Berita  

UAH Semakin Menggelegar, Ada yang Mulai Bergetar? Begini Suara Publik

UAH Donasi Palestina
Foto: YouTube/Adi Hidayat Official

Ngelmu.co – Melalui kanal YouTube resminya, pada Selasa (1/6) kemarin, Ustaz Adi Hidayat (UAH), kembali mengunggah sebuah video.

Berdurasi 17 menit 20 detik, dengan judul, ‘UAH Semakin Menggelegar, Ada yang Mulai Bergetar?‘.

Di mana isinya, UAH, menjelaskan dengan detail, perkembangan penyaluran dana donasi tahap pertama [16-22 Mei 2021] yang terkumpul melalui rekening Yayasan MIRA [Ma’had Islam Rafiatul Akhyar].

Baca Juga: Kicauan Guntur Romli Usai UAH Ambil Langkah Hukum soal Donasi

Pada kesempatan itu, ia kembali menegaskan, bahwa tidak ada sepeser pun dari donasi yang masuk ke kantongnya pun tim.

Pasalnya, semua dana yang terkumpul, tersalur untuk kepentingan Palestina.

“Sekali lagi saya tegaskan, tidak ada biaya operasional yang kita ambil sedikit pun. Ini memang murni untuk disalurkan,” tegas UAH.

“Tidak ada satu sen pun. Apalagi seorang Adi Hidