Berita  

Prancis Kirim Kapal Induk Nuklir ke Mediterania, Erdogan Siap Pertahankan Kedaulatan Wilayah

Prancis Kapal Induk Nuklir Turki

Ngelmu.co – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengaku siap mempertahankan hak kedaulatan wilayah maritim di Laut Mediterania Timur.

Pernyataan itu ia sampaikan, setelah Prancis, mengirim kapal induk bertenaga nuklir milik Angkatan Laut, Charles de Gaulle.

Dikutip Ngelmu, dari KNews, Rabu (2/9), Prancis juga mengerahkan pasukan perang, lengkap dengan pesawat tempur.

Mereka dikawal kapal-kapal perang Corvert dan Fregat, bahkan kapal selam.

Kapal induk bertenaga nuklir terbesar di Eropa Barat itu, berangkat dari Pelabuhan Toulon.

Rombongan pasukan militer Prancis tersebut, bergerak dalam posisi siap tempur.

Namun, Erdogan, menyatakan siap berkorban nyawa demi mempertahankan hak kedaulatan wilayah maritim di Laut Mediterania Timur.

Bahkan, Erdogan menegaskan, tak takut berperang melawan negara manapun di Mediterania Timur.

Termasuk Yunani dan Prancis yang kini ‘bersekutu’.

Kondisi Turki, bisa dibilang dalam bahaya karena konfrontasi senjata terancam pecah.

Bersiap di Laut Mediterania Timur, saat ini sedang berlangsung latihan perang besar-besaran oleh Angkatan Laut Turki.

Latihan perang bersandi, dalam sebuah operasi ‘Navtex’, yang baru saja diperpanjang hingga 11 September mendatang.

Baca Juga: Erdogan Umumkan Temuan Gas Alam di Laut Hitam: Terbesar dalam Sejarah Turki

Sebenarnya, Prancis, bukan pihak langsung yang terlibat dalam sengketa maritim di Laut Mediterania Timur.

Sebab, pihak yang bersengketa dengan Turki adalah Yunani.

Namun, Prancis, menilai Turki bersalah karena melakukan kegiatan seismik di perairan tersebut.

Prancis, bahkan mengirimkan jet tempur ke Yunani, untuk membantu mereka memerangi Turki.

Diketahui, situasi di Laut Mediterania Timur, memanas pasca Turki memindahkan pasukannya dari Laut Hitam.

Pemicunya, tak lain karena kemarahan Turki, atas perjanjian batas maritim yang secara sepihak disepakati Yunani dan Mesir.

Turki tidak terima dengan hasil kesepakatan itu, karena sebelumnya, Turki sempat meredakan ketegangan di Mediterania.

Pihaknya menunda eksplorasi survei seismik yang digagas Stasiun Antalya Navtex, di selatan dan timur Pulau Kastellorizo Yunani.

Turki juga menunda semua aktivitas seismik untuk menghargai penolakan yang dilayangkan Yunani, terkait Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Tetapi usai Yunani dan Mesir menandatangani perjanjian ZEE, Turki pun nekat melanjutkan survei.

Pihaknya kembali melayarkan Oruc Reis, dengan dikawal kapal-kapal perang.