Opini  

Quick Count Itu Sains, Kok Lo Gak Percaya?

 

S: Lo khan pernah kuliah di fakultas sains, masak gak percaya metoda sains?

R: Begini Bro, gw bukan gak percaya, tapi penerapan metoda ini di pilpres pileg ada celahnya!

S: Maksud lw, lembaga survei memanipulasi data gitu?

R: oh tidak sama sekali. Mereka gak mungkin mempertaruhkan kredibilitasnya pakai data buatan atau palsu. Mereka bahkan menantang kok buka-bukaan data di media massa.

S: lah terus di mana celahnya?

R: Begini Bro, Lw tahu khan semua penyelenggara polling atau survei harus melaporkan ke KPU sebulan sebelumnya tentang metoda yang dipakai, kapan dan di mana surveinya dll. Nah kalau pun data ini rahasia, bisa gak pihak tertentu mencari tahu TPS-TPS mana aja yang akan dijadikan sampling saat Quick Count nanti?
Data TPS mana yang akan di sampling ini lah celahnya Bro.

S: Maksud lo gimana? apa yang dilakukan pihak tertentu itu setelah tahu TPS mana aja yang akan disampling untuk Quick Count?

R: Begini Bro salah satu cara kerjanya. Pihak tertentu ini lalu “meng-operasi” TPS-TPS sampling tersebut agar “output” nya pas hari H pemilihan sesuai yang diharapkan.

S: Ah gile lu Bro…. mahal banget khan mengoperasi 2 ribu hingga 3 ribu TPS.

R: Ya itulah salah satu struk harga yang harus dibayar untuk menciptakan opini kemenangan via Quick Count Bro. Lagian juga pihak-pihak tertentu itu sudah terbiasa dan lihai main politik uang sehingga sulit untuk dibuktikan. Jangan kan cuma 3 ribu TPS, uang mereka sanggup Bro untuk mengoperasi separuh dari TPS yang ada.

S: Trus lembaga-lembaga survei itu tahu gak sih celah ini?

R: Kalo menurut gw sih mereka sebenarnya tahu adanya celah ini. Tapi mereka khan sudah “merasa cukup” dengan melakukan metoda sains sesuai aturannya. pemilihan sampling itu juga berdasarkan data demografi dll, Gak sembarangan.

S: Oke kalo lw gak percaya Quick Count kita lihat hasil akhir Real Count nanti ya…

R: Nah udah bener langkah itu. Kita sabar menunggu Real Count ya. Gak usahlah lagi nyinyirin mereka yang gak percaya Quick Count adalah mereka yang tak percaya metoda ilmiah atau ilmu pengetahuan. Apalagi sampai bilang gimana membalikkan angka beda 7-8% atau 15 jutaan pemilih itu, Tapi dasarnya adalah angka Quick Count? Mereka mungkin pinter, tapi lugu.

S: Oke deh Bro… kita pelukan lagi….. di mana kita makan mie ayam nih? Laper!!!

Firtra Ratory

(Jurnalis, Alumnus FMIPA UI)