Berita  

Terima Pengungsi Rohingya, Darud Donya Aceh Minta Dunia Selamatkan Mereka

Darud Donya Aceh Rohingya

Ngelmu.co – Kabar diterimanya para pengungsi Rohingya, di Aceh, pada Kamis (25/6) lalu, mendapat perhatian dunia. Ketua Darud Donya, Cut Putri, pun buka suara.

Ia meminta dengan hormat, kepada negara-negara di dunia, untuk memerhatikan serta berjuang menyelamatkan kaum Rohingya, dengan serius.

Sebab, penderitaan mereka yang tak diakui, sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun.

Berbagai negara menolak para pengungsi yang terombang-ambing di lautan itu.

Hanya rakyat Aceh, yang justru bersikeras menerima, bahkan menjemput mereka, dengan tangan terbuka.

Darud Donya pun mengingatkan, peristiwa ini bisa jadi sejarah kelam bagi dunia.

“Saat ini, hanya rakyat Aceh, yang menerima pengungsi Rohingya, dengan tangan terbuka,” kata Cut Putri, seperti dilansir Lintas Atjeh, Sabtu (27/6).

Setidaknya, 94 orang kaum Rohingya, diselamatkan oleh rakyat—nelayan—Aceh.

Mereka ditemukan dalam kondisi kelaparan, kehausan, bahkan perahunya nyaris tenggelam.

Proses evakuasi ke darat pun dilakukan langsung oleh rakyat Aceh. Di mana saat itu sedang hujan deras, lengkap dengan petir.

Namun, warga setempat tetap memperlakukan para pengungsi itu dengan penuh kasih dan sayang. Mereka berhasil dibawa ke daratan.

Tempat istirahat, hingga segala keperluan para pengungsi, terufama makanan, mereka siapkan.

“Bangsa Aceh, sejak dahulu kala, selalu membantu kapal-kapal yang mengalami musibah atau karam di perairan Aceh, tanpa peduli asal usulnya,” kata Cut Putri.

“Sejarah Aceh mencatat, bahwa saat Mani Purindam Nenek Moyang dari Tun Sri Lanang, tenggelam di kawasan Samudera Pasai, rombongannya telah ditolong langsung oleh Raja dan Rakyat Pasai,” sambungnya.

“Bahkan, diberikan harta secukupnya untuk dapat pergi melanjutkan perjalanan ke tempat tujuannya, ke Malaka,” lanjut Cut Putri.

Selang ratusan tahun, meskipun Aceh termasuk salah satu kawasan termiskin di Indonesia, dengan penuh kehormatan, mereka tetap meneruskan tradisi mulia leluhurnya; menyelamatkan mereka yang karam, dan mengalami kesusahan di lautan.

Lebih lanjut Cut Putri menceritakan, bahwa di masa lalu, Rohingya merupakan kerajaan bernama Arakan. Memiliki hubungan baik dengan Kesultanan Aceh Darussalam.

Banyak kapal Arakan yang datang untuk berdagang pun sekadar menjalin persaudaraan dengan Aceh Darussalam.

Namun, sejak Arakan dikalahkan, banyak situs sejarahnya yang hilang, serta sengaja dimusnahkan, jati diri mereka pun dilenyapkan, hingga jadilah mereka bangsa tanpa negeri.

Maka Cut Putri, meminta negara-negara Muslim, untuk aktif bantu meringankan penderitaan kaum Rohingya.

Sebagaimana dalam konvensi dunia ke-18, The Malay and Islamic World Organisation, yang dihadiri oleh 22 negara rumpun melayu sedunia, menghasilkan sebuah resolusi dunia:

“Menyelamatkan sejarah-sejarah Islam, di negara-negara Islam, salah satunya di Palestina, Rohingya, dan Aceh.”

Baca Juga: Rakyat Aceh Amalkan Pancasila: Bantu Pengungsi Rohingya

Secara khusus, Cut Putri, meminta kepada Pemerintah Turki, untuk membantu Aceh, menangani krisis pengungsi Rohingya.

Termasuk meminta kepada UNHCR, untuk bisa melibatkan Aceh secara langsung, dalam penyelesaian konflik di kawasan Myanmar.

Sebab, Aceh juga terdampak langsung dengan banyaknya pengungsi Rohingya, yang datang ke wilayahnya.

“Kaum Rohingya adalah saudara kita, apalagi mereka adalah saudara Muslim kita yang teraniaya,” kata Cut Putri.

“Bagaimanapun, kemanusiaan adalah di atas segalanya. Apabila kita tidak menolong, maka malu-lah kita di hadapan Allah,” pungkasnya.