kalau beliau anti NKRI,” ujar Senator Jakarta ini.

Kecintaan Ustad Somad terhadap NKRI, menurut Fahira, bukan lagi sekedar teriak-teriak ‘saya Pancasila saya NKRI’, tetapi sudah diamalkan. Ustadz Somad, rutin turun ke desa-desa terpencil mengajarkan cinta tanah air kepada anak-anak bangsa.

“Sekarang saya mau tanya, apa yang sudah dilakukan orang-orang yang menghadang Ustad Somad terhadap NKRI dan Pancasila? Inilah akibat jika merasa diri paling NKRI, paling pancasilais sehingga orang yang berbeda pendapat dan pandangan dianggap tidak cinta NKRI dan anti Pancasila. Paradigma seperti ini sangat berbahaya bagi keutuhan kita sebagai sebuah bangsa,” terang dia.

Oleh karena itu, sambung Fahira, kepolisian harus melakukan tindakan hukum terhadap otak di balik kejadian yang bisa memicu keresahan umat ini.

“Saya juga meminta kepada semua umat Islam untuk tenang, tunjukkan kita lebih dewasa menyikapi perbedaan pendapat, pandangan dan keyakinan,” tutupnya.