Berita  

UAH Kena Fitnah, Siapa Dalangnya?

Pemfitnah UAH

Ngelmu.co – Ada pihak yang mencoba memfitnah Ustadz Adi Hidayat (UAH). Tepatnya setelah yang bersangkutan membuka donasi untuk Palestina.

Pertanyaannya, siapa dalang di balik ini semua? Apa motif serta tujuannya?

Direktur Eksekutif Amanat Institute Fahd Pahdepie adalah salah satu orang yang mencoba mengungkap persoalan ini.

Mengutip akun Instagram pribadinya, @fahdpahdepie, sampai Jumat (28/5) siang, setidaknya sudah tiga unggahannya berkaitan dengan UAH.

UAH Kena Fitnah‘, ‘Jangan Ada Fitnah di Antara Kita‘, dan ‘Lawan Buzzer, Tolak Ketagorisasi‘. Mari kita simak satu per satu.

Fitnah Sudah Keterlaluan

Pada tulisan pertamanya, ‘UAH Kena Fitnah’, Fahd merasa harus bersuara. Sebab, menurutnya, berbagai fitnah sudah keterlaluan.

“Jika kita tinggal diam, bangsa ini dalam bahaya, karena kita membiarkan mereka yang terus memecah belah masyarakat hidup tenang, ongkang-ongkang kaki, dan merasa menang.”

Bagi Fahd, ini bukan soal siapa, kubu politik mana, apa agama, suka atau tidak, dan seterusnya.

“Yang jelas, fitnah, kabar bohong, narasi kebencian dan perpecahan, tak boleh mengisi ruang publik kita dan memanipulasi pikiran masyarakat.”

Pasalnya, dalam jangka panjang, dampak dari ini semua, akan luar biasa.

“Saya akan memakai kasus UAH, untuk membedah persoalan ini.”

Baca Juga: Kembali Buka Donasi untuk Palestina, UAH, “Jangan Ganggu Singa yang sedang Berzikir”

Sebelumnya, penggalangan donasi oleh UAH untuk Palestina, memang mencengangkan publik.

Bagaimana tidak, dalam enam hari, pihaknya sanggup mengumpulkan kurang lebih Rp30 miliar dari masyarakat Indonesia.

“Barangkali, ini salah satu donasi untuk Palestina yang terbesar, yang dikumpulkan seorang individu, dalam waktu kurang dari sepekan.”

Fahd, berkesempatan memantau penggalangan dana UAH, “Bahkan sejak masih rencana.”

Pada Ahad (16/5) siang, ia dan UAH, berbincang melalui WhatsApp, soal urgensi membantu Palestina.

Saat itu, UAH baru saja mengunggah video berjudul ‘Palestina Memanggil’. Ia mengajak publik untuk berdonasi.

“Saya jawab di pesan WhatsApp itu, ‘Saya akan gerakkan teman-teman juga. Bismillah. Nanti saya ikut campaign’.”

Penggalangan dana pun terus bergerak. Selang lima hari, tepatnya Jumat (21/5), UAH, mengirimkannya pesan.

Berisi tautan ke sebuah video YouTube. Fahd, tercengang membaca judulnya.

‘Berita Terkini! ~ Mengejutkan!! Ust Adi Hidayat Terserat, UAS Ungkap Aliran Dana Donasi Palestina’.

Dari judul tersebut, Fahd menilai, jika ini salah satu teknik membuat konten viral.

“Dibuat seolah heboh, sengaja salah ketik, [dirancang] sedemikian rupa, agar mendorong orang untuk penasaran.”

Provokatif

Seperti dugaannya juga, isi dari video tersebut pun ambigu. “Enggak nyambung, tempel sana-sini, sama sekali tidak seperti judulnya, provokatif.”

Lebih lanjut, Fahd mengaku terkejut, karena dari empat video yang tercantum, ada tiga kanal YouTube, di antaranya:

  1. Suara Inspirasi,
  2. Suara Istana, dan
  3. Kabar Istana.

“Jumlah subscriber-nya pun tidak sedikit, 448 ribu. Video itu sendiri, sudah ditonton 72 ribu kali.”

Dari obrolannya dengan UAH, Fahd merasa, tak lagi dapat membiarkan hal ini.

“Bayangkan, ada puluhan ribu orang yang berpotensi menerima kabar bohong dan fitnah ini.”

