Perjalanan Panjang Mualaf Bernama Jule: dari Tak Suka Azan, Sampai Cinta Qur’an

Ngelmu.co – Wanita yang dahulu mengaku tidak suka dengan azan, kini begitu cinta dengan Al-Qur’an. Namun, perjalanan Julia Prastini (Jule), tidak instan.

Ia menyampaikan penuturannya ini pada satu sesi wawancara yang terunggah di kanal YouTube Pesantren DaQu.

Saat itu, muslimah yang masih berusia 18 tahun tersebut, ditanya mengenai latar belakangnya sebagai lulusan pesantren.

Jule pun menceritakan kisahnya dengan gamblang.

Menurutnya, sang ibu–yang juga seorang mualaf–ketika itu merasa belum cukup pantas untuk mengajarkan Islam kepada putri yang ia cinta.

Namun, ibunya ingin Jule bisa benar-benar memahami Islam.

Akhirnya, berdasarkan saran dari seorang ustaz, ibunya pun mendaftarkan Jule yang masih kelas 4 SD, ke sebuah pondok pesantren.

“Mama saya bingung [mau menyekolahkan anaknya di mana], karena enggak pandai juga ilmu agama.”

“Akhirnya berdasarkan saran seorang ustaz, dibilang ‘Sudah, masukin pesantren saja, Bismillah’.”

“Saat itu, saya langsung disuruh masuk pesantren, pas kelas 4 SD,” kenang Jule.

Singkat cerita, Jule pun dapat menghafal Al-Qur’an.

Lalu, masih dalam wawanara itu, Jule mendapat pertanyaan tentang bagaimana pandangannya terhadap Islam [sebelum bersyahadat].

“Dulu saya tuh enggak suka dengan azan. Menurut saya, ngapain sih orang mau ibadah saja diteriak-teriakin?”

“Iya, dulu saya kayak gitu,” ucapnya jujur. “Agama [lama] saya saja enggak pernah ada yang koar-koar ke gereja, kok.”

“Dulu saya enggak suka [azan], itu kayak mengganggu masyarakat gitu ‘kan? Dulu sih saya mikirnya kayak gitu.”

Baca Juga:

Pada video berjudul ‘Perjalanan Mualaf Julia yang Sulit‘; terunggah di kanal YouTube Wafiq Malik, Jule juga membagikan kisahnya.

Selebgram berdarah Cina ini memutuskan untuk bersyahadat, saat usianya masih sembilan tahun.

“Aku cerita mau masuk Islam ke mami, saat usia aku sembilan tahun,” tutur Jule.

Ia tidak menampik, jika masa awalnya menjadi seorang mualaf adalah hal yang sulit, mengingat sosoknya masih begitu belia.

Terlebih, sebelum masuk Islam, ia terbilang taat sebagai umat agamanya terdahulu.

Tiap akhir pekan, Jule selalu mengikuti sekolah Minggu, dan juga berbagai kelas lain.

Kehidupan keluarganya berubah, ketika sang ibu yang hendak menikah dengan pria muslim, mantap bersyahadat.

Awalnya; sebelum mendapat hidayah, Jule menolak keras ajakan sang ibu untuk masuk Islam.

“Masih ingat ucapan mami saat itu, harta mami yang ada di dunia hanya aku dan adik aku.”

Jule mengenang ucapan ibunya, “Kalau suatu saat mami meninggal, siapa yang mau doain mami?”

Itulah pernyataan yang akhirnya membuat Jule, memantapkan hati untuk tumbuh sebagai seorang muslimah, meski usianya masih sembilan tahun.

Baca Juga:

Perjalanan Jule, makin berat. Pasalnya, belum ada tiga bulan menjadi seorang mualaf, sang ibu mendaftarkannya masuk pesantren.

Jule pun sempat kembali menolak, sebelum akhirnya ingat bahwa sebagai anak, ia ingin berbakti kepada orang tua, khususnya sang ibu yang telah merawat sejak kecil.

Maka itu Jule menganggap, bersedianya ia menuntut ilmu di pesantren, sebagai salah satu caranya berbakti kepada ibu.

Meski demikian, bukan berati masa awal di pesantren menjadi mudah bagi Jule.

Di hari kedua, ia sudah menangis minta dijenguk. Namun, sang ibu terus mencoba menenangkan sekaligus meyakinkan bahwa Jule mampu.

Sang ibu menguatkan Jule untuk terus betah di sana. Ia ingin anaknya dekat dengan Allah, dan dapat memahami agama.

Walaupun tidak instan, akhirnya, Jule pun betah di pesantren. Ia bahkan mengaku menemukan banyak hal positif di sana; selain ilmu agama.

Seperti menjadi disiplin, belajar membagi waktu, membangun kemandirian, hingga bersosialisasi dengan banyak orang.

Setelah tamat SMP, Jule bahkan melanjutkan fokusnya untuk menghafal Al-Qur’an di SMA.

Di awal, ia sebatas menghafal Al-Qur’an, tanpa mencari tahu kemuliaan kitab suci tersebut.

Seiring berjalan waktu, Jule memahami bahwa menghafal Al-Qur’an bukan soal lancar atau banyak ayat yang dihafal.

Melainkan bagaimana seseorang menerapkan kandungan Al-Qur’an, dalam kehidupan.

“Hafal Al-Qur’an harus pakai hati, kalau pakai logika tidak akan masuk.”

“Dulu motivasi aku menghafal Al-Qur’an untuk dilindungi penduduk langit. Jadi semangat menghafalnya.”

Jule yang merupakan istri dari Daehoon–seorang mualaf asal Korea Selatan–pun berhasil menghafal Al-Qur’an.