Sedekah Tidak Perlu Menunggu Kaya

Sedekah Tidak Perlu Menunggu

Ngelmu.co – Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memerintahkan sesuatu, lengkap dengan hikmah di dalamnya.

Demikian pula dengan perintah berzakat, infak, dan sedekah yang banyak tertulis dalam Al-Qur’an dan mengandung berbagai kebaikan.

Tidak ada cerita, orang yang terus-menerus bersedekah, jatuh miskin.

Sebaliknya, mereka yang terus-menerus bersedekah justru bertambah kaya.

Tengoklah sosok sahabat Abdurrahman bin Auf. Ia menginfakkan ‘segunung’ hartanya di jalan Allah.

Lalu? Hartanya malah makin berlimpah. Sebab, Allah pasti menggantinya.

Adapun syarat utama dalam memberi hanyalah keikhlasan.

“Puncak keikhlasan manusia memang cuma sampai segitu,” tutur ekonom muslim, Syafii Antonio.

“Jadi, misalnya saya ini mau mengasih ke yatim piatu, mudah-mudahan harta bertambah. Nah, seandainya ia berharap begitu, masih masuk dalam kategori ikhlas”

“Yang tidak boleh itu ‘kan ingin dipuji manusia,” jelas doktor lulusan University of Melbourne tersebut.

Oleh karena sangat paham pada sifat-sifat manusia inilah, Allah menjanjikan penggantian yang layak terhadap semua infak dan sedekah yang dikeluarkan.

Seperti dalam firman-Nya, “… Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya,” (QS. Saba’: 39).

Salah satu kisah yang terdapat dalam kitab Muwaththa’ karya Imam Malik adalah tentang Ummul Mukminim Aisyah ra.

Dikisahkan, ada orang miskin yang datang ke tempat Aisyah, meminta sesuatu darinya.

Hari itu, Aisyah tengah berpuasa dan tidak punya apa pun di rumahnya, kecuali sepotong roti.

Aisyah kemudian memerintahkan pembantunya untuk memberi roti itu kepada si miskin.

Pembantunya berkata, “Kalau kita berikan kepadanya, nanti apa yang kita makan untuk berbuka?”

Aisyah menjawab, “Nanti sore kita akan menerima hadiah yang belum pernah kita terima sebelumnya.”

Ternyata, sore itu benar-benar ada yang memberi hadiah kepada Aisyah, yakni roti berisi daging kambing.

Aisyah kemudian memanggil pembantunya, dan berkata, “Makanlah. Roti ini lebih baik daripada yang kau beri kepada orang yang meminta tadi.”

Baca Juga:
  • “Selamat dari Maut karena Sedekah”

Begitu juga di lain kisah. Abu Thalhah, sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, memiliki sebuah kebun.

Kebunnya bersebelahan dengan kebun orang lain di Madinah.

Kebun milik tetangganya itu dijaga dan dirawat oleh seorang budak hitam yang hanya digaji dengan tiga potong roti; tiap hari.

Suatu kali, Abu Thalhah melihat seekor anjing kurus yang tampak kelaparan, menghampiri si budak yang hendak makan.

Melihat anjing itu, si budak memberikan ketiga potong roti yang hendak dimakannya.

Abu Thalhah pun menghampiri si budak dan bertanya, dengan apa ia makan hari ini, karena semua rotinya sudah diberikan pada anjing tadi.

“Aku bisa berpuasa hari ini. Allah akan menguatkanku,” jawab si budak.

Mendengar jawaban itu, Abu Thalhah terkesan dengan kedermawanan si budak.

Abu Thalhah pun langsung meminta diantarkan ke rumah pemilik kebun.

Singkat cerita, Abu Thalhah membeli kebun itu kepada si pemilik, dan langsung menghadiahkannya kepada si budak hitam tadi.

Hanya karena menyedekahkan tiga potong rotinya pada seekor anjing yang kurus dan kelaparan, si budak jadi memiliki sebidang kebun.

Baca Juga:

Intinya, sama. Sedekah atau infak yang diberikan, nyatanya memang dibalas oleh Allah dengan yang jauh lebih baik.

“Segeralah kamu bersedekah, karena bala bencana itu tidak dapat mendahului sedekah,” (HR. Al Baihaqi).

Pada hadis lain, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sedekah seorang muslim itu memanjangkan umur dan mencegah dari mati dalam keadaan buruk, dan Allah Ta’ala juga menghapuskan sikap sombong dan membanggakan diri si penderma dengan sebab sedekahnya,” (HR. Thabrani).

Selain fadilat di atas, kita juga bisa merasakan ketenangan dan ketenteraman hati, karena bersedekah.

Rasa syukur atas keberuntungan nasib kita inilah yang dapat membuat hati lebih ringan, lebih bahagia, dan hidup juga menjadi lebih tenang.

Kepedulian dan semangat berbagi juga menunjukkan kadar keimanan seseorang.

Sebagaimana sabda Rasulullah, “Tidaklah beriman, siapa saja yang tidur kekenyangan, sedangkan tetangganya kelaparan, sementara ia mengetahuinya,” (HR. Al-Bazzar).

Orang-orang yang enggan berinfak dan bersedekah, sesungguhnya menggambarkan jiwa yang sakit dan iman yang lemah.

Maka jika kita sehat secara psikologis dan terus-menerus membangun iman, seharusnya infak dan sedekah menjadi bagian dari amalan rutin.

Wallahu a’lam.