Berita  

Respons Unggahan Video Diaz Hendropriyono, Yenny Wahid Bela Para Santri

Yenny Wahid Bela Santri Tutup Telinga dari Musik

Ngelmu.co – Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid), merespons unggahan video–santri antre vaksin–di akun Instagram pribadi Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono.

Ia menyampaikan tanggapannya, saat membagikan ulang video tersebut melalui akun Instagram, @yennywahid, Selasa (14/9) malam.

“Santri ma’had tahfidz Qur’an, menutup kuping ketika melakukan vaksinasi,” tutur Yenny di awal takarir.

“Banyak yang mengkritik mereka, bahkan mengatakan mereka radikal,” imbuhnya.

Tak sepakat dengan cap radikal yang disematkan oleh segelintir pihak, Yenny pun menuturkan dua catatannya.

“Pertama, saya senang, para gurunya mengatur agar mereka divaksinasi,” ujarnya.

“Dengan divaksin, mereka bukan saja melindungi dirinya, tetapi juga orang-orang di sekelilingnya dari ancaman Covid-19,” sambung Yenny.

Kedua, putri dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menekankan, bahwa menghafal Al-Qur’an, bukan pekerjaan mudah.

“Kawan baik saya, Gus Fatir dari pesantren Pondok Pesantren Al-Kenaniyah, belajar menghafal Al-Qur’an, sejak usia 5 tahun,” cerita Yenny.

Menurutnya, Gus Fatir mengatakan, bahwa dalam upaya menghafal Qur’an, untuk dapat lebih berkonsentrasi, memang perlu suasana tenang dan hening.

“Jadi, kalau anak-anak ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Qur’an, dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator bahwa mereka radikal,” tegas Yenny.

Lebih lanjut, ia mengajak semua pihak agar bisa lebih proporsional dalam menilai sesama.

“Janganlah kita dengan gampang memberi cap seseorang itu radikal, seseorang itu kafir, dan lain-lain,” pesannya.

Menyematkan label pada orang lain, sambung Yenny, hanya akan membuat masyarakat terbelah.

“Mari kita belajar untuk lebih saling mengerti satu sama lain,” ujarnya.

“Dan itu bisa dimulai dengan memahami dan menerima, bahwa nilai yang kita anut, tidak perlu sama untuk bisa tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia,” imbuhnya.

Di akhir, Yenny juga menyemangati para santri–yang ada dalam video viral tersebut–untuk terus semangat menghafal Al-Qur’an.

“Buat adik-adik ma’had tahfidz, semangat terus, ya, dalam upaya menghafal Al-Qur’an,” ucapnya.

“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala, memberikan barokah berlimpah untuk kalian semua,” pungkas Yenny.

Musikus Hingga non-Muslim juga Membela

Bukan hanya eks Komisaris Independen Garuda Indonesia itu yang membela hak para santri.

Musikus hingga warganet yang mengaku non-Muslim, juga demikian.

Ngelmu mendapati komentar Umaru Takaeda pada unggahan Instagram, @diaz.hendropriyono.

“Saya musisi, dan menurut saya, enggak ada yang salah santri itu nutup kupingnya,” belanya.

“Karena mereka [para santri] enggak mau hafalan mereka hilang. Susah menghafalkan Qur’an, Mas Diaz,” sambung Takaeda.

Ia juga menyoroti cara Diaz, yang membandingkan sikap para santri dengan warga Timur Tengah yang asyik berjoget.

“Kalau kita lihat di Arab, enggak semua [di sana] Muslim, dan enggak semua hafal Qur’an. Jadi, enggak apple to apple,” tegas Takaeda.

Sementara musikus lainnya, yakni Ebith Beat’A, menggarisbawahi pernyataan Diaz, ‘dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah’.

“Tahu dari mana kalau itu salah?” tanya Ebith ke Diaz. “Aya-aya wae. Padahal itu pilihan mereka.”

“Jadi, hormati saja pilihan mereka, seperti begitu, ya ‘kan?” sambungnya, mengingat Diaz, memang kerap membahas soal toleransi.

