Berita  

Sederet Fakta Pembongkaran Patung Soeharto-AH Nasution di Kostrad

Patung Soeharto Sarwo Edhie dan AH Nasution

Ngelmu.co – Sejak mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, buka suara, pembongkaran patung tiga jenderal Indonesia di Kostrad, terus menjadi perbincangan.

Ketiga jenderal yang dimaksud adalah Presiden ke-2 RI Soeharto, Letjen TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal AH Nasution.

Namun, bagaimana sebenarnya garis besar persoalan ini? Berikut sederet fakta yang Ngelmu kutip dari berbagai sumber:

Pernyataan Gatot Nurmantyo

Mengutip kanal YouTube Kang Jana Tèa, pada Ahad (26/9), Gatot merupakan salah satu pembicara dalam webinar bertajuk ‘TNI vs PKI’.

Pada kesempatan itu, ia membahas bukti masih adanya komunis di Indonesia, terkhusus, di institusi TNI.

Gatot menyoroti hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (Jakpus).

Menurutnya, barang-barang tersebut berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme, di era Orde Lama Indonesia.

Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata. Baru saja terjadi adalah Museum Kostrad.

Betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu.

Di situ, direncanakan, bagaimana mengatasi pemberontakan G30S/PKI.

Di mana Pak Harto, sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie, sebagai Komandan Resimen Parako, dibantu oleh KKO.

Ini menunjukkan, bahwa mau tidak mau, kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30S/PKI…

Peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando, dan Sarwo Edhie…

Dan peran Jenderal Nasution, peran KKO, jelas akan dihapuskan, dan [tiga] patung itu, sekarang tidak ada, sudah bersih.

Demikian pernyataan Gatot dalam webinar tersebut, yang mengundang tanya lebih jauh dari moderator.

Baca Juga:

Ia pun menjelaskan, bahwa informasi itu ia dapat dari utusannya yang bergerak langsung ke Museum Makostrad.

Menurut Gatot, saat ini, baik patung Soeharto, Sarwo Edhie, AH Nasution, pun tujuh pahlawan revolusi di Museum Makostrad, telah menghilang.

Saya mendapat informasi. Walau bagaimanapun, saya mantan Pangkostrad.

Baru akhir-akhir ini disampaikan, bahwa diorama, bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution.

Tapi juga tujuh pahlawan revolusi, sudah tidak ada di sana.

Dan khusus di ruangan Pak Harto, mencerminkan penumpasan pemberontakan G30S/PKI, dikendalikan oleh Pak Harto, di markasnya.

Saya tadinya tidak percaya, tapi saya utus seseorang yang tidak bisa saya sebutkan, [untuk ke sana].

Dan memfoto ruangan itu, dan dapatkan foto dari video itu, yang terakhir, sudah kosong.

Gatot, kemudian menyebut potret ini sebagai bukti, adanya kemungkinan telah berkembangnya paham komunis di tubuh TNI.

Maka saya katakan, ini kemungkinan, sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI.

Pangkostrad Menjawab

Tak lama berselang, Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman, menjawab pernyataan Gatot. Selengkapnya:

1. Patung tiga tokoh di Museum Darma Bhakti Kostrad [yakni Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD)], memang sebelumnya ada di dalam museum tersebut.

Patung tersebut dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI AY Nasution (2011-2012).

2. Kini, patung tersebut diambil oleh penggagasnya [Letjen TNI (Purn) AY Nasution] yang meminta izin kepada saya, selaku Panglima Kostrad saat ini.

Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut, menurut keyakinan agamanya.

Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan.

3. Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan, bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI tahun 1965.

Itu sama sekali tidak benar.

Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution, mempunyai komitmen yang sama.

Tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean, dalam peristiwa itu.

4. Jadi, tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI.

Itu tudingan yang keji terhadap kami.

Seharusnya, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, selaku senior kami di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi.

Dan bisa menanyakan langsung kepada kami, selaku Panglima Kostrad.

Dalam Islam disebut tabayun, agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa.

5. Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNi Soeharto saat peristiwa 1965 itu, masih tersimpan dengan baik di museum tersebut.

Hal ini sebagai pembelajaran, agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI, dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean.

6. Demikian penjelasan kami, agar bisa dipahami, dan tidak menimbulkan prasangka buruk terhadap kami.

Sebagai pribadi, intitusi Kostrad, maupun insitusi TNI AD.

Terima kasih,

Jakarta, 27 September 2021

Panglima Kostrad,
Letjen TNI Dudung Abdurachman, S.E, M.M.

Penjelasan Kapen Kostrad

Sebelumnya, Kepala Penerangan (Kapen) Kostrad Kolonel Inf Haryantana, juga telah memberikan klarifikasi.

Dalam diskusi yang digelar secara daring itu, diputar sebuah klip video pendek yang memperlihatkan Museum Dharma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.

Museum itu berada di bekas ruang kerja Panglima Kostrad (Pangkostrad) Mayjen Soeharto, ketika peristiwa G30S/PKI terjadi.

Di dalam museum itu, tadinya terdapat diorama yang menggambarkan suasana di pagi hari, 1 Oktober 1965.

Beberapa jam setelah enam jenderal dan seorang perwira muda TNI AD, diculik PKI, yang ada di tubuh pasukan kawal pribadi presiden, Cakrabirawa.

Adegan yang digambarkan adalah saat Mayjen Soeharto menerima laporan dari Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.

Sementara Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat Jenderal AH Nasution, yang selamat dari upaya penculikan PKI, beberapa jam sebelumnya, duduk tidak jauh dari Soeharto dan Sarwo Edhie.

Dalam ruang kerja Pak Harto, ada patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution, yang menggambarkan saat kritis (setelah penculikan enam Jenderal TNI AD), dan rencana menyelamatkan negara dari pengkhianatan PKI.

Sekaligus peran utama Panglima Angkatan Darat, Pangkostrad, dan Resimen Parako, yang kini menjadi Kopassus.

Baca Juga:

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi, terkait diskusi bertajuk ‘TNI vs PKI’, yang digelar secara daring tersebut:

1. Bahwa tidak benar, Kostrad, mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution, yang ada dalam ruang kerja Pak Harto, di Museum Dharma Bhakti, di Markas Kostrad.

2. Pada hari Senin, tanggal 30 Agustus 2021, Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, didampingi Kaskostrad dan Irkostrad, bersilaturahmi kepada Pangkostrad, yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut.

3. Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut, atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

Karena pada saat menjabat Pangkostrad periode 9 Agustus 2011-13 Maret 2012, beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut.

4. Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya, untuk dibongkar, demi ketenangan lahir dan batin. Sehingga pihak Kostrad, mempersilakan.

5. Bahwa tidak benar, Kostrad, menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI).

Pembongkaran patung-patung, murni keinginan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, sebagai pembuat ide.

Demikian informasi sekaligus klarifikasi yang perlu kami sampaikan.

Kami berharap adanya kerja sama yang baik dengan rekan-rekan media, terkait pemberitaan yang sudah beredar.

Sehingga tidak meresahkan dan merugikan Institusi TNI, TNI AD, khususnya Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman, S.E., M.M .

Disimpulkan bahwa Kostrad, tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad.

Tapi pembongkaran patung-patung tersebut, murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, sebagai pembuat ide, dan untuk ketenangan lahir dan batin. (Penkostrad).

Autentikasi

Kapen Kostrad Kolonel Inf Haryantana, S.H.