Berita  

Sejumlah Negara yang Menolak, Sebut Peralatan Medis Buatan Cina Tak Berfungsi

Sejumlah Negara Tolak Peralatan Medis Buatan Cina

Ngelmu.co – Ratusan ribu kasus pandemi virus Corona (COVID-19), dilaporkan terjadi Eropa. Namun, sejumlah negara seperti Spanyol, Turki, dan Belanda, justru menolak peralatan medis buatan Cina, dengan menyebut alat-alat tersebut tak berfungsi dengan baik.

Pemerintah dari ketiga negara tadi, menilai ribuan alat uji dan masker medis buatan Cina, memiliki kualitas di bawah standar.

Lantas, sebenarnya apa yang terjadi dengan peralatan medis buatan Negeri Tirai Bambu?

Kementerian Kesehatan Belanda, Sabtu (28/03) lalu, mengumumkan penarikan 600 ribu masker wajah buatan Cina, yang sebelumnya tiba pada tanggal 21 Maret 2020.

Setelah dibagikan kepada tim medis, para pejabat Belanda mengatakan, masker-masker itu tidak tepat, dan penyaringnya tidak bekerja dengan baik, meskipun telah memiliki sertifikasi kualitas.

“Sisa pengiriman barang segera dihentikan sementara, dan tidak di-distribusikan. Sekarang telah diputuskan untuk tidak memakainya sama sekali,” demikian pernyataan pemerintah Belanda, seperti dilansir BBC, Selasa (31/3).

Baca Juga: Madrid Setop Penggunaan Rapid Tes COVID-19 Buatan Cina, “Tingkat Akurasi Rendah”

Begitupun dengan pemerintah Spanyol, pihaknya mengaku menghadapi sejumlah masalah serupa, terkait dengan perangkat pengujian yang dipesan dari sebuah perusahaan Cina.

Spanyol yang telah membeli ratusan ribu perangkat untuk mengatasi virus Corona di negaranya, beberapa hari kemudian mengungkapkan, bahwa hampir 60.000 di antaranya, tak dapat digunakan untuk memastikan apakah seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak.

Menanggapi hal ini, Kedutaan Besar Cina di Spanyol, angkat bicara melalui media sosial Twitter resminya.

Ia menyatakan, perusahaan di balik alat uji tersebut, yakni Shenzhen Bioeasy Biotechnology, tak mengantongi izin resmi dari pihak kesehatan Cina, untuk menjual produk.

Meski demikian, sejumlah negara Eropa, masih terus menolak peralatan buatan Cina, yang dirancang untuk mengatasi wabah virus Corona, yang terdeteksi pertama kali di kota Wuhan, Hubei, Cina, akhir 2019 lalu.