Baca Juga:

Belum selesai. Wakil Ketua Bidang Pariwisata Rumah Millennials, yakni Irsyad Al Ghifari, juga mengkritik Diaz.

“Katanya open minded lo, Bro, yang begini saja enggak bisa menerima perbedaan,” tuturnya.

“Silakan orang dengar musik, dan silakan juga yang punya keyakinan tidak mendengarkan musik,” sambung Irsyad.

“Sekelas Anda mengurusi beginian. Makasih sudah menunjukkan kelasnya, yang ternyata cuma segini,” imbuhnya lagi.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Irsyad Al Ghifari (@masirsyad_)

Sementara seorang warganet yang mengaku non-Muslim, yakni Naomi Asyma, meninggalkan komentar pada unggahan Yenny, seperti berikut:

Saya non-Muslim, tapi saya sangat memahami sekali dengan logika di balik mengapa seorang penghafal doa atau ayat, butuh konsentrasi tinggi dan suasana yang tenang.

Tanpa disrupsi dari bunyi-bunyian lain, karena memang akan mengganggu konsentrasinya.

Karena saya pun melihat bagaimana pendeta-pendeta Buddhist, harus berada pada suasana tenang dan hening, saat menghafalkan doa-doa mereka.

Jadi, memang tidak ada hubungannya dengan sifat radikal. Itu opini saya, ya.

Demikian pendapat Naomi, yang langsung mendapat balasan dari Yenny, “Komen juara,” tulisnya, lengkap dengan emotikon jempol.

Baca Juga:

Sebelumnya, Diaz mengunggah video santri menutup telinga, karena enggan mendengarkan musik, di akun Instagram pribadinya.

Namun, selain membandingkan sikap para santri dengan video warga Timur Tengah yang asyik berjoget, takarir unggahannya juga mengundang amarah netizen.

“Sementara itu… Kasihan, dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah,” tulis Diaz.

“Tidak ada salahnya untuk sedikit bersenang-senang!” sambungnya lagi.

Selengkapnya, baca di:

Gus Nadir: Jangan Buru-buru

Terlepas dari unggahan Diaz dan respons Yenny, tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) juga buka suara.

Melalui akun Twitter pribadinya, @na_dirs, ia berpesan, “Enggak harus buru-buru dianggap kayak Taliban.”

Sebab, kata Gus Nadir, ada ulama yang bilang hukum mendengarkan musik itu haram, tetapi ada juga yang membolehkan.

Berikut tanggapan Gus Nadir, selengkapnya:

Ulama yang bilang haram juga punya dasar rujukan. Pada titik ini, ya, kita saling hormat saja terhadap pilihan yang berbeda.

Bagi yang bilang haram, mendengarkannya dianggap berdosa dan bisa membuat hafalan Qur’an menjadi lupa.

Bagi yang bilang boleh, mendengarkan musik dapat melalaikan untuk murajaah, karena hafalan memang mesti dijaga dan diulang-ulang terus.

Jadi, belum tentu semua santri yang enggak mau dengar musik karena sedang menghafal Qur’an itu akibat menganggap musik haram.

Sikap para santri di video yang menutup telinganya itu bagus. Mereka tidak mengamuk atau memaksa musik dimatikan.

Justru di sana terlihat toleransi, ustaz dan santri untuk memilih menutup telinga dan menjaga diri, ketimbang memaksakan paham mereka dengan cara kekerasan.

Bukankah esensi toleransi ada di sana? Jadi, jangan buru-buru mengaitkan mereka dengan paham Islam garis keras, hanya karena mereka berbeda pemahaman.

Kalau lihat cewek pakaian seksi, apa Anda marah-marah dan paksa ia pakai jilbab? Tidak.

Kalau Anda mau, cukup tundukkan pandangan, dan berlalu. Simpel. Ini toleransi.

Apa lalu cewek tersebut marah-marah dan tersinggung, “Hei, lihat dong. Masa malah enggak lihat gue! Radikal lu, ya!”

Enggak gitu, lah.