Berita  

Stok Pangan Makin Menipis Jelang Ramadan, Buwas: Cukup Rawan

Stok Pangan Menipis

Ngelmu.co – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas), mengatakan jika stok pangan seperti daging, minyak, hingga gula sudah semakin menipis. Bahkan, dalam persiapan menghadapi bulan Ramadan dan Lebaran, dirinya menyebut kondisi saat ini sudah cukup rawan. Pasalnya, gudang Bulog hanya terisi oleh beras dan 2.000 ton daging.

Jelang Ramadan, Stok Pangan Menipis

“Ya sekarang yang tersisa hanya beras. Seandainya ada jagung juga tidak mencukupi. Artinya stoknya sangat kecil, minyak goreng juga tidak terlalu banyak,” tuturnya, di Gudang Bulog, Jakarta Utara, Kamis (27/2).

“Daging juga sudah habis, tinggal sedikit, karena kita tidak mendapatkan lagi izin impor. Stok daging di Bulog tinggal sekitar 2.000 ton. Jadi itu sudah cukup rawan,” sambung Buwas, seperti dilansir Detik.

Ketika harga gula, bawang putih, dan sebagainya naik seperti saat ini, Bulog hanya bisa berdiam diri.

Sebab, Bulog tak punya penugasan dalam melakukan stabilisasi harga pangan, selain beras.

“Tidak ada (penugasan). Makanya untuk stabilisasi gula, bawang, dan lain-lain kecuali beras, Bulog tidak bisa berperan apa-apa,” jelas Buwas.

Baca Juga: Badai PHK… Dari Indosat Hingga Pabrik-Pabrik di Daerah

Ia mengaku sangat menyayangkan kondisi tersebut, terlebih untuk stabilisasi harga gula, Bulog sudah mengusulkan importasi 200.000 ton gula.

Namun, usulan perusahaan pelat merah itu belum digubris, hingga saat ini.

“Ya ‘kan sekarang kenapa gula harganya tinggi, karena kebutuhannya. Supply-nya terhenti, terhenti itu ‘kan dari sebab-akibat, karena kekurangan,” kata Buwas.

“Termasuk tidak adanya tambahan impor, ‘kan harusnya kita hitung memang kebutuhan. Impor tidak berdasarkan kuota, tapi kebutuhan. Harusnya ‘kan begitu,” imbuhnya.

Menurut Buwas, penugasan importasi komoditas pangan dari Bulog, jelas bisa diawasi secara maksimal, baik soal harga pun kualitas.

“Bulog ini ‘kan tidak impor secara umum. Kita impornya diawasi. Diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Bukan seperti swasta, karena kita penugasan,” bebernya.

“Berarti harganya sudah dipatok sekian, jualnya sekian, kualitasnya harus sekian. Itu. Jadi beda. Maka bulog tidak bisa disamakan dengan swasta. Kalau swasta begitu, dapat berita impor ya impor, ya suka-suka dia saja,” pungkas Buwas.