Opini  

Saksi dan Pemilu yang Berkualitas: Belajar Dari PKS

Bagaimana cara mengukur sebuah partai politik komitmen memperjuangkan pemilu yang bersih, jujur dan adil? Mudah. Lihat kesiapan mereka dalam mengelola saksi.

Saksi adalah kunci. Mereka hadir di setiap TPS. Dari pagi hingga selesai penghitungan suara. Tugas mereka belum selesai. Usai itu, mereka wajib membawa Form C1 ke posko partai.

Form C1 ini nyawa. Berisikan data otentik hasil rekapitulasi suara per TPS. Ditandatangani oleh petugas KPPS. Tanpa Form C1, partai tak punya kekuatan apapun saat terjadi sengketa dan dugaan kecurangan. Mati gaya!

Karena itu, Form C1 ini mahal harganya. Jadi The Most Wanted Paper bagi partai atau caleg yang tak memiliki saksi. Mereka siap membayar dengan harga tinggi. Saya sendiri pernah mengalaminya saat masih jadi Ketua DPRa.

Menghadirkan saksi di tiap TPS bukan pekerjaan mudah. Partai harus mencari orang dan menyiapkan honor. Jumlah dana yang disediakan pastinya sangat besar karena ada ribuan hingga ratusan ribu TPS.

Tapi bukan tidak mungkin dilakoni. Buktinya PKS bisa. Dari pemilu ke pemilu, dari pilkada ke pilkada selalu menghadirkan saksi di tiap TPS. Saksi PKS mengawal suara hingga jungkir balik. Menginap di posko, meninggalkan keluarga dan sebagainya.

Ada seorang ibu yang bertugas sambil menggendong anaknya. Ada satu keluarga yang jadi saksi: ayah, ibu dan anak. Ada seorang bapak yang mengikhlaskan anak perempuannya jadi saksi.

“Ayah ikhlas nak agar kamu bisa menjaga suara umat dan ulama,” begitu kurang lebih perkataannya.

Publik pun termasuk partai politik lainnya mengakui kehebatan PKS soal ini.

“Ini kok saksi PKS aja ya yang dapat makan dan snack. Kita juga mau dong,” ujar seorang saksi melihat bagaimana saksi PKS begitu dihargai.

“Coba tanya PKS, data yang benar suara partai kita berapa,” pinta seorang saksi di PPS, 5 tahun lalu yang saya dengar sendiri.

Logikanya, jika PKS yang bukan partai papan atas saja bisa menghadirkan saksi, harusnya ini dapat dilakukan oleh partai lainnya. Tapi sayangnya, itu belum maksimal diikhtiarkan. Kasus pilpres saat ini bisa jadi cerminannya. Semua pihak bingung dengan data hitung cepat dan di lapangan. Sampai-sampai ramai tagar mengundang observer luar negeri.

Harusnya pemilu 2019 ini jadi titik balik kesadaran partai dan publik akan pentingnya saksi. Karena bukan cuma untuk mengawal suara partai sendiri tapi juga suara rakyat.

Sebab dengan cara itulah, kita dapat mengukur seberapa serius sebuah partai berjuang untuk pemilu yang bersih, jujur dan adil yang muaranya adalah meningkatnya kualitas demokrasi kita.

Wallahua’lam

Erwyn Kurniawan
Presiden Reli