Opini  

Saat Ahok Serang Kiai Ma’ruf Amin

Kiai Ma'ruf

Ngelmu.co – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Kiai Ma’ruf Amin dideklarasikan sebagai Calon Wakil Presiden yang mendampingi Joko Widodo. Pilihan Jokowi ini mengingatkan banya masyarakat akan kejadian di tahun 2017 lalu, saat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melakukan blunder dengan melakukan serangan kepada KH Ma’ruf Amin.

Salah satu tulisan yang mengingatkan sejarah satu tahun lalu adalah sebagai berikut.

Baca juga: Didampingi Ma’ruf Amin, Jokowi: Representasi Nasionalis-Religius

Oleh Abdullah Sammy

Pernyataan mengejutkan dilontarkan Ahok dalam sidang kasus penistaan agama, Selasa (31/1). Pernyataan dilontarkan Ahok guna merespons keterangan Kiai Haji Ma’ruf Amin yang saat itu menjadi saksi atas kasus penistaan agama.

“Saya berterima kasih, saudara saksi ngotot di depan hakim bahwa saksi tidak berbohong, kami akan proses secara hukum saksi untuk membuktikan bahwa kami memiliki data yang sangat lengkap,” begitu petikan ucapan Ahok yang ditujukan kepada Kiai Ma’ruf.

Ahok pun dengan lantang menuding kiai karismatik berusia 73 tahun itu. Ahok dengan mudahnya menuding Kiai Ma’ruf sengaja menutup-nutupi riwayat hidupnya.

“Saya juga keberatan tapi itu hak saksi, setelah dibuktikan meralat 7 Oktober ketemu paslon nomor satu dan jelas menutupi riwayat hidup pernah jadi Wantimpres SBY, dan tanggal 6 Oktober pukul 10.16 WIB ada bukti minta pertemukan saudara dengan Agus-Sylvi. Saudara sudah tidak pantas jadi saksi karena tidak objektif dan mengarah dukungan pada paslon satu,” kata Ahok.

Tak hanya itu, kiai yang dihormati dan jadi panutan warga Nahdlatul Ulama (NU) ini pun dengan entengnya disandingkan dengan kata ‘zalim’ dan melawan Tuhan dalam kalimat tanya Ahok.

“Percayalah, sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan satu per satu dipermalukan. Terima kasih,” kata Ahok dalam sidang kala itu.

Segala kalimat itu dikeluarkan Ahok kepada pemimpin tertinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus pemimpin tertinggi NU. Ya, selain ketua MUI, Kiai Ma’ruf adalah rais aam PBNU.

Dialah yang jadi panutan dan simbol bagi warga NU. Melecehkan Kiai Ma’ruf sama dengan melecehkan warga NU.

Terlebih tudingan yang disampaikan Ahok cukup serius. Ahok pun dengan percaya diri mengaku mengantongi bukti-bukti.

Ahok pun dengan mudahnya mengancam akan memproses hukum simbol NU itu. Tak cukup sampai di situ, pengacara Ahok, Humphrey Djemat, dengan begitu berani menyebut ada ‘order’ fatwa dari SBY terkait kasus penodaan agama oleh Ahok.

“Apakah sebelum pertemuan hari Jumat, Kamisnya ada telepon dari SBY sekitar pukul 10:16 WIB supaya diatur pertemuan dengan paslon satu agar diterima di PBNU dan SBY juga minta segera dikeluarkan fatwa soal penodaan agama?” tanya Humphrey Djemat kepada Ma’aruf.

Pertanyaan itu secara tegas dibantah kiai Ma’ruf. Namun, kubu Ahok malah balik mengancam.

Humphrey mengklaim bahwa timnya mempunyai bukti yang kuat terkait hal itu. “Kalau saudara mengaku tidak ada hubungan itu, bagaimana kalau kami membuktikan. Boleh kami tunjukkan majelis hakim?” kata Humprhey.

Entah apa bukti yang dimiliki Ahok. Yang jelas, jadi fakta bahwa kini simbol NU kiai Ma’ruf Amin mendapat sejumlah tudingan yang cukup serius dari Ahok dan kuasa hukumnya.

Reaksi pun langsung muncul di lini masa. Di media sosial, banyak yang marah karena merasa kiai panutannya itu mendapat fitnah.

Salah satunya dari Abdul Kadir Karding. Dia bahkan menyerukan kepada segenap santri dan seluruh warga NU untuk melindungi dan membela Kiai Maruf. “KH Ma’ruf Amin tidak perlu khawatir akan rencana Pak Ahok menuntut beliau karena santri dan warga NU akan berdiri di belakang yai (kiai),” tulis Karding dalam akun Twitter-nya, @Kadir_Karding.

Dia juga menegaskan bahwa sosok panutan NU itu tak patut dituding sebagai pembohong. “Kami percaya bahwa yai Ma’ruf adalah yai alim dan jujur, tak patut dituduh berbohong.”

Karding pun mengingatkan bahwa Kiai Maruf adalah simbol NU yang kehormatannya wajib dijaga. “Kiai Ma’ruf tidak hanya ketum MUI tapi juga rais aam PBNU bagi kita sebagai santri wajib lindungi dan bela.”