Berita  

Selama Kebijakan Belum Tegas, Epidomiolog Memprediksi Kasus Positif Bisa Tembus 2.000 per Hari

Kasus COVID Corona Indonesia
Petugas medis melakukan penanganan pasien Corona. (Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/foc)

Ngelmu.co – Selama pemerintah belum mengeluarkan kebijakan yang tegas dalam upaya mengendalikan pandemi COVID-19, epidemiolog dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, memprediksi kasus positif di Indonesia, bukan tidak mungkin menjadi tembus angka 2.000, setiap harinya.

“Kita akan menanti hari-hari bisa jadi jebol dua digit, bisa jadi ke depan akan lebih dari 2.000 terus per hari. Tergantung dari kapasitas testing pemerintah,” tuturnya, seperti dilansir CNN.

Itu sebabnya, menurut Hermawan, sulit memprediksi puncak lonjakan kasus positif COVID-19.

“Sampai ada kebijakan yang berarti. Jadi, sekarang tidak ada kebijakan mumpuni sebenarnya untuk penanganan COVID-19… sampai sekarang. Jadi sulit diprediksi,” ujarnya, Senin (3/8).

Secara kumulatif, hingga Senin, 3 Agustus kemarin, jumlah kasus positif Corona di Indonesia, sudah mencapai 113.134 orang; bertambah 1.679 kasus dari hari sebelumnya.

Bahkan, dalam tiga hari terakhir—sejak awal Agustus—penambahan kasus harian terus berada di angka rata-rata 1.586 kasus per hari.

Baca Juga: Sudah Keterlaluan, Dokter Minta Anji Diseret ke Jalur Hukum

Berdasarkan situs worldsometers, jumlah kumulatif itu membawa Indonesia, menempati posisi ke delapan tertinggi di Asia; naik satu peringkat dalam beberapa pekan terakhir.

Hermawan juga memperkirakan, angka rasio positif (positivity rate) Indonesia, akan terus ada di angka 10 persen.

Positivity rate merupakan persentase kasus positif, dibanding total kasus yang diperiksa.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sendiri telah menetapkan standar positivity rate, di angka 5 persen.

Namun, jika dilansir dari situs kawalcovid, positivity rate Indonesia, pada Ahad (2/8) lalu, tercatat mencapai 12,63 persen.

“Itu angka positivity rate Indonesia, masih di atas 10 persen,” kata Hermawan.

“Tetapi di DKI, bergerak antara 6-7 persen. Kita belum memiliki kendali kebijakan atau perilaku yang betul-betul mumpuni,” sambungnya.

“Sejalan dengan kelonggaran dan aktifitas kerja di mana-mana, jadi angka ini akan naik terus,” pungkas Hermawan.