Berita  

Tepis Tudingan Islamofobia, Mahfud Tegaskan Presiden Hingga Kapolri Hanya Jalankan Tugas

Ngelmu.co – Menepis segala tudingan yang menyebut Tanah Air diselimuti kondisi Islamofobia, akibat maraknya isu radikalisme yang muncul belakangan ini, Menko Polhukam, Mahfud MD menegaskan, hal itu sebagai salah satu ancaman nyata bagi ideologi negara.

“Panglima kita, Presiden, Kapolri kita, semuanya ndak Islamofobia, tapi melaksanakan tugas,” tuturnya, di kantor Kemenko Polhukam, seperti dilansir CNN, Kamis (19/12).

Mahfud sampai mencontohkan, banyaknya pejabat di Indonesia yang bangga beragama Islam, salah satunya Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

Mahfud menyebut, Sri Mulyani rajin salat, puasa Senin-Kamis, dan tak pernah menjelekan orang dengan agama lain.

“Yang Islamofobia itu sebenarnya orang yang takut ditindas. Padahal tidak ditindas di sini,” kata Mahfud.

Sementara soal radikalisme, lanjutnya, dari segi hukum memiliki arti spekulatif, sedangkan dari sisi pemerintah merupakan hal yang negatif.

“Karena radikalisme itu artinya satu pola pikir perubahan yang mendasar dan substantif. Itu ‘kan bagus,” ujar Mahfud.

“Tapi ada arti yang lain, radikalisme itu adalah suatu sikap untuk melawan kekuatan yang sudah mapan dengan cara kekerasan, itu radikal, di luar kesepakatan yang ada,” sambungnya.

Maka, dirinya merasa perlu menyampaikan, adanya penyamaan persepsi serta ukuran mengenai radikalisme, agar tak sembarang orang dicap radikal.

“Jadi harus ada ukuran, terukur,” jelas Mahfud.

Baca Juga: Kemenag: Jika Mahasiswa Terpapar Radikalisme, KIP Akan Kita Cabut

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), menurutnya, juga sudah berencana menggelar sosialisasi dan pemantapan ideologi, bagi kementerian atau lembaga, di bawah Kemenko Polhukam.

Nantinya, seluruh menteri hingga pejabat eselon I di bawah Kemenko Polhukam, akan berdiskusi tentang ancaman terhadap ideologi.

“Sudah disepakati dengan Mbak Mega (Ketua BPIP, Megawati Soekarnoputri), nanti semua pejabat menteri dan eselon I, kepala lembaga, nanti akan dikumpulkan sebuah diskusi dan bertukar pikirin tentang ancaman terhadap ideologi,” pungkasnya.