Berita  

Subsidi Gas Dicabut, Tukang Bakso Menjerit: Mau Pedagang pada Mati?

Ilustrasi Gambar

Ngelmu.co – Seorang pedagang bakso di sekitaran Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jangkung (60), menjerit usai mengetahui rencana pemerintah yang ingin mengubah skema subsidi gas 3 Kg (gas melon). Sebab menurutnya, harga itu meningkat drastis.

“Ya gila itu kalau naik jadi Rp 37 ribu. Mau pedagang pada mati apa?” kata Jangkung, seperti dilansir Republika, Rabu (15/1).

Sebelumnya melalui Kementerian ESDM, Selasa (14/1) lalu, pemerintah menyatakan akan mengubah skema subsidi gas 3 Kg, mulai semester II 2020.

Nantinya, harga gas akan disesuaikan dengan harga pasar untuk gas 12 Kg.

Jika harga eceran gas 12 Kg saat ini Rp150 ribu untuk wilayah Pasar Minggu, maka mengacu pada angka tersebut, gas 3 Kg, nantinya akan naik ke angka sekitar Rp37 ribu.

Artinya, harga naik lebih dari 50 persen, karena saat ini berada di kisaran Rp22 ribu.

Bahkan, perkiraan lebih besar datang dari salah satu agen distributor gas LPG wilayah Jakarta Selatan.

Agen tersebut memperkirakan, nantinya gas 3 Kg akan sampai di tangan para konsumen dengan harga Rp40-45 ribu.

Sementara subsidi gas, nantinya akan diberikan pemerintah dengan skema tertutup—langsung—kepada masyarakat miskin.

Meski belum diputuskan, tetapi pihak ESDM memperkirakan, masyarakat yang layak mendapat subsidi adalah mereka dengan penggunaan maksimal 3-4 tabung per bulan.

Nantinya, masyarakat miskin akan diberikan subsidi langsung untuk 3 atau 4 tabung gas.

“Misalnya dia beli 3 tabung subsidi Rp100.000, dan bank transfer ke nomor ini (penerima). Nanti bisa dicek, rata-rata kebutuhan orang miskin 3 tabung. Kalau beli lebih dari 3 tabung, bisa kelihatan berhak atau enggak,” kata Plt Dirjen Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (15/1).

Sayangnya, sebagai penjual bakso, Jangkung mengaku, setiap bulannya ia menghabiskan hingga 30 tabung gas 3 Kg.

“Ya beratlah jadinya buat kita. Masa subsidi cuma tiga tabung saja?” ujarnya.

Skema subsidi tertutup itu, lanjut Jangkung, hanya cocok untuk kebutuhan rumah tangga, bukan untuk para pedagang kecil.

Rencana yang dinilai akan sangat memberatkan, membuat Jangkung berharap, tetap bisa membeli gas dengan harga yang berlaku saat ini, meski skema subsidi diubah.

“Ya pemerintah harus ada caranya atau solusi buat pedagang kecil. Kalau pedagang besar yang omzet puluhan juta ya enggak masalah,” pungkasnya.

Baca Juga: PKS: Kalau Tak bisa Bantu Wong Cilik, Jangan Cabut Subsidi Gas

Ira (35), pedagang gorengan di pinggir Jalan Raya Pejaten, Jakarta Selatan, juga mengeluhkan hal serupa.

Sebab, untuk kebutuhan produksi, Ira bisa menghabiskan 30-60 tabung gas 3 Kg per bulannya.

“Ya kalau subsidinya cuma 3 ya gimana, ya? Harus ada solusilah buat pedagang kecil,” kata Ira.

Begitupun dengan Udin (38 tahun) yang berjualan gorengan di sekitaran Kampus Universitas Nasional, Jakarta Selatan.

Ia juga mengaku keberatan, jika subsidi diberikan secara langsung, terlebih hanya untuk 3-4 tabung saja.

Sebab ia pribadi, bisa menghabiskan hingga 45 tabung gas 3 Kg per bulannya.

“Enggak mungkin kami disamakan dengan konsumsi rumah tangga. Pemerintah harus cari cara buat pedagang kecil,” tegasnya berharap.