Berita  

Ramai-Ramai Bela BEM UI soal ‘Jokowi: The King of Lip Service’

BEM UI Jokowi The King of Lip Service
Foto: Twitter/BEMUI_Official

“Satire BEM UI, dibalas panggilan pimpinan kampus. Surat dibuat hari Ahad (27/6), untuk panggilan hari yang sama,” tulisnya.

“Luar biasa. Apakah UI bekerja 24 jam untuk melayani penguasa?” lanjut Donal, bertanya.

Ia juga melampirkan potret Rektor UI Prof Ari Kuncoro, yang juga Wakil Komisaris Utama BRI–sebelumnya menjabat Komisaris Utama BNI.

“Jadi, paham ‘kan kenapa pimpinan UI itu sangat sensitif dengan isu yang berkaitan dengan penguasa?” jelas Donal.

“BEM UI, tetaplah tegak,” tutupnya mendukung.

Memang bukan hanya masyarakat luas yang membela BEM UI. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis pun demikian.

“Biasa, mahasiswa itu nakal-nakal sedikit biarin saja. Itu tanda cerdas. Indonesia ini berkali-kali berubah, karena gerakan mahasiswa,” tuturnya.

“Nurani bangsa itu mahasiswa yang jernih, membaca arah pemerintahaan,” imbuhnya.

“Meski kadang nyakitin, tapi itu cermin pemuda calon pemimpin dan intelektual bangsa,” kata KH Cholil.

Kehidupan Akademik Tak Sehat

Pendiri Islami.co yang juga Direktur nu.or.id, Savic Ali, menilai potret ini menunjukkan tidak sehatnya kehidupan akademik.

“Jika rektorat udah manggil-manggil mahasiswa urusan protes, artinya kehidupan akademiknya sudah enggak sehat,” ujarnya.

“Dan yang bikin gak sehat, biasanya pulitik,” sambung Savic. “Namanya mahasiswa protes pejabat publik, ya, wajar.”

“Kalau mahasiswa enggak pernah protes, baru enggak wajar,” jelasnya. “Enggak pakem demokrasi mahasiswa protes dipanggil-panggil. Enggak zaman,” tegas Ali.

Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Nadirsyah Hosen atau yang lebih akrab dengan sapaan Gus Nadir, juga ambil suara.

Ia, mengomentari pernyataan Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI Amelita Lusia.

“Presiden Republik Indonesia yang merupakan simbol negara.”

“Humas UI mengatakan presiden adalah simbol negara,” kata Gus Nadir. “Ini keliru.”

“Simbol negara itu menurut UU Nomor 24 Tahun 2009 adalah bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan. Presiden tidak termasuk,” imbuhnya.

Sementara dokter kardiologi, dr Berlian Idriansyah Idris (Bili), mengajak untuk mengingat ke belakang.