Berita  

Warganet Soroti Beda Suara Sherina Sikapi Permasalahan Anjing di Aceh dan Bali

Sherina Tanggapi Permasalahan Anjing di Aceh dan Bali

Ngelmu.co – Pemilik akun Twitter, @Sherly_Naliev07, menyoroti beda tanggapan publik figur, Sinna Sherina Munaf, ketika menyikapi permasalahan yang terjadi terhadap anjing, di Aceh dan Bali.

Pengguna Twitter yang mencantumkan nama Sherly pada profilnya itu, mengamati, bagaimana Sherina, menanggapi persoalan di Pulau Banyak, Aceh Singkil, Aceh.

Sherina merespons permasalahan yang terjadi pada seekor anjing bernama ‘Canon’, Sabtu (23/10) lalu, melalui akun Twitter pribadinya, @sherinasinna.

Selang sepekan, Sabtu (30/10), Sherina kembali bersuara atas kekerasan yang terjadi pada anjing di Bali.

Inilah yang kemudian membuat Sherly, pada Ahad (31/10) siang, mengunggah hasil tangkapan layar dari dua cuitan Sherina.

“Ketika kejadian di Aceh, lengkap banget narasinya. Bahkan sampe stres. Ketika di Bali, singkat, padat, bijak! Amazing,” cuit @Sherly_Naliev07.

Adapun ketika Ngelmu menulis berita ini–selain mendapat ratusan balasan–twit warganet itu juga disukai oleh lebih dari 2.800 akun.

Namun, sebelum ini, @Sherly_Naliev07, juga telah menyoroti cuitan Sherina. “Dia sedang ngibul atau galau?” tanyanya.

“Sudah kayak si anu saja. Bahkan lebih parah, di menit yang sama,” sambung Sherly.

Ia melengkapi pernyataan tersebut, lagi-lagi, dengan tangkapan layar dari cuitan Sherina. Berikut dua twit yang dimaksud:

Lebih lanjut, jika mundur lagi ke hari Sabtu (23/10), Sherly, memang sudah membalas twit Sherina soal ‘Canon’.

“Bersuaralah juga untuk ke-6 manusia yang dibantai dengan keji, dan perihal kekejian lainnya!,” tuturnya.

“Dan jangan beralasan, ‘Oh, itu kasus dulu, dan mataku belum seterbuka sekarang’, seperti cuitanmu ketika dikirimi foto-foto hewan yang dieksekusi sebelum dimakan,” sambung @Sherly_Naliev07.

“Baru kami percaya kamu memang peduli!,” tegasnya lagi.

Tidak diketahui jelas siapa sosok yang ada di balik akun @Sherly_Naliev07.

Namun, jika mengamati cuitannya, yang bersangkutan memang aktif membela berbagai pihak, seperti Palestina dan Habib Rizieq Shihab (HRS).

Ia juga menuntut keadilan untuk enam anggota Laskar yang tewas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, KM 50, 7 Desember 2020 lalu.

Sherina Menyikapi Persoalan Anjing di Aceh

Pada Sabtu (23/10) lalu, Sherina memang melayangkan kecaman, atas peristiwa yang terjadi pada seekor anjing bernama Canon.

Di Pulau Banyak, Aceh Singkil, Aceh.

Tepatnya setelah media sosial–baik Instagram pun Twitter–ramai membicarakan permasalahan tersebut.

Salah satu akun Instagram, juga nampak mengunggah sejumlah foto dan video mengenai Canon.

Pemilik akun yang dimaksud, membagikan video yang menunjukkan proses penangkapan Canon, oleh Satpol PP setempat.

Video juga memperlihatkan bagaimana sejumlah petugas Satpol PP, memegang kayu dan berdiri mengelilingi Canon.

Satu di antara mereka, mengarahkan kayu ke rantai tempat Canon terikat, kemudian anjing itu ditundukkan.

Lalu, pemilik akun juga menyebut, Canon, dimasukkan ke keranjang kecil, dibawa pergi, tak bisa bernapas, dan akhirnya mati.

Berikut tanggapan Sherina:

Masih stres, kebayang hewan peliharaan tersayang, dirawat dari kecil, ramah dan percaya sama manusia, eh diburu, disiksa, dan tewas oleh tangan-tangan aparat berseragam, untuk alasan apakah? Wisata halal?

Kalau sampai iya demi itu, apakah halal=menghalalkan segala cara? Sakit.

Bayangkan. Seekor anjing yang sepanjang hidupnya percaya manusia, yang ketika didatangi aparat keji itu ekornya melambai-lambai ramah, ternyata, detik-detik terakhirnya adalah dikarungi ampai lemas dan akhirnya tewas.

Demi agenda egois manusia yang berseragam.

Mau sampai kapan, banyak manusia dari bangsa kita sendiri, memperlakukan satwa seperti benda begini.

