Berita  

Setahun Lebih Pandemi, Pernyataan Pemerintah Masih Bertolak Belakang dengan Keluhan RS

Faisal Basri Ungovernable Government
Foto: Instagram/mediaindonesia

Ngelmu.co – Indonesia menjadi salah satu negara yang turut berjuang melawan pandemi Covid-19. Setahun lebih sudah, dan belum juga reda.

Selama itu pula, pernyataan pemerintah, kerap bertolak belakang dengan keluhan rumah sakit rujukan Covid-19 di berbagai daerah.

Ekonom senior Faisal Basri, turut menyoroti potret tersebut. Terlebih, belakangan ini lonjakan kasus Covid-19 masih terus terjadi.

“Ungovernable government [pemerintah yang tidak teratur],” tuturnya di awal cuitan, Ahad (4/7) kemarin.

Faisal melayangkan kritik itu, karena pernyataan pemerintah tak selaras dengan ‘teriakan’ pihak rumah sakit.

“Pemerintah bilang tabung oksigen cukup, tapi kian banyak rumah sakit teriak kehabisan tabung oksigen,” ujarnya.

Begitu juga soal keuangan yang pemerintah sebut cukup.

“Tapi nunggak pembayaran rumah sakit dan insentif tenaga kesehatan yang bertarung nyawa demi menyelamatkan pasien Covid,” sentil Faisal.

Pengakuan Pihak RS

Sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di Yogyakarta, belakangan, bukan hanya mengalami krisis stok oksigen.

Namun, pihaknya juga mengalami kekurangan tenaga kesehatan, setelah banyak yang tumbang.

Sebagian dokter pun perawat, positif Covid-19, dan harus menjalani isolasi.

Situasi tersebut membuat sejumlah rumah sakit menambah beban kerja tenaga kesehatan yang tersisa, sekaligus memberlakukan sistem buka tutup.

Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Mohammad Komarudin, pun mengaku kelimpungan.

Sebab, ketika pasien Covid-19 melonjak, 30 dari 70 dokter di rumah sakit tersebut, terinfeksi Covid-19.

Begitu juga dengan 75 dari 250 perawat, ikut terpapar virus Corona.

Persoalan ini membuat jam kerja tenaga kesehatan yang tersisa, bertambah, dari delapan, menjadi 16 jam [satu dokter, bekerja dalam dua sif].

Keputusan ini berlaku untuk melayani pasien Covid-19 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dan PKU Gamping, Sleman.

“Kalau keadaan memburuk, kami terjunkan dokter spesialis untuk jaga IGD,” jelas Komarudin, Ahad (4/7), mengutip Tempo.

Baca Juga:

Berpindah ke RSUP dr Sardjito, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal di sana–akibat habisnya pasokan oksigen–juga terus bertambah, sejak Sabtu (3/7) petang.

Sampai Ahad (4/7) kemarin, ada 63 pasien Covid-19 yang meninggal di rumah sakit rujukan utama tersebut.

“Data [63 pasien Covid-19 yang meninggal dunia di RS Sardjito] itu, data sejak Sabtu-Ahad (3-4 Juli).”

Demikian jelas Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas RSUP dr Sardjito, Banu Hermawan.

Meskipun ia juga belum dapat merinci, berapa banyak dari 63 pasien Covid-19 yang meninggal karena benar-benar kehabisan oksigen [dan berapa yang disebabkan kondisi klinis].

Permasalahan Merembet ke Harga

Seperti harga masker saat awal pandemi Covid-19 di Indonesia, kini, hal yang sama terjadi dengan tabung oksigen.

Setidaknya, masyarakat luas, sudah sepekan mencari barang tersebut, hingga stoknya pun semakin langka.

Harga tabung gas oksigen pun mencapai Rp4,5 juta, seperti kata pedagang sekaligus pemilik toko Oxygen Medical di Jakarta, Ervan.

Ia mengaku, kini hanya bisa menjual tabung gas oksigen ukuran 1 dan 2 meter kubik, karena ukuran 1,5 meter kubik, sudah tak ada stok.

“Harganya di angka Rp2,5 juta untuk 1 meter kubik. Buat yang 2 meter kubik, Rp4,5 juta,” tutur Ervan, Kamis (1/7), mengutip Detik.

“Kalau stok pabrik datang, kami sih bisa nurunin sebetulnya, karena pabrik juga susah di-restock,” imbuhnya.

“Ini aja kita agak takut kemahalan jual segitu sebenarnya, tapi di daerah Jakarta, sih ini sudah Rp3 juta semua buat 1 meter kubik,” sambungnya lagi.

Berpindah tempat ke Pasar Pramuka yang merupakan pusat alat kesehatan. Di tengah lonjakan permintaan, tabung gas oksigen pun kosong.

Menurut Ketua Harian Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Yoyon, kekosongan telah berlangsung sejak Jumat pekan lalu.

“Sekarang mah kosong semua kita tabung,” ujarnya.

“Kosongnya ini sudah dari hari Jumat ini kita kosong,” sambung Yoyon. “Awalnya, memang kita mah enggak nyetok banyak.”

“Karena memang enggak laku banget awalnya, paling banyak 10,” jelas Yoyon.

“Jadi, pas kemarin yang beli banyak, langsung habis saja. Terus belum ada lagi,” imbuhnya.

“Jadi, stok habis di sini, dari pabrik juga belum ada,” lanjutnya lagi.

Sebelum ludes, kata Yoyon, belum ada kenaikan harga signifikan pada penjualan tabung oksigen di Pasar Pramuka [masih di kisaran Rp800 ribu-Rp 1,5 juta].

Janji Pemerintah

Mewakili pemerintah, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, berjanji akan memastikan ketersediaan tabung gas oksigen [untuk kebutuhan medis di Indonesia].

“Terkait ketersediaan oksigen, kami sudah meminta kepada Menteri Perindustrian, agar memerintahkan para produsen oksigen, mengalokasikan 90 persen produksinya untuk kebutuhan medis.”

Demikian kata Luhut, dalam konferensi pers, Kamis (1/7) lalu, yang juga meminta masing-masing provinsi membentuk satuan tugas.

Tujuannya tak lain untuk memastikan ketersediaan oksigen, alat kesehatan, dan farmasi.

“Satgas ini agar berkoordinasi langsung dengan Menkes, jika terjadi kesulitan suplai,” jelas Luhut.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, juga menjamin pasokan oksigen aman untuk mengatasi pandemi Covid-19.

“Suplai oksigen dari industri, aman. Dengan kemampuan pasok sebesar 850 ton per hari,” klaimnya.

“Sementara kebutuhan oksigen untuk penanganan Covid-19, sekitar 800 ton per hari,” jelas Agus, di Jakarta, Selasa (29/6) lalu.