“Bisa jadi di antara mereka terprovokasi, atau menelannya mentah-mentah. Lalu, termakan benci.”

Ia pun berkata pada UAH, “Saya akan bertanya ke sejumlah pihak, tapi saya bisa pastikan, itu bukan istana.”

Fahd yakin, akun-akun tersebut abal-abal, dan pembuatnya adalah pihak yang tak bertanggung jawab.

Namun, ia tetap bertanya kepada sejumlah koleganya di lingkaran Istana.

“Seorang pejabat di sana berujar, ‘Istana tidak mungkin membuat narasi seperti itu’.”

Fahd paham, pasca Pilpres 2019, ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan situasi dengan terus membuat narasi kebencian serta perpecahan.

“Di media sosial, kita akrab dengan istilah BuzzeRp vs Kadrun. Dua-duanya sama-sama ngeyel dan mengeruhkan percakapan publik kita.”

Tetapi Fahd, lagi-lagi memastikan, pihak-pihak ini liar. Tidak bertuan, “Bensin mereka adalah rasa benci yang akut.”

Mereka, lanjutnya, tidak senang jika masyarakat Indonesia guyub. Rukun.

Gagalnya Fitnah

Di sisi lain, meski fitnah bermunculan, penggalangan donasi UAH, berjalan lancar.

Bahkan, antusiasme publik yang hendak membantu Palestina, tidak terbendung.

Ketika penggalangan dana ditutup sementara, publik bertanya [kenapa donasi ditutup].

Dari sana jelas terlihat, mereka masih ingin membantu. “Tanggal 23 Mei, saya kembali berkomunikasi dengan UAH.”

Saat itu, Fahd mendapat informasi, bahwa dana telah terkumpul sekitar 2 juta USD, dan penggunaannya terbagi tiga.

“Bagian pertama, 1 juta USD [senilai Rp14,3 miliar] akan diserahkan melalui MUI, disaksikan langsung oleh Dubes Palestina.”

“Bagian kedua, 750 ribu USD [senilai Rp10,5 miliar] diserahkan melalui International Networking for Humanitarian (INH) untuk langsung disampaikan ke Gaza.”

“Dan bagian ketiga, sekitar 250 ribu USD [sekitar Rp5,5 miliar], akan dialokasikan untuk membantu pendidikan pelajar-pelajar Palestina.”

Percakapan WhatsApp UAH dengan Fahd

Kantor Akuntan Publik juga mengaudit seluruh donasi yang masuk ke rekening Yayasan Ma’had Islam Rafiatul Akhyar.

Bank Syariah Indonesia (BSI) pun menyupervisi, karena menggunakan rekening bank tersebut.

“Tanggal 24 Mei, semua dana itu diserahkan melalui MUI dan INH, disaksikan langsung oleh Dubes Palestina.”

“Disiarkan secara live melalui streaming YouTube, diliput dan diberitakan puluhan media nasional.”

Fahd, ikut mendampingi UAH pada acara tersebut. “Ditemani sahabat saya, Arief Rosyid yang merupakan Komisaris Independen BSI.”

Hari di mana publik bangga sekaligus terharu, karena dana sebanyak itu berhasil terkumpul hanya dalam enam hari.

Kata Fahd, UAH menegaskan, bantuan itu dari rakyat Indonesia. Ia hanya perantara.

“[UAH mengatakan] Saya tegaskan, ini dari rakyat Indonesia, untuk memenuhi janji konstitusi kita.”

MUI Mengapresiasi

Penyerahan Donasi untuk Palestina

Wakil Ketua MUI Anwar Abbas dan Sekretaris Jendral MUI Amirsyah Tambunan, menyambut gembira langkah UAH yang menitipkan dananya kepada pihaknya [institusi resmi yang diakui negara].

Saat menerima secara simbolis, Dubes Palestina untuk Indonesia Zuhair al-Shun juga mengatakan, “Kami sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya untuk bangsa Indonesia.”

“Atas seluruh dukungan dan dorongan untuk rakyat Palestina, untuk mencapai kemerdekaan yang akan datang.”

“Bagi kami, Palestina adalah Indonesia, dan Indonesia adalah Palestina,” tuturnya.

Fahd menilai, Indonesia juga akan terharu jika mendapat bantuan dari bangsa lain dengan penuh kepedulian.

