Berita  

Tudingan Presiden Macron Terhadap Muslim Berujung Pemboikotan Produk Prancis

Boikot Produk Prancis

Ngelmu.co – Tudingan Presiden Prancis, Emmanuel Jean-Michel Frédéric Macron, terhadap Islam dan Muslim, berujung pada pemboikotan produk-produk yang berasal dari negaranya. Sikap tegas ini tersebar ke berbagai penjuru dunia.

Supermarket shelves carrying French goods restricted from consumer use in Amman, Jordan, October 25, 2020. (Reuters)

Kecaman lahir dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, hingga Lembaga Islam Mesir, al-Azhar.

Pada Sabtu (24/10) lalu, Erdogan, mengatakan bahwa presiden Prancis butuh ‘pemeriksaan mental’.

“Apa yang bisa dikatakan tentang seorang kepala negara yang memperlakukan jutaan anggota dari kelompok agama berbeda seperti ini? Pertama-tama, lakukan pemeriksaan mental.”

Tegasnya, dalam pidato, mengutip TRT World, Ahad (25/10).

Pada hari yang sama, Kementerian Luar Negeri Yordania, juga bersuara.

Ia, menegaskan jika pihaknya mengutuk segala bentuk publikasi karikatur Nabi Muhammad, dengan dalih kebebasan berekspresi.

Begitu pun dengan upaya diskriminatif dan menyesatkan, yang berusaha menghubungkan Islam, dengan terorisme.

Partai oposisi Front Aksi Islam Yordania, juga meminta Macron, meminta maaf atas pernyataannya.

Sekaligus mendesak warga kerajaan untuk memboikot barang-barang yang berasal dari Prancis.

Kuwait dan Qatar, juga sudah menerapkan pemboikotan ini.

Baca Juga: Diserbu di Taman Menara Eiffel, 2 Muslimah Prancis Terluka Parah

Beberapa postingan media sosial pun menunjukkan, para pekerja mengeluarkan keju olahan Kiri dan Babybel Prancis, dari rak supermarket Kuwait.

Bahkan, Pekan Budaya Prancis–acara tahunan Prancis-Qatar–juga mengalami penundaan, tanpa batas waktu.

Para pekerja supermarket Al Meera, Doha, juga mulai mengeluarkan selai St Dalfour, dan ragi Saf-Instant, dari rak mereka.

Al Meera, bersaing dengan jaringan supermarket Prancis, Monoprix dan Carrefour, untuk mendapat pangsa pasar sektor grosir Qatar.

Pihaknya, bersama Souq Al Baladi, merilis pernyataan pada Jumat (23/10) malam.

Mereka mengatakan, akan menarik produk Prancis, dari toko, sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Kedua pihak itu juga menyebut, komentar Macron, sebagai pemicu tindakan pemboikotan mereka.

Sekretaris Jenderal Dewan Kerja Sama Teluk, Nayef Falah Mubarak Al-Hajraf, menyebut bahwa apa yang Macron, sampaikan, tidak bertanggung jawab.

Dengan tegas ia mengatakan, jika pernyataan Macron, dapat meningkatkan penyebaran budaya kebencian.

Melalui akun Twitter resminya, Universitas Qatar, juga menyinggung penyalahgunaan yang disengaja, terhadap Islam, dan simbol-simbolnya.

Sementara para sarjana Universitas Al Azhar, menyebut pernyataan Macron, bertentangan dengan esensi Islam, yang sebenarnya.

Sebagai informasi, Rabu (21/10) lalu, Macron, menuding Muslim, melakukan separatisme, dan bersumpah untuk tidak menyerah pada kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.