Opini  

3 Perbedaan Kasus UAS dan Ahok

Perbedaan Kasus UAS dan Ahok

Ngelmu.co – Kasus yang saat ini di hadapi Ustadz Abdul Somad (UAS), mulai dibanding-bandingkan dengan kasus yang pernah menimpa Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok. Sebenarnya, bisakah kedua kasus ini disamakan? Atau justru ada perbedaan kasus UAS dan Ahok?

3 Perbedaan Kasus UAS dan Ahok

Viralnya video ceramah UAS yang membahas tentang Salib, sebagai jawaban atas pertanyaan salah seorang jemaah, sampai hari ini belum juga tuntas.

Beberapa pihak, meminta UAS ‘diperlakukan’ sama sebagaimana Ahok diperlakukan tahun 2017 lalu, usai membawa-bawa surat Al-Maidah ayat 51, pada kunjungannya ke Kepulauan Seribu.

Namun, kita harus membuka mata dan menerima 3 perbedaan kasus UAS dan Ahok yang sangat jelas terlihat.

Perbedaan Kasus UAS dan Ahok

Perbedaan Kasus UAS dan Ahok

UAS saat Kajian Agama, Ahok saat Kunjungan Kerja

UAS menjawab tentang Salib, yang ditanyakan salah seorang jemaah, dalam kajian subuh yang rutin ia hadiri, di Masjid An-Nur, Pekanbaru.

Sementara Ahok, ‘menyeret’ Surat Al-Maidah ayat 51, ke tengah-tengah diskusinya dengan warga setempat, terkait perekonomian, Selasa (27/9/2016).

UAS Tokoh Agama, Ahok Pejabat Pemerintahan

Perbedaan kasus UAS dan Ahok yang kedua, terletak pada siapa mereka di mata khalayak ramai.

UAS dipandang sebagai tokoh agama, yang memang harus menyampaikan ajaran agama Islam, sesuai sunnah dan Alquran.

Ia berdakwah kepada umat Islam, agar yang tak paham menjadi paham, yang belum mengerti menjadi mengerti.

Sedangkan Ahok, menyebut Surat Al-Maidah ayat 51, saat menjelaskan dirinya tidak memaksa warga untuk memilih dirinya pada Pilkada 2017 lalu.

Namun, dalam pernyataan itu, ia menyertakan kutipan Surat Al-Maidah ayat 51.

UAS di Lingkup Internal, Ahok di Ruang Publik

Perbedaan kasus UAS dan Ahok yang sangat jelas terlihat adalah tempat.

UAS menjawab pertanyaan jemaah, di dalam lingkup internal, di rumah ibadah umat Islam, yakni Masjid, terkait ajaran agamanya sendiri, dan semua yang hadir di sana adalah Muslim.

Sementara Ahok, mengatakan hal tersebut di ruang publik, disaksikan banyak pasang mata, di mana tidak semua yang hadir di sana, mendengarkan narasinya, se-agama dengannya.

Maka, jelas kasus UAS dan Ahok, tidak bisa disamakan.

Isi ceramah UAS menjadi masalah, karena ada yang merekam, dan menyebarkannya ke khalayak ramai, setelah tiga tahun berlalu.

Sehingga, umat agama lain, merasa tersinggung dan mempermasalahkan ucapan UAS.

Tetapi UAS sudah memberikan klarifikasi, dan ia tetap menegaskan, dirinya tak merasa perlu minta maaf. Karena saat itu, dalam ceramahnya, ia hanya menjelaskan tentang aqidah agamanya, yakni Islam.

“Saya menjelaskan tentang aqidah agama saya, di tengah komunitas umat Islam, di dalam rumah ibadah saya,” tutur UAS.

“Bahwa kemudian ada orang yang tersinggung dengan penjelasan saya, apakah saya mesti meminta maaf?” imbuhnya bertanya.

UAS pun membacakan surat Al-Maidah ayat 73: “Sesungguhnya kafirlah orang yang mengatakan Allah itu tiga. Dalam satu, satu dalam tiga”.

“Saya jelaskan itu di tengah umat Islam, otomatis orang yang mendengar itu tersinggung atau tidak? Tersinggung?” ujarnya.

“Apakah perlu saya meminta maaf? Itu ajaran saya. Kalau saya minta maaf, berarti ayat itu mesti dibuang, Nauzubillah,” tegas UAS.

Tanggapan Netizen

Wiwik Darwaji: Jelas beda, UAS ceramah di hadapan orang muslim, dan di masjid, tempat tertutup khusus Muslim. Tentunya tidak bisa disamakan dengan kasusnya Ahok.

Justru yang kurang cerdas, orang yang suka mencampuri hukum agama orang lain, yang enggak perlu dipersoalkan, dicari persoalan.

Setiap agama mempunyai keyakinan dan hukum yang berbeda, yang tidak perlu dicampuri atau dikomentari oleh orang yang berbeda kenyakinan.

Apa kami pernah mempersoalkan ceramah pendeta di dalam gereja?

Abdul Jufri: UAS tidak bisa disalahkan, dia hanya menjelaskan dogma agama Islam, tentang patung, bukan mengomentari kitab suci agama lain.

Kalau Ahok, jelas mengomentari kitab suci agama lain. Jadi jelas, (UAS) sama sekali tidak menyinggung agama lain, dan ini disampaikan secara internal, beda. Jangan cari-cari masalah.