Pada Selasa (25/5) lalu, Ketua Umum MUI KH Miftachul Akhyar, telah menyerahkan secara resmi bantuan tersebut kepada pihak Palestina.

“Malam harinya, saya ditelepon Sekjen MUI dan Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI Dr Sudarnoto Abdul Hakim.”

Sudarnoto, meminta pendapat Fahd, mengenai teknis penyaluran dana donasi yang telah diserahkan.

“Semua terdokumentasi dengan baik, terkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang negara, baik di Indonesia maupun Palestina.”

Sayangnya, lanjut Fahd, tukang fitnah masih saja berupaya menjegal.

“Syahwat mereka untuk memecah belah, tak bisa dibendung.”

Pada Rabu (26/5) subuh, Fahd kembali mendapat WhatsApp dari UAH.

“Kali ini, beberapa screenshot dari berbagai channel, di antaranya Kabar Istana dengan 65.1 ribu subscribers, dan Suara Inspirasi.”

Judul video-video mereka, lagi-lagi provokatif dan menyesatkan, seperti di bawah ini:

Berbagai unggahan YouTube yang berisi fitnah terhadap UAH

“Saya kira, kita tak bisa tinggal diam. Pihak-pihak tak bertanggung jawab ini memang sengaja menyebar fitnah, dan ingin memecah belah.”

Perlunya Tindakan Hukum

Pada Kamis (27/5), Fahd pun menyarankan agar UAH, segera mengambil tindakan hukum.

“Saya juga meminta izin beliau untuk bergerak dengan cara saya. Saya sudah komunikasikan masalah ini kepada berbagai pihak.”

Mulai dari DPR, MPR, TNI, Polri, hingga kerabat Fahd, di pemerintahan.

“Kita tak bisa biarkan ini terus terjadi,” tegasnya. Ia pun mengajak publik untuk menjadi saksi.

“Teman-teman bisa ramai-ramai melaporkan akun-akun itu. Jangan lupa screenshot untuk dijadikan bukti.”

“Juga ikut memberi klarifikasi kepada mereka yang sudah telanjur termakan fitnah.”

Sikap ini, kata Fahd, bukan hanya soal membela UAH, tetapi lebih dari itu. “Ini tentang menolong bangsa dari perpecahan.”

“Lihatlah akun-akun YouTube yang saya sebut di atas. Di sana, fitnah begitu nyata dan terang benderang.”

Dari mantan kepala negara, hingga pemuka agama. “Publik dibentur-benturkan untuk saling benci.”

“Ini saatnya kita bergerak. Tukang fitnah harus kita lawan. Tak ada pilihan lain!,” tegas Fahd.

Pertanyakan Eko Kuntadhi

Fahd juga menanyakan sosok Eko Kuntadhi yang pernah disebut buzzer oleh pengamat politik, Achsin Ibnu Maksum.

Pasalnya, melalui dua cuitan, pria itu bersuara soal penggalangan donasi UAH untuk Palestina.

Eko Kuntadhi

“Alhamdulillah. Terkumpul Rp60 M. Diserahkan Rp14 M. Sorry Rp30 M,” tulisnya.

Twitter/eko_kuntadhi

Fahd yang mengaku tak mengenal Eko, pun menanggapi kicauan Eko tersebut.

“Tweet-nya tentang donasi UAH untuk Palestina, berbahaya. Berpotensi mengandung fitnah, dan jelas berbau provokasi.”

Eko, melampirkan tangkapan layar dari cuitan yang membagikan tautan video YuoTube UAH [saat mengabarkan keberhasilan terkumpulnya donasi Rp30 miliar untuk Palestina dalam enam hari].

“Saya yakin, Eko, tak menonton video itu. Sebab, jika ia menontonnya, seharusnya ia tahu ke mana dana Rp30 miliar itu disalurkan.”

Pada cuitannya, Eko juga melampirkan tangkapan layar dari berita CNN Indonesia yang melaporkan UAH, menyerahkan dana Rp14,3 miliar ke MUI.

“Entah, ia membaca berita-berita ini atau tidak.”

“Sebab, jika ia membacanya, bantuan yang diserahkan melalu MUI ini hanya salah satunya.”

