Memahami Maksud ‘Rezekimu di Langit’, Bagaimana Mendapatkannya?

Rezekimu di Langit
Ilustrasi

Ngelmu.co – Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu,” (QS. Az-Zariyat: 22).

Manusia pasti bertanya-tanya maksud ‘rezekimu di langit’, dan tidak sedikit pula yang kemudian melanjutkan keingintahuan mereka kepada bagaimana cara mendapatkannya.

Proses rezeki ini sangat rumit. Salah satunya, kita dapat menyimak sekaligus merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Ia kehendaki, dan Ia (pula) yang membatasi (bagi siapa yang Ia kehendaki). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang beriman,” (QS. Ar-Rum: 37)

Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa Allah yang membagi rezeki di antara manusia, dan prosesnya adalah mukjizat.

Maka Allah berfirman, “Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)…”

‘Tanda’ di dalam Al-Qur’an berarti mukjizat yang patut direnungkan untuk menambah keimanan, ‘bagi kaum yang beriman’.

Sebagaimana diketahui, dunia kini mengikuti berbagai hukum ekonomi yang dibuat oleh para ahli.

Lalu, menjadikannya acuan dalam menjalankan roda ekonomi.

Lantas, di mana letak kemukjizatan yang berhak direnungkan untuk menambah keimanan, bahwa Allah yang sebenarnya membagi rezeki?

Rezeki bukan berasal dari sekadar kerja keras manusia.

Siapa yang merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an, insya Allah dapat melihat bahwa kata rezeki dan derivasinya, disebutkan sebanyak 123 kali.

Jika didalami pada ayat-ayat terkait, kita mendapati bahwa Allah mengaitkan rezeki dengan beberapa hal utama. Di antaranya:

Kehendak Allah

“Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang Ia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat,” (QS. Ar-Ra’d: 26).

“Allah Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya; Ia memberi rezeki kepada siapa yang Ia kehendaki, dan Ia Mahakuat, Mahaperkasa,” (QS. Asy-Syura: 19).

Takwa

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Ia akan membukakan jalan keluar baginya,” (QS. At-Talaq: 2).

“Dan Ia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya…” (QS. At-Talaq: 3).

Sangat menarik, karena ternyata semua ayat yang berbicara tentang rezeki itu, mengaitkan rezeki secara langsung dengan Allah.

“Hanya Allah yang memberi rezeki!”

Sementara cara mencari rezeki dalam berbagai hukum ekonomi adalah dengan bekerja.

Berbagai teori yang dibuat oleh para ahli ekonomi itu hanyalah sebab-sebab yang ditundukkan Allah, untuk mendapatkan rezeki.

Persis seperti sebab-sebab kematian.

A meninggal, karena serangan jantung. B meninggal, karena kecelakaan. C meninggal, karena sakit kanker; dan seterusnya.

Banyak sebab, tetapi berbagai hal itu hanyalah alur, karena akhir kehidupan manusia telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Begitu juga dengan rezeki yang punya banyak sarana seperti perdagangan, industri, pertanian, kerja dan usaha lainnya.

Namun, semua hanya sarana, sementara rezeki untuk makhluk-Nya, telah disiapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Meski demikian, kita harus merenungkan sebagian hal yang memang perlu diperhatikan. Agar kita mengetahui mukjizat Allah di dalam rezeki.

Bill Gates menjadi orang paling kaya di dunia.

Bagaimana ia mengumpulkan kekayaannya? Berapa lama ia menghabiskan waktu untuk itu? Apa usaha yang dilakukannya?

Dahulu, orang ini miskin, tidak punya apa-apa.

Namun, terbetik dalam pikirannya untuk membuat perangkat komputer bisa tersedia bagi semua orang; dengan harga yang dapat diterima.

Ia pun berhasil mewujudkan gagasan tersebut.

Muncul lagi gagasan lain, yakni menjadikan internet tersedia bagi semua orang.

Ia juga berhasil mewujudkan gagasan itu.

Demikianlah rangkaian idenya muncul, hingga melalui sebab tersebut, kekayaannya terus bertambah secara spektakuler.

Baca Juga:

Di sini, kita bisa mengatakan bahwa rezeki lebih banyak berkaitan dengan ide-ide yang dimiliki manusia, bukan dengan kerja otot.

Sebab, jika rezeki berkaitan dengan kerja otot, seharusnya Bill Gates, menjadi orang paling miskin.

Pasalnya, ia tidak mengerahkan otot-ototnya sama sekali.

Seharusnya, semut menjadi makhluk paling kaya, karena semut mengerahkan kerja lebih besar dari kemampuan manusia.

Seratus kali lipat; jika dibandingkan dengan ukurannya yang kecil.

Dari sini, insya Allah kita bisa menangkap rahasia dalam firman Allah:

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu,” (QS. Az-Zariyat: 22).

Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan hukum-hukum bagi alam semesta, dan memberi kita akal untuk berpikir.

Jika kita pandai menggunakan akal ini, maka rezeki kita bisa bertambah.

Namun, kita tidak akan mendapatkan sesuatu, kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kita.

Saat hati manusia tunduk kepada Allah, dan banyak mengingat Allah, maka Allah akan memberinya ilham dengan berpikir secara benar; untuk menjauhi kerugian, dan mendapatkan harta yang halal.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita.

Di akhir, ada salah satu ayat yang dapat kita baca secara berulang, sebagai upaya mendapatkan rezeki dari Allah.

Semoga dengan mewiridkan ayat ini, Allah akan membukakan pintu-pintu rezeki untuk kita:

اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ

“Allah Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya; Ia memberi rezeki kepada siapa yang Ia kehendaki, dan Ia Mahakuat, Mahaperkasa,” (QS. Asy-Syura: 19).

Penerjemah: Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.
Editor: Ngelmu.co