Berita  

Respons Pemerintah Usai Kasus COVID-19 Capai 1 Juta

Covid Corona 1 Juta

Ngelmu.co – Pemerintah merespons kasus COVID-19 yang telah mencapai angka satu juta–akumulasi dari kemunculan virus Corona pertama kali di Indonesia, Senin (2/3/2020), hingga Selasa (26/1) kemarin.

COVID-19 Tembus 1 Juta, Pemerintah Merespons

Presiden Joko Widodo (Jokowi), memanggil sejumlah menteri ke Istana Kepresidenan, Jakarta, untuk menggelar rapat terbatas.

Menjadi salah satu yang ikut hadir, selesai rapat, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, pun menyampaikan beberapa pesan.

“Angka ini membuat kita harus merenung, dan ada dua momen penting yang harus kita sadari.”

Demikian tuturnya, dalam keterangan pers, mengutip kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (26/1).

Budi mengatakan, makna pertama adalah saatnya Indonesia, berduka, karena banyak sekali pasien yang meninggal, seiring terus meningkatnya kasus.

Bahkan, sudah lebih dari 600 tenaga kesehatan, gugur dalam menghadapi pandemi ini.

“Mungkin sebagian dari keluarga dekat dan teman dekat, sudah meninggalkan kita,” ujar Budi.

“Itu momen pertama yang harus kita lalui, bahwa ada rasa duka yang mendalam dari pemerintah, dari seluruh rakyat Indonesia, atas angka ini,” imbuhnya.

Sementara kerja ekstra keras yang harus berlanjut menjadi makna kedua.

Sebab, dengan demikian, pengorbanan para tenaga kesehatan selama ini, tidak menjadi sia-sia.

“Angka satu juta ini memberikan satu indikasi, bahwa seluruh rakyat Indonesia, harus bersama dengan pemerintah,” kata Budi.

“Bekerja bersama untuk atasi pandemi ini dengan lebih keras lagi. Kita teruskan kerja keras kita,” sambungnya.

Kerja Keras Kurangi Laju Penularan

Budi, juga meminta kepada seluruh masyarakat untuk bekerja keras, mengurangi laju penularan.

“Ada dua hal yang harus kita lakukan bersama-sama, ada dua hal, kerja keras, sangat keras, dan ekstra keras bersama-sama,” imbaunya.

Menerapkan disiplin protokol kesehatan (prokes) pencegahan virus sebagai langkah pertama.

“Kita harus memastikan, kita harus bekerja keras mengingatkan diri kita sendiri, mengingatkan teman-teman kita, mengingatkan keluarga kita, dan seluruh rakyat yang ada di lingkungan kita, agar disiplin protokol kesehatannya kita patuhi,” kata Budi.

Sedangkan bekerja keras melakukan testing, tracing, dan treatment (3T), menjadi langkah kedua.

Budi pun berjanji, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan memastikan proses 3T, berjalan dengan baik.

“Tujuannya hanya satu, mengurangi laju penularan, flattening. Dengan ini, kita bisa mengendalikan penyebaran dari pandemi ini,” jelasnya.

Baca Juga: Viral Tiup Lilin dan Suap-suapan di Acara PDIP Bali, Ini Kata Koster dan Dokter

Jika laju penularan bisa terkendali, kata Budi, maka beban berat fasilitas pelayanan kesehatan juga dapat berkurang.

Artinya, pihak-pihak terkait, termasuk tenaga kesehatan, juga akan punya waktu lebih banyak dalam merespons pandemi ini.

“Kita bisa secara gradual, mengurangi penularan virus ini sampai, insya Allah, satu saat kita bisa menghilangkannya sama sekali–mengeradikasi virus ini,” harap Budi.

Percepatan Vaksinasi

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, pada kesempatan berbeda, menyampaikan perlunya percepatan serta keserempakan program vaksinasi [untuk membangun kekebalan kelompok–herd immunity].

“Perlu ada kecepatan. Itu kuncinya. Kenapa perlu cepat dilakukan vaksinasi kepada dua per tiga populasi? Agar memiliki antibodi.”

Demikian kata Tito, saat Rapat Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19, Senin (25/1) lalu.

Ia juga mengatakan, antara pemerintah pusat, daerah, hingga ke tingkat desa, perlu ada keserempakan untuk melakukan mobiliasi vaksinasi.

[Mobilisasi yang dimaksud seperti kesiapan pemerintah daerah dalam menggelar vaksinasi, termasuk penyiapan infrastruktur yang memadai].

“Dimobilisasi infrastruktur, mulai fasilitas kesehatannya, pengadaan vaksinatornya, kemampuan mereka untuk melakukan vaksin,” jelas Tito.

Minta Pemda Evaluasi

Mendagri, juga meminta pemerintah daerah untuk mengevaluasi program pengendalian penyebaran COVID-19.

Evaluasi tersebut, kata Tito, dapat berlangsung melalui pembentukan tim yang bertugas untuk melihat kontributor penyebaran kasus.

“Tiap-tiap daerah, belum tentu kontributor peningkatan angka positive rate itu sama, belum tentu sama,” ujarnya, mengutip laman resmi Kemendagri, Selasa (26/1).

“Oleh karena itu, tiap-tiap kota itu [perlu] memiliki tim yang bekerja untuk mendalami, mengevaluasi, apa kontributor utama dari kenaikkan angka di daerah Bapak dan Ibu sekalian,” imbuhnya.

Sementara itu, sehari sebelum jumlah kasus positif COVID-19 menyentuh angka satu juta, Presiden Jokowi, mengucap syukur.

Pasalnya, menurut Jokowi, pemerintah telah mengatasi dua krisis yang timbul akibat pandemi–krisis kesehatan dan ekonomi.

“Kita bersyukur, Indonesia termasuk negara yang bisa mengendalikan dua krisis tersebut dengan baik,” tuturnya, saat memberi sambutan secara virtual pada Sidang MPL-PGI [Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia], Senin (25/1).

Namun, Jokowi tetap mengakui jika persoalan pandemi belum sepenuhnya berakhir.

Maka itu ia meminta, agar masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Pemerintah, kata Jokowi, saat ini akan bergantung pada vaksin untuk mengendalikan penyebaran virus.

Menurutnya, pemerintah siap untuk menyuntikkan vaksin secara massal, “Kita telah menyiapkan 30 ribu vaksinator.”

“Sepuluh ribu puskesmas, dan 3.000 rumah sakit yang akan mendukung vaksinasi, kepada kurang lebih 181,5 juta rakyat Indonesia,” jelas Jokowi.

Tembus 1 Juta Kasus

Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Selasa (26/1), pukul 12.00 WIB, total kasus COVID-19 mencapai angka 1.012.350.

Terhitung sejak pertama kali muncul di Indonesia, 2 Maret 2020 lalu.

Dalam data yang sama juga tercatat adanya penambahan pasien sembuh, sebanyak 10.868 orang dalam satu hari.

Dengan demikian, totalnya menjadi 820.356 orang, sejak awal pandemi.

Tetapi jumlah pasien yang meninggal akibat COVID-19 pun masih terus bertambah.

Dalam 24 jam terakhir, data itu mencatat penambahan 336 pasien COVID-19 yang tutup usia.

Sehingga angka kematian COVID-19 di Indonesia, saat ini berjumlah 28.468 orang.