Di hari yang sama, UAH juga menyerahkan bantuan kepada pihak lain, dan masih disaksikan oleh MUI serta Dubes Palestina.

Cuitan Eko, pada Selasa (25/5) lalu, menurut Fahd, bukan hanya salah informasi, “Tetapi sekaligus sangat mungkin memunculkan kecurigaan dan fitnah.”

Fahd menilai, kicauan itu juga penuh sinisme. “Terbaca sengaja dibuat untuk menciptakan kecurigaan atau setidaknya polemik.”

Hal ini dapat dilihat dari puluhan orang yang membalas cuitan Eko, dengan tuduhan kepada UAH–menggelapkan dana [tidak menyerahkan bantuan sepenuhnya].

Narasi Berbahaya

Meski tak mengetahui jelas tujuan dari twit-twit yang disampaikan oleh orang semacam Eko, Fahd menilai hal ini berbahaya.

“Saya memerangi narasi-narasi ganjil semacam ini. Provokatif, penuh sinisme, mengandung fitnah, dan berpotensi memecah belah.”

Sebab, Fahd mengenal UAH, secara pribadi. Bahkan, ia juga ikut dalam proses pengumpulan donasi untuk Palestina tersebut.

“Semuanya akuntabel dan transparan, rekeningnya bisa langsung disupervisi BSI, yayasannya diaudit secara publik.”

“Diserahkan kepada lembaga terkemuka yang diakui negara, semua prosesnya disiarkan secara langsung, dan melibatkan publikasi media yang luas.”

Singkatnya, kata Fahd, semua cara dan prosedur yang harus ditempuh, sudah dilakukan.

“Melibatkan institusi kredibel yang diakui negara. Seluruh prosesnya, dilaporkan secara terbuka dan bisa dicek langsung.”

Ia tak menutup mata, jika akhir-akhir ini, fitnah memang bermunculan ke arah UAH. Jenisnya beragam.

“Diiringi narasi nyinyir, mengapa menyumbang atau berdonasi buat Palestina, padahal banyak orang di Indonesia, juga membutuhkan.”

Pihak-pihak itu, kata Fahd, tidak terima jika solidaritas masyarakat Indonesia begitu kental untuk Palestina.

Fahd juga heran dengan Eko yang nampak tak suka dengan langkah UAH, menggalang donasi untuk Palestina.

“Juga tokoh-tokoh lain, karena ia [Eko] menulis hal sejenis untuk yang lain.”

Fahd pun bertanya, apa sebenarnya yang Eko harap.

“Polemik? Perdebatan? Kecurigaan publik? Tuduhan? Entahlah.”

“Tapi apa yang ia lakukan, sama sekali tak berdasar [baseless], dan memperkeruh ruang percakapan publik.”

Fahd yang juga adik kelas UAH, semasa di Pondok dahulu, selalu meminta nasihat kepada UAH.

“Maka jika ada yang menyerang atau menuduhnya, pasti saya bela dan lawan.”

Namun, kali ini bukan hanya soal UAH, kata Fahd, “Ini sesuatu yang lebih besar.”

Publik harus bergerak, demi menghentikan tradisi pembuatan narasi buruk serta tidak bertanggung jawab di ruang publik, ujarnya.

“Kita harus berhenti mengikuti narasi-narasi buruk. Melawan mereka yang doyan memicu konflik dan memecah belah,” kata Fahd.

Mencari Dalang Fitnah

Fahd, mengaku akan terus bergerak, demi membongkar kasus fitnah terhadap UAH.

“Dalam perjalananya, saya menemukan banyak hal,” ujarnya. “Kita harus melawan kategorisasi.”

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Fahd Pahdepie (@fahdpahdepie)

Sebenarnya, setelah menyoroti penggalangan dana oleh UAH untuk Palestina, Eko Kuntadhi juga berkicau soal Taqy Malik.

Taqy adalah pihak lain yang turut menggalang dana untuk membantu Palestina–korban kekejaman Israel.

Berikut cuitan Eko soal Taqy:
Twitter/eko_kuntadhi

Bukan menjawab Eko, tetapi Taqy telah memberi penjelasan untuk penggalangan donasinya.

Tepatnya, setelah dua pengguna media sosial [Facebook dan Twitter], mempertanyakan alur dana yang terkumpul, sebesar Rp5 miliar.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Juragan Saffron (@taqy_malik)