Berita  

Sri Mulyani Harap Masyarakat Lebih Berani Pinjam Uang ke Bank, DPR Langsung Mengkritik

Menkeu Sri Mulyani Masyarakat Pinjam Bank
Foto: YouTube/Kemenkeu RI

Ngelmu.co – Guna membantu pemulihan ekonomi nasional, Menteri Keuangan Sri Mulyani, berharap masyarakat bisa lebih berani meminjam uang ke perbankan [kredit].

Namun, Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad, justru langsung menjawab harapan tersebut dengan kritik.

Sebab, menurutnya, utang akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

Terlebih saat ini, bunga kredit perbankan masih cukup tinggi [double digit].

“Walaupun suku bunga acuan sudah sangat rendah, yakni 3,5 persen. Namun, landing rate [kredit] untuk pelaku usaha masih double digit,” kata Kamrussamad.

“Karena cost of funds masih tinggi,” sambungnya, mengutip inilah.com, Sabtu (27/3).

Lebih lanjut, Kamrussamad, menjelaskan tentang banyak hal yang memengaruhi masih tingginya suku bunga kredit.

Seperti masih mahalnya suku bunga yang dibayar, juga komposisi dari portofolio sumber dana.

Begitu pun dengan ketentuan cadangan wajib minimum [reserve requirement], service cost, hingga pajak atas bunga.

“Suka atau tidak, berlimpahnya likuiditas perbankan, lebih banyak berasal dari deposito jangka menengah dan panjang,” jelas Kamrussamad.

“Saat ini, demand site kredit, belum meningkat signifikan.”

“Ingat, kredit dari masyarakat ke perbankan, meningkat apabila pasar sektor riil, bergairah.”

Dalam hal ini, bunga kredit yang murah [single digit] sangat membantu kepercayaan dunia usaha.

“Karena itu, pemerintah perlu melanjutkan berbagai insentif tunai melalui perlindungan sosial,” tutur Kamrussamad.

“Untuk memompa daya beli masyarakat, agar demand site meningkat,” imbuhnya.

“Sehingga kegiatan produksi [pun] meningkat. Di sinilah pelaku usaha perlu dukungan pendanaan,” tegas Kamrussamad.

Baca Juga: Sri Mulyani Ngaku Harus Hapus SMS Tawaran Utang Tiap Hari

Sebelumnya, Sri Mulyani, mengaku telah melancarkan berbagai stimulus perpajakan untuk mendongkrak konsumsi domestik.

Hal itu juga dilakukan, guna mendorong masyarakat, agar lebih berani meminjam uang ke perbankan.

Sri Mulyani juga berharap, perbankan berani memberikan pinjaman dengan suku bunga yang rasional.

Di mana saat ini, suku bunga acuan [BI rate] adalah 3,5 persen. Posisi terendah sepanjang sejarah.

“Tentu dengan itu [penyaluran kredit] bisa menggerakan ekonomi,” kata Sri Mulyani, dalam acara ‘Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional‘, di Semarang, Kamis (25/3) lalu.

“Sekarang ini, APBN menjadi pendorong ekonomi yang [lebih] dominan,” imbuhnya, mengutip kanal YouTube Kemenkeu RI.

Demi menggerakan ekonomi, Sri Mulyani juga menjelaskan, bahwa tidak bisa hanya mengandalkan APBN.

Pasalnya, dibutuhkan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan [stakeholder].

Maka untuk meningkatkan konsumsi, pemerintah menjalankan kebijakan stimulus relaksasi PPnBM [Pajak Penjualan Barang Mewah] di bidang otomotif dan properti.

“Kami mendukung dengan melakukan relaksasi atau diskon terhadap pajaknya,” kata Sri Mulyani.

“Diharapkan, daya ungkitnya bisa meningkat untuk konsumsi barang-barang,” sambungnya.

“Terutama yang sifatnya durable, yang itu biasanya adalah kelompok konsumsi di kelompok menengah masyarakat atas,” lanjutnya lagi.

Pemerintah, kata Sri Mulyani, juga terus menjaga, memonitor, merespons, bahkan menyesuaikan kebijakan penanganan COVID-19.

Di mana dari sisi permintaan, pemerintah terus mengoptimalkan konsumsi, investasi, dan ekspor.

“Ekspor sudah mulai tumbuh di atas 8 persen. Ini harus dijaga, dan benar-benar memanfaatkan pemulihan ekonomi global,” ujar Sri Mulyani.

“Sedangkan untuk investasi, akan tergantung pelaksanaan Undang-undang Cipta Kerja, dan confidence dunia usaha,” jelasnya.