Apalagi ini hewan peliharaan seseorang. The greatest privilege of having a voice is to protect the voiceless [keistimewaan terbesar memiliki suara adalah untuk melindungi yang tak bersuara]. Kalau kamu resah karena ini, speak up [angkat bicara].

Kepada Kasatpol PP Aceh Singkil, Ahmad Yani, yang menduga Canon mati karena ‘stress’:

Canon dimasukkan ke keranjang sayur, ditutup kayu, dibungkus terpal, dilakban keliling, dibawa naik boat dari Pulau Panjang ke Singkil.

Cuaca hari itu panas. Canon mati karena tidak bisa napas.

Baca Juga:

Lebih lanjut, Sherina menanggapi warganet yang merespons cuitannya, dengan mengirimkan gambar anjing-anjing di pasar Tomohon, Sulawesi Utara.

Yang dijual untuk dimakan, ditanya, mana suara Sherina yang ini?

Itu video tahun 2018, mata saya belum seterbuka itu mengenai animal welfare.

Kalau gue punya superpower [adikuasa], penginnya juga bisa nyelametin semuanya.

Sekarang, yang sedang terjadi adalah anjing peliharaan seseorang diambil paksa sampai mati.

Mau ini di Aceh atau daerah lainnya, atau dunia, ya, semuanya keji.

Tapi unfortunately [sayangnya], saat ini terjadi di negara kita. Maka saat ini, banyak di Indonesia, yang bersuara untuk Canon.

“Ah, gak pernah di lapangan, bisanya koar-koar tanpa data.”

Hidup manusia, termasuk saya dan kawan-kawan pegiat satwa, tidak selalu di media sosial.

Sudah dari dulu kami kerja keras mati-matian, nahan emosi, mengusut satu per satu kasus-kasus, demi kesejahteraan hewan.

Termasuk perdagangan daging anjing/kucing.

“Harus sama-sama adil, dong. Bersuara untuk semua.”

Iya, pengin bisa menyelamatkan semuanya, tapi saya hanya satu orang.

Daripada menunjuk karena menurutmu saya kurang adil dalam bersuara, ya, tolong ikut bantu bersuara, demi perubahan yang lebih baik.

Kenapa nunggu nunjuk saya saja?

Ironisnya: Apakah dengan bersuara seperti ini, akan mengembalikan nyawa Canon, atau anjing-anjing lainnya? Tidak.

Tapi kita bisa mencegah hal-hal seperti ini di masa depan, dengan bersuara.

Ini bukan soal generalisasi sebuah daerah, ataupun soal agama.

Ini soal kesejahteraan hewan, yang di mana hewan ini dipelihara dari kecil, dan diambil paksa hingga tewas.

Kami di sini bersuara demi keadilan Canon, pemiliknya, dan anjing-anjing di bagian Indonesia mana pun.

Sherina Menyikapi Persoalan Anjing di Bali

Sementara terkait persoalan di Bali, berawal dari respons Sherina pada Sabtu (30/10), terhadap cuitan pengguna Twitter, @edwinsaragih.

Edwin mengabarkan, adanya seseorang yang meracuni anjing di Perumahan Green Lestari, Jimbaran, Bali.

Lalu, melalui akun Twitter pribadinya, Sherina pun menanggapi:

Kini kekerasan pada anjing terjadi di Bali, dan tertangkap kamera.

Yuk, viralkan pelat motornya, agar pelaku segera terlacak dan ditindak.

Mari bertanggung jawab bersama, agar #IndonesiaRamahSatwa.

Payung hukum perlindungan hewan juga perlu dibenahi, demi cegah tindakan-tindakan seperti ini.

Terlepas dari itu, persoalan Canon, memang memicu pro kontra di kalangan sesama warganet.

Seorang pria bernama Chandra Kusuma Farhan, bahkan ‘menghilang’ dari Twitter, setelah memanen kecaman dari sesama pengguna.

Ia harus menerima teguran keras, karena ulahnya sendiri.

Pemilik akun Twitter, @pendakimagelang alias @pendakilugu itu mendoakan, agar tsunami kembali menimpa Provinsi Aceh.

“Mengedepankan agama, hingga disebut Serambi Mekkah, tapi akhlak gak ada,” kata Chandra.

“Manusianya kejam, beringas, brutal,” sambungnya. “Semoga tsunami terjadi lagi di provinsi ini. Amin.”

 

Meski tak menyebut nama Chandra–pun akun Twitter @pendakimagelang dan @pendakilugu, tetapi Sherina juga kembali bicara.

“Bagi yang mengikuti kasus Canon, lalu mengecam Aceh, hingga doakan tsunami, saya mengecam Anda,” tuturnya.

“Jangan asal bicara soal bencana, tanpa memikirkan perasaan dan trauma bagi yang pernah mengalami,” sambung Sherina.

“Jangan menyamaratakan kelakuan oknum berseragam dengan satu Aceh. Fokus pada permasalahannya!,” tutupnya.

Chandra Minta Maaf

https://youtu.be/zmU9a805GOE