Berita  

Pernyataan ‘Radikalisme Good Looking’ Dipertanyakan, Kemenag Beri Penjelasan

Menag Good Looking

Ngelmu.co – Dirjen Bina Masyarakat Islam, Kementerian Agama (Kemenag), Kamaruddin Amin, menjelaskan maksud dari pernyataan Menag Fachrul Razi, soal cara masuknya kelompok pun berbagai paham radikalisme ke masjid-masjid.

Dilansir CNN dan Detik, Kamaruddin, menjelaskan jika pernyataan Menag, hanya ilustrasi.

“Jadi, Pak Menteri, ingin mengetrek atau menarik perhatian publik tentang perlunya kita hati-hati dengan berbagai varian, cara modus, paham tersebut.”

“Paham-paham di lembaga pendidikan, di pengajian, majelis taklim,” sambung Kamaruddin, Jumat (4/9).

Menurutnya, Menag, hanya ingin agar masyarakat paham cara radikalisme masuk dan memengaruhi masyarakat.

“Menag hanya mengilustrasikan tentang pentingnya memagari, agar ASN [aparatur sipil negara] yang dipercaya mengelola rumah ibadah, tidak memiliki pandangan keagamaan ekstrem bahkan radikal, yang bertentangan dengan prinsip kebangsaan,” kata Kamaruddin.

“Supaya kita hati-hati, karena bisa masuk berbagai cara, terutama maksud-maksud, bisa saja dengan cara seperti itu, bisa saja itu sebagai salah satu contoh, tapi sesungguhnya modus bisa berbagai macam,” imbuhnya.

Kamaruddin menegaskan, pernyataan Fachrul, bukan dalam konteks menggeneralisasi Muslim.

Sebab, pandangan itu disampaikan Fachrul, dalam konteks seminar yang membahas strategi menangkal radikalisme di lingkungan ASN.

Solusinya, lanjut Kamaruddin, Fachrul menawarkan, agar pengurus rumah ibadah di instansi pemerintah dan BUMN, direkrut dari pegawai.

Pegawai yang dimaksud, mereka yang rekam jejaknya diketahui dengan baik. Bukan dari masyarakat luar.

“Jadi pandangan Menag itu, disampaikan terkait bahasan menangkal radikalisme di ASN,” jelas Kamaruddin.

Baca Juga: Bahas Cara Radikalisme Masuk Masjid, Menag Fachrul: Pertama Mereka Kirim Anak Good Looking

Sebelumnya, pernyataan itu disampaikan Fachrul, dalam kegiatan webinar bertajuk ‘Launching Aplikasi ASN No Radikal dan Strategi Menangkal Radikalisme pada ASN’.

Menurut Fachrul, salah satu cara masuknya kelompok pun berbagai paham radikalisme ke masjid-masjid adalah dengan ‘mengirimkan’ orang berpaham radikal yang memiliki penampilan menarik.

“Cara masuk mereka gampang, kalau saya lihat polanya, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab-nya bagus, hafiz [penghafal Al-Qur’an].”

“(Mereka) mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-lama orang situ (sekitar masjid) bersimpati, diangkat jadi ikut mengurus masjid.”

“Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya. Mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan.”

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, pun menanggapi pernyataan Fachrul.

“Kalau kita bicara radikalisme, jangan hanya di ujung atau di muaranya saja,” tegasnya.

“Tapi cari penyebabnya, sampai ke hulunya,” lanjut Ketua PP Muhammadiyah itu, dalam ‘Surat Terbuka untuk Menteri Agama’.

Wakil Ketua Umum MUI, Muhyiddin Junaidi, dalam keterangan terpisah, juga meminta agar Fachrul, bisa lebih banyak membaca literatur yang benar soal ajaran Islam.

Hal itu, kata Muhyiddin, lebih diperlukan daripada Fachrul, hanya membaca naskah yang disiapkan oleh pihak tertentu yang memiliki agenda ‘terselubung’.

“Menag harus banyak baca literatur yang benar, bukan ceramah yang disiapkan oleh pihak yang sengaja punya hidden agenda di negeri ini,” tegas Muhyiddin.

Di akhir, ia mengingatkan, jika tuduhan Fachrul yang tak berdasar itu, menyakitkan umat Muslim Indonesia.

Seharusnya, kata Muhyiddin, Fachrul dapat melihat banyaknya kontribusi umat Islam dalam memerdekakan bangsa ini.