Berita  

‘Transfer Ilmu’ Jadi Alasan 500 TKA Cina Diizinkan Masuk RI

500 TKA Cina Sulawesi Tenggara

Ngelmu.co – Transfer ilmu, jadi alasan mengapa pemerintah mengizinkan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina, masuk ke Indonesia. Setidaknya, itu yang disampaikan oleh Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah.

Menurutnya, dua perusahaan di Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), membutuhkan keahlian para pekerja asal Negeri Tirai Bambu itu.

“Alasan pemerintah menyetujui masuknya TKA Cina tersebut, karena keahliannya dibutuhkan oleh perusahaan yang ada di Konawe,” kata Ida, Kamis (25/6).

“Kita juga minta ada tenaga kerja lokal yang akan mendampingi mereka, agar terjadi transfer of knowledge,” imbuhnya, seperti dilansir CNBC Indonesia, Kamis (25/6).

“Dan pada akhirnya tenaga kerja lokal kita sudah bisa memahami teknologinya, maka operasi selanjutnya akan diserahkan kepada tenaga kerja lokal kita,” sambung Ida.

Lebih lanjut ia menjanjikan, jika proses kedatangan TKA, akan diperketat, sesuai Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pelarangan Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Indonesia.

Di mana TKA yang akan masuk ke Indonesia, harus dinyatakan sehat.

Mereka juga wajib melewati masa karantina di negara asal pun sesampainya di Indonesia, masing-masing selama 14 hari.

“Kemnaker akan mengawasi kedatangan mereka, bekerja sama dengan Timpora (Tim Pengawasan Orang Asing),” kata Ida.

“Untuk melakukan pengawasan kelengkapan dokumen kesehatan, maupun dokumen imigrasi mereka,” lanjutnya menjelaskan.

Baca Juga: Massa Amankan 3 WNA Cina, 2 di Antaranya Kantongi KTP Indonesia

Sebelumnya, Pemprov Sultra telah mengizinkan 500 TKA asal Cina, bekerja di perusahaan industri yang ada di wilayahnya, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe.

Mereka, akan bekerja di sebuah perusahaan modal asing (PMA), yakni PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI).

Sebanyak 156 TKA asal Cina, pada Selasa (23/6) lalu, sudah tiba di Bandar Udara Haluoleo Kendari, Sultra.

Perlu diketahui, jika kedatangan mereka masih terus mendapat penolakan dari warga setempat.

Massa dari berbagai organisasi itu, bahkan sempat memboikot jalur keluar masuk Bandara Haluoleo.