Pertama kali mendapat kabar adiknya positif Covid-19, dengan saturasi yang juga sempat di bawah normal, Ienas, langsung cari tabung oksigen.
“Modal browsing, dapat beberapa kontak penyedia alkes [alat kesehatan] di Tuban. Semua menjawab sama, ‘Stok kosong’,” bebernya.
“Untunglah, setelah minum obat dan rutin proning, saturasi adik saya perlahan membaik, dan kemudian normal,” sambungnya bersyukur.
Batuk pun, lanjut Ienas, berangsur hilang. “Tapi saat kondisinya mulai membaik, gantian suaminya drop, dan ketika dites, positif [Covid-19].”
“Padahal, sejak mulai isoman, sudah tidak interaksi sama sekali,” imbuhnya.
Awalnya, adik ipar Ienas, juga isoman. Namun, mereka kesulitan mencari obat. “Di semua apotek, di Tuban, enggak dapat.”
“Akhirnya, minta tolong kenalan dokter di kota lain. Itu pun baru dapat sebagian, karena stok di sana juga menipis,” jelasnya.
Keadaan yang sempat membaik, kembali mengkhawatirkan, karena kemudian saturasi juga tensi, menurun.
“Akhirnya, dibawa ke RS. Sejak saat itu, kepikiran terus sama adik saya,” akuan Ienas.
“Dalam keadaan masih belum fit betul, mesti merawat suaminya di IGD,” lanjutnya nelangsa.
Ienas pun mengaku, hanya dapat mendampingi dari jauh, melalui WhatsApp.
“Tapi kadang jawabannya bikin hati mencelos,” ucapnya, sembari mengunggah tangkapan layar percakapannya dengan sang adik.
Setelah tiga hari di IGD, kata Ienas, Selasa (13/7), “Akhirnya bisa mendapatkan perawatan yang lebih intensif di Ruang Isolasi.”
Di akhir, Ienas, juga memohon doa, semoga sang ipar dapat segera pulih. “Amin.”
Setelah tiga hari di IGD, alhamdulillah kemaren akhirnya bisa mendapatkan perawatan yang lebih intensif di Ruang Isolasi.
Mohon doa semoga ipar saya segera sembuh kembali. Amin.
— ienas Tsuroiya (@tsuroiya) July 14, 2021
Ienas, bukan satu-satunya orang yang menyayangkan pernyataan ‘terkendali’, dari pemerintah.
Anda bisa baca tanggapan berbagai pihak di artikel lainnya, berikut ini: