Berita  

Twitter Rokok Indonesia: Tuding Anies Minta Jatah Hingga Sebut Gabener

Rokok Indonesia Tuding Anies Minta Jatah

Ngelmu.co – Sejak Jumat (1/10), hingga hari ini, Senin (4/10), akun Twitter @rokok_indonesia, masih memanen kritikan dari warganet.

Pasalnya, akun tersebut bukan hanya menuding Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, meminta jatah kampanye antirokok kepada Bloomberg Initiative.

Namun, Rokok Indonesia, juga melampirkan sebutan ‘gabener’ dalam utas yang pihaknya tulis.

Berikut selengkapnya:

Kenapa sih pada nyerang Anies Baswedan? Ya, karena beliau minta jatah ke Bloomberg Initiative, buat kampanye antirokok.

Buat yang belum tahu, Bloomberg Initiative adalah lembaga donor di balik kampanye antirokok global.

Nah, lewat surat itu, kita sama-sama paham lah, Anies Baswedan ini mau ngapain bertukar surat sama Dear Mr Bloomberg.

Perlu diketahui juga, kalau lembaga ini didirikan miliarder Amerika Serikat (AS), Michael Bloombergdan.

Telah menggelontorkan uang hampir USD 1 miliar, demi kampanye antirokok di seluruh dunia.

Duit gede, tentu menggiurkan, ‘kan?

Beberapa pihak yang telah mendapatkan dana donor dari Bloomberg ini, salah duanya adalah YLKI dan Lentera Anak.

Ada duit abang disayang, enggak ada duit, ya, engga ada aktivitasnya.

Ini bisa jadi sebab, kenapa kedua lembaga tadi cuma eksis di urusan rokok belaka.

Balik lagi ke Anies Baswedan, inisiasi bertukar surat dengan komitmen melarang rokok di daerah kekuasaannya ini, ya, bisa jadi alat tukar politik.

Ingat, bentar lagi 2024, waktunya cari dana, Bos.

Tipikal elite politik macam begini, saran kami, menjadi pihak yang tak layak dipilih.

Baru jadi gabener saja sudah cari donoran dari pihak asing.

Alat barternya, ya, nasib jutaan rakyat Indonesia, yang hidup dari kretek ini.

Mungkin perkara ini terlihat simpel, ‘Alah, cuma tutup display rokok saja’.

Namun, tindakan ini merupakan kebijakan busuk dengan mendiskreditkan masyarakat Indonesia yang merokok–dan kretek sebagai produk legal nan kultural di Indonesia.

Penutupan display rokok, mungkin tidak akan menjadi masalah bagi konsumen.

Toh, dalam urusan beli produk ilegal saja, masyarakat kita jago.

Persoalannya, sepanjang rokok masih produk legal, harusnya keberadaannya tak didiskreditkan seperti ini.

Selain itu, dampak yang paling terasa, tentu saja bagi pengusaha ritel.

Mereka bakal kehilangan pemasukan yang signifikan dari kebijakan ini.

Untuk pihak lain, meski penjualan tidak akan terlalu terpengaruh, tapi kebijakan ini tetap menjadi alarm dari ancaman kebijakan lain yang akan dibuat.

Karena seruan Gubernur DKI Nomor 8 Tahun 2021 ini menjadi jalan untuk kebijakan ngaco lainnya.

Tak hanya itu, jika pembuatan Sergub DKI 8/2021 dilandasi surat Anies Baswedan pada Bloomberg, ini bakal menjadi preseden.

Betapa produk kebijakan bisa dibuat berdasar pesanan filantropi asing.

Jika betul, betapa busuknya pejabat politik yang mendapatkan posisi karena suara rakyat, tapi menggunakannya untuk kepentingan pribadi [serta asing, tentu saja].

Betapa saktinya sebuah surat permohonan donor itu, sehingga kebijakan bisa dibuat sesuai pesanan.

Anjay betul lah pokoknya.

Kalau ada pertanyaan, “Kenapa nyerang Anies, kamu adminnya cebong, ya?”

Jawabannya, “Eh, kampret, yang ngajuin proposal antirokok Anies, masa yang diserang Luhut Binsar Panjaitan? Jaka sembung bawa golok lu dasar.”

Ya, begitulah gubernur kelas internasional, ngajuin proposal antirokok juga kelasnya internasional lah.

Narasinya saja: komitmen untuk patuh pada kebutuhan kampanye antirokok global. Mantap mantap.

Pandangan Pakar Media Sosial

Pendiri Drone Emprit dan PT Media Kernels Indonesia, Ismail Fihmi, turut menyampaikan pandangannya atas utas yang ditulis oleh Rokok Indonesia.

“Baru tahu kalau Gubernur Anies Baswedan, kirim surat keren ini ke Bloomberg,” tuturnya.

“Ternyata, Indonesia nomor tiga total jumlah perokok dunia. Makasih @rokok_indonesia, saya jadi makin mendukung DKI untuk kampanye antirokok,” sambung Fahmi.

Ia pun bercerita tentang pengalamannya, 10 tahun tinggal di Belanda. “Jualan rokok sangat ketat di sana.”

Berikut selengkapnya:

Pertama baca utas @rokok_indonesia, saya kira ini untuk dukung kebijakan ABW.

Lanjutannya, ternyata untuk nyerang Anies. Argumennya enggak masuk akal saya sih.

Kalau cari duit buat 2024, ya, harusnya dukung rokok. Kebalik. Thanks, Min. Saya jadi tercerahkan, parahnya rokok di Indonesia.

Selamatkan anak cucu kita, yang generasi kolonial, biarin saja, sudah susah. Mereka merasa panjang umur meski merokok.

Rokok Indonesia pun menjawab. “Sama-sama, Mas Fahmi. Harusnya kampanye antirokok itu sekalian melarang rokok, biar clear kalau bicara kesehatan.”

“Kalau hanya ditutup, dikendalikan, cuma berbasis kepentingan saja,” sambung akun tersebut.

“Pelan-pelan ke arah sana,” timpal Fahmi, lengkap dengan emotikon jempol.

Lebih lanjut, ia juga menyoroti selipan ‘gabener’ dalam utas Rokok Indonesia.

“Harusnya, mimin @rokok_indonesia, sudah benar pakai sebutan Anies Baswedan di awal-awal,” ujar Fahmi.

“Dan menahan diri, enggak pakai istilah yang sering digunakan oleh buzzer, yaitu ‘gabener’,” imbuhnya.

“Istilah ‘gabener’ dan ‘goodbener’ itu menunjukkan motif narasi politik, dan sejatinya kita di cluster mana,” tutup Fahmi.

Netizen Ikut Berkomentar

Terlepas dari tudingan kepada Anies, dan respons Fahmi terhadap Rokok Indonesia, para pengguna Twitter juga ikut berkomentar.

Pemilik akun @muhammads, salah satunya. Ia me-retweet utas yang ditulis oleh Rokok Indonesia, karena mendukung surat Anies Baswedan.

“Dan tindakannya untuk hidup yang lebih sehat di masa depan. Bukan untuk pendapat di utas,” tegasnya.

Sementara @firdausmhmmds_, yang mengaku sebagai perokok, berkata, “Saya tidak sepakat dengan argumen akun ini.”

“Akun ini hanya memanfaatkan polarisasi politik dan sentimen penuh kebencian kepada Anies,” sambungnya.

“Kalau mau bicara asing, seharusnya omongin juga dong Philip Morris perusahaan rokok AS yang akuisisi 40 persen saham Sampoerna di Indonesia,” kritiknya.

Akun @iimfahima, pun menyahut. “Gue mendukung kebijakan @aniesbaswedan, soal pembatasan rokok. Bodo amat itu keputusan politis atau tidak.”

“Kenapa, ya, orang-orang mikirnya jauh banget? Nyari dukungan-lah, bunuh diri politik-lah,” kata @jeongssaem.

“Padahal bisa saja memang beliau murni, karena peduli kesehatan masyarakat, dan memang mau amanah menjalankan tugasnya menyejahterakan masyarakat?”

“Kenapa apa-apa harus dibikin pusing, gitu lho. Lagian poinnya, ya, apa pun tujuannya, yang penting ‘kan untuk lebih baik,” imbuhnya.

Baca Juga:

Sama seperti @firdausmhmmds_, sebelumnya, @AfiatAnang, juga bicara sebagai perokok.

“Tapi menurut saya, ini langkah yang tepat sih. Memang harus gini buat ke depan,” ujarnya.

“Kalau bisa, Indo tiru Singapur ke depan. Tempat khusus perokok, dibatasin. Harga rokok dimahalin (banget),” sambungnya.

“Display rokok ditutup. Niscaya, cuma benaran perokok loyal yang bertahan, yang angin-anginan auto tobat merokok semua,” lanjutnya lagi.

Afiat sadar betul, bahwa menutup tampilan rokok adalah poin paling menantang.

“Jangankan lihat, nanya jenis rokok yang available saja, si penjaga toko enggak mau jawab. Kalau enggak benar-benar hafal, jadi ribet (banget),” bebernya.

Anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Naufal Firman Yursak, juga merespons utas @rokok_indonesia, dengan tanya.

“Sehat, Min? Pasti lagi sebal, ya? Coba jangan anonim, biar semua tahu siapa Anda,” tuturnya.

Baca Juga:

Sebelumnya, dalam surat yang beredar di media sosial, Anies, mengucapkan selamat kepada Founder Bloomberg Philanthropies, Michael R Bloomberg.

Pasalnya, yang bersangkutan diangkat sebagai WHO Global Ambassador for Noncommunicable Diseases and Injuries.

Anies, juga mengucapkan terima kasih kepada Blommberg Philanthropies, yang punya peran, membuat Jakarta, tergabung dalam Kemitraan Kota Sehat [bersama 54 kota lain di 2017].

Anies pun tak menghilangkan, bahwa dukungan Bloomberg, membuat Jakarta, 100 persen bebas dari iklan rokok di billboard.

Jakarta juga berencana menghapus iklan rokok indoor, sementara surat Anies itu, nampak diteken yang bersangkutan pada 4 Juli 2019 lalu.