Sindrom Down Bukan Penghalang, Rowan Dweik Buktikan Dirinya Mampu Jadi Hafizah

Rowan Rawan Dweik Hafizah Quran

Ngelmu.co – Terlahir dengan sindrom down, tidak berarti membuat seseorang otomatis jauh dari cita-cita. Rowan Dweik telah membuktikannya.

Gadis asal Yordania itu berhasil membuat sang ibu, Awatef Jaber, bangga.

Bagaimana tidak, saat dunia, mungkin sibuk memandang kekurangan anaknya, sang putri tetap fokus menghafal Al-Qur’an.

Kini, setelah kurang lebih tujuh tahun, Rowan, memperlihatkan kepada dunia, siapa pun bisa menjadi hafiz pun hafizah, jika benar-benar berusaha.

“Saya ibu dari Rowan, ayahnya sudah meninggal, dan saya bangga,” tuturnya, mengutip Prime Time Zone, Senin (14/6).

Meski hidup dengan sindrom down, Rowan, selalu mengatakan, “Al-Qur’an adalah hidupku.”

Bagi Awatef, Rowan adalah hadiah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Untuk meningkatkan harga diri dan kehormatan saya.”

Mendapati anaknya adalah seorang sindrom down, Awatef pun berjanji kepada Allah, “Bahwa saya akan mengajarinya Al-Qur’an.”

Meskipun ketika melahirkan Rowan, dan mengetahui sang anak adalah seorang sindrom down, Awatef mengaku bersedih.

“Ibu mana yang tak merasa sedih dan kesal? Saya juga. Namun, saya sangat mencintai Rowan,” tuturnya.

“Saya bersumpah kepada Allah, bahwa saya akan mengajarinya membaca Al-Qur’an,” sambung Awatef.

“Dan jika Allah mengizinkan, ia [akan] menghafal Al-Qur’an, memuliakan, juga melestarikannya,” imbuhnya lagi.

Awatef menceritakan, bahwa Rowan, adalah anak yang sangat cerdas. Saat menyadari hal itu, ia mulai mengajari Rowan, surah terpendek.

“Ia menghafalnya dengan sangat cepat. Maka saya, mendaftarkannya ke sekolah ketika ia berusia enam tahun,” kenangnya. “Dan ia unggul.”

Rowan, belajar sampai kelas tujuh. Bagi sang ibu, Allah mencintai anaknya.

“Dengan pengucapan yang baik, membantunya belajar, tetapi setelah itu, Rowan, menolak untuk sekolah,” kata Awatef.

Rowan menghafal Al-Qur’an dengan cara menulisnya, “Ia menghafal surah Al-Baqarah, dalam waktu satu setengah tahun.”

Ia berhasil mendapat nilai yang baik, “Dan ketika keluar dari ruang ujian, ia bersujud kepada Allah. Sujud syukur,” ujar sang ibu.

“Rowan terus menghafal Al-Qur’an selama kurang lebih tujuh tahun, dan ia menyelesaikannya pada tanggal 29 Ramadhan 1442 Hijriah,” sambung Awatef.

Baca Juga: Ketika Seorang Anak Sindrom Down Membuat Imam di Gaza Menangis

Menurut Awatef, yang paling membedakan sang anak adalah kecerdasannya, dan yang membantunya untuk menghafal adalah pengucapannya yang benar.

“Hafalannya terhadap Al-Qur’an adalah kemurahan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mahkota kehormatan,” ucapnya bersyukur.

Dengan bangga, Rowan juga mengatakan, “Saya membaca Al-Qur’an, tiga kali dalam sehari.”

“Dan sepanjang hidup, saya membacanya, dan saya telah menghafalnya,” tutup Rowan.

Sindrom down adalah mutasi genetik yang disebabkan oleh kemunculan kromosom ekstra pada sel-sel tubuh.

Adapun tandanya adalah retardasi mental, juga beberapa ciri fisik.

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari Rowan dan sang ibu? Bukti kebesaran Allah. Tidak ada yang tidak mungkin.

Bagaimanapun keadaan seseorang saat terlahir ke dunia, jika ia mencintai Allah, dan menggenggam rahmat-Nya, semua bisa terjadi.

Masya Allah. Allahu Akbar. Allah Maha Besar.

Semoga siapa pun yang membaca kisah Rowan, semakin menyadari bahwa waktu terus berjalan, dan tak dapat diulang.

Kemudian bertanya pada diri sendiri, “Sudah seberapa banyak nikmat Allah [waktu] yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an?”

“Sudahkah kita benar-benar jatuh cinta terhadap kitab suci itu?”

“Jika bukan sekarang, kapan kita akan memperdalam ilmu serta kecintaan? Besok? Yakin masih punya waktu?”