Berita  

Penjelasan Dokter Paru soal Jauhkan COVID-19 dengan Berhenti Merokok

Penjelasan Dokter Paru soal Jauhkan COVID-19 dengan Berhenti Merokok

Ngelmu.co – Tak jarang pernyataan pun penjelasan yang mengandung kalimat ‘berhenti merokok’, mendapat kritik dari para perokok. Argumen yang paling sering keluar adalah, “Apa hubungannya berhenti merokok dengan…,” segala persoalan yang di-kaitkan.

Seperti upaya berhenti merokok yang disebut menjadi salah satu cara menjauhkan diri dari virus Corona (COVID-19).

Benarkah demikian? Simak penjelasan dokter paru, dr Diah Handayani, SpP, dari Rumah Sakit Paru Persahabatan.

Ia menyarankan kepada para pecandu nikotin, untuk berhenti merokok demi meminimalkan risiko.

“Karena berhenti merokok juga meningkatkan imun,” bebernya di Hari Kanker Sedunia, seperti dilansir Detik, Selasa (4/2) lalu.

“Jadi, juga menjauhkan kita dari virus, termasuk dari virus Corona, dan juga menghindarkan dari risiko kanker,” sambungnya.

Menurut Diah, berhenti merokok utamanya mencegah risiko berbagai jenis kanker.

Pasalnya, dalam asap rokok, terkandung ratusan senyawa kimia berbahaya.

Sebagian di antaranya adalah karsinogenik, yang bisa memicu kanker.

Tak hanya bagi perokok, tetapi juga untuk orang lain yang mengisap asapnya [perokok pasif].

“Jadi haruslah berhenti merokok,” imbau Diah.

Baca Juga: Deretan Fakta tentang Guru Dansa yang Tertular Corona

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, mengabarkan jika dua warga Depok, Jawa Barat, positif terjangkiti virus Corona.

Kedua korban yang merupakan ibu (64) dan anak (31) itu, masih dirawat di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara.

Menanggapi kabar tersebut, Wali Kota Depok, Muhammad Idris, pun mengimbau kepada para warganya agar menjaga daya tahan tubuh.

“Yang lebih penting lagi, daya tahan tubuh kita menurun saat kita merokok. Sebab, virus ini akan menyerang saat tubuh kita lemah,” ujarnya saat jumpa pers di Balai Kota Depok, Jl Margonda Raya, Senin (2/3).

Ia juga mengimbau, agar para warganya memenuhi kebutuhan tidur yang cukup, serta mengonsumsi makanan serta minuman yang sehat.

“Cuci tangan dengan sabun ini penting,” lanjutnya.

Baca Juga: Perbedaan Menkes Terawan dan WHO soal Tingkat Kematian Flu Lebih Tinggi dari Virus Corona

Begitupun dengan Kepala Program Darurat Kesehatan WHO, Michael Ryan.

Dilansir businessinsider.sg, ia menyatakan jika merokok bisa menjadi hipotesis yang baik, mengapa virus mempengaruhi lebih banyak pria daripada wanita.

Paslanya, menurut Ryan, berdasarkan survei nasional tahun 2010 lalu, tentang merokok di Tiongkok, 62 persen pria Cina, dinyatakan pernah menjadi perokok.

Sementara wanita Cina yang pernah merokok hanya 3 persen.

“Ada perbedaan nyata antara pria dan wanita dalam wabah [COVID-19] ini, tentu saja ada perbedaan mencolok dalam kebiasaan itu di Tiongkok. Saya pikir seharusnya relatif mudah untuk membangun sains,” kata Ryan.

Namun, dalam penelitian terhadap 140 pasien virus Corona di Wuhan, hanya ditemukan 1,4 persen yang menjadi perokok saat ini.

Maka pernyataan Ryan, dinilai perlu didukung lebih banyak data, untuk kemudian menentukan apakah merokok menjadi salah satu faktor.

Tetapi ia menegaskan, bagaimanapun merokok merupakan faktor risiko terjadinya banyak jenis infeksi saluran pernapasan bawah.

“Kami berharap itu tidak berbeda di sini,” ujarnya.

Seorang ahli epidemiologi di kelompok medis Honor Health di Arizona, Saskia Popescu, pun mengatakan bahwa siapapun yang memiliki riwayat merokok, bisa lebih rentan terhadap COVID-19.

“Karena COVID-19 adalah penyakit pernapasan dan sering menyebabkan pneumonia, memiliki riwayat merokok dapat meningkatkan risiko gangguan pernapasan atau pneumonia yang lebih parah,” bebernya.