Singapura Waspada ‘Rush Money’, Rp11 Triliun Modal Asing Keluar dari RI

Singapura Waspada 'Rush Money'

Ngelmu.co – Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS), meminta lembaga keuangan di negaranya, untuk mengantisipasi adanya potensi peningkatan permintaan uang dari nasabah, akibat virus Corona, baik tunai pun sistem elektronik (online). Lantas, bagaimana dengan RI?

Bank Indonesia (BI) memberikan respons, terkait dengan merebaknya virus Corona, dan imbasnya ke pasar keuangan Tanah Air.

Sebagaimana disampaikan oleh Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo.

Sejak dibuka Senin pekan lalu di Cina, jelasnya, semua indikator yang ada di pasar keuangan, menekan pasar global, termasuk Indonesia.

“Paling tidak, sejak Senin lalu, saat pasar keuangan Cina dibuka, ini menekan semua indikator pasar global dan Indonesia. Rupiah juga tertekan, tapi sampai dengan Kamis-Jumat, rupiah membaik,” kata Dody, Kamis (6/2), seperti dilansir CNBC.

Lebih lanjut ia menyampaikan, BI akan terus bersama pemerintah, menerapkan instrumen yang sama, demi menjaga stabilitas rupiah.

“Kita lakukan, dari sisi pasar keuangan, kita harapkan stabilitas terus terjaga, dan ini terus ditunjukkan dengan rupiah yang menguat,” tuturnya.

Tercatat dana asing yang keluar (capital outflow), setidaknya mencapai Rp11 triliun.

Namun, jika dihitung secara year to date atau tahun berjalan, Indonesia masih dilirik asing dengan catatan dana asing masuk sekitar Rp400 miliar.

“Memang ada outflow [modal asing keluar] sepanjang dari awal Januari, masih mencatat inflow [asing masuk] net Rp 400 miliar. Tapi sepanjang pekan kemarin, hampir Rp11 triliun ekuivalen rupiah, capital outflow. Jadi ini gambaran yang sama terjadi, capital outflow yang dampaknya adalah pelarian dana,” jelas Dody.

Baca Juga: Mahfud MD Mengklaim Indonesia Satu-satunya Negara di Asia yang Tak Terjangkit Corona

Sebelumnya, usai melaporkan 40 kasus virus corona, Singapura menaikkan penilaian risikonya ke tingkat siaga tertinggi kedua, Jumat (7/2).

Negara berpenduduk 5,6 juta orang itu, menjadi negara kedua setelah Cina, yang memiliki banyak kasus terkonfirmasi.

MAS yang merupakan bank sentral—otoritas moneter—dan keuangan Singapura, mengingatkan perusahaan keuangan agar berhati-hati terhadap ancaman keamanan siber.

“Ada beberapa kasus pelaku ancaman dunia maya untuk mengambil keuntungan dari situasi Novel Coronavirus (2019-nCoV), untuk melakukan penipuan email, serangan phishing dan ransomware,” imbau MAS, Ahad (9/2).

Pasalnya, berdasarkan data terbaru, korban tewas dari wabah virus Corona Cina, terus bertambah.

Hingga Ahad (9/2) pagi, pukul 09.53 waktu Indonesia, korban tewas sudah mencapai 813 orang di dunia, 811 orang di Cina, satu orang di Hong Kong, dan seorang lainnya di Filipina.

Terus bertambahnya korban jiwa, membuat beberapa wilayah lain turut memberlakukan karantina wajib, demi menghentikan epidemi Corona.

Terlebih, jumlah korban Corona sudah melewati wabah SARS, yang saat itu menewaskan 774 orang, di seluruh dunia, selama epidemi Sindrom Pernafasan Akut Parah, pada 2002-2003.

Meski demikian, Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Hsien Loong, mengimbau warganya untuk tetap tenang.

Hal itu ia sampaikan melalui video berdurasi 3 menit 55 detik yang diunggah di kanal YouTube Prime Minister’s Office, Singapore, Sabtu (8/2).

Lee berharap, wagar Singapura bisa tetap tenang dan tidak panik. Salah satunya, tak perlu memborong barang kebutuhan secara berlebihan.

“Jangan beli kebutuhan pokok dan makanan secara berlebihan,” kata Lee, dalam video tersebut.

Ia juga mengimbau warganya, agar tak menyebarkan berita-berita palsu serta bernada saling menuduh.

Warga Singapura juga diharapkan bisa tetap menjaga kebersihan, dan selalu mengikuti petunjuk pemerintah, hingga beraktivitas seperti biasa dengan tetap waspada.

“Kita dulu pernah mengatasi virus SARS, kini kita lebih siap menghadapi virus baru ini,” ujar Lee.

Ia mengapresiasi para petugas medis yang menangani para korban virus Corona di Singapura. Begitupun dengan warga Singapura yang disebut saling membantu.

Terlepas dari itu, masyarakat Singapura, sempat panik saat Pemerintah Singapura resmi menaikkan level waspada virus Corona menjadi oranye, Jumat (7/2).

Mereka pun meningkatkan kesiagaan, salah satunya dengan membeli sejumlah barang dari di beberapa supermarket.

Dilansir Strait Times, Sabtu (8/2), tak sedikit supermarket yang kembali mengisi stok bahan makanan seperti mie instan, beras, hingga tissue.

Pasalnya, barang-barang tersebut telah ludes diserbu pembeli, akibat kekhawatiran mereka tak bisa keluar rumah, usai meningkatnya level kewaspadaan terhadap virus Corona.