Sontoloyo dan Genderuwo Jadi Bumerang Untuk Jokowi?

Ngelmu.co – Presiden Joko Widodo melemparkan kritikan untuk politikus Indonesia dengan sebutan sontoloyo. Belum lama ini, Jokowi kembali mengkritik para politikus Tanah Air yang menurutnya hanya menakuti rakyat dengan sebutan politikus genderuwo. Akhirnya, kritikan Jokowi itu menjadi bumerang bagi dirinya.

Jokowi mengatakan bahwa saat ini banyak politikus yang banyak mempengaruhi tapi tak beretika. Jokowi menilai bahwa para politikus ini tidak memiliki sopan santun politik yang baik. Jokowi mengungkapkan bahwa ia heran mengapa politikus tersebut justru membuat masyarakatnya takut.

Seperti halnya istilah sontoloyo pada kritikan sebelumnya, Jokowi kembali memakai istilah kontroversial atau diksi politik genderuwo untuk kritikan selanjutnya.

Diksi politik sontoloyo dan genderuwo yang dipakai Jokowi jelas ditujukan kepada pihak oposisi, yaitu kubu Prabowo-Sandi. Genderuwo itu bermakna seram dan menakutkan.

Baca juga: Salah Satu Masalah Indonesia adalah Adanya Genderuwo Ekonomi

Kubu Prabowo-Sandi sering memakai istilah “Make Indonesia Great Again”, atau istilah “tempe setipis ATM” yang Jokowi nilai kenyataannya tidaklah seperti itu. Jokowi melihat diksi kubu Prabowo-Sandi itu hanya”menakut-nakuti”.

Terkaitvhal itu, ada dugaan bahwa ada sosok di belakang Jokowi yang saat ini dengan sengaja menjadikan sang petahana lebih garang dengan pemakaian diksi-diksi kontroversial, seperti sontoloyo atau genderuwo ini.

Sebab, kemungkinan strategi pencitraan yg menjadi kekuatan utama Jokowi sudah tidak efektif lagi, seperti blusukan ke sawah atau masuk gorong-gorong. Pencitraan yang pernah dilakukan Jokowi berlebihan sekarang menjadi bumerang dan kontraproduktif bagi petahana.

Oleh karena itu, diperlukan jurus kampenye baru untuk meraih simpati pemilih mengambang (undecided voters dan swing voters), sekaligus merekatkan stong votersnya.

Lantas, apa diksi sontoloyo dan genderuwo efektif untuk meraih simpati rakyat?

Fakta di lapangan bicara. Memang ada persoalan ekonomi yang dirasakan rakyat sekarang ini, yaitu menurunnya daya beli masyarakat, minimnya lapangan kerja, dan lain-lain.

Penting diketahui, sebagian masyarakat Indonesia memang senang cerita hantu atau setan yang menakutkan. Dibuktikan dengan beberapa produksi film nasional mencapai puncaknya pada produksi film bernuansa horor.

Sepertinya di masyarakat, semakin seram, semakin laris ditonton. Seperti yang dikutip dari perkataan Alfred Hitchcock; A glimpse into the world proves that horror is nothing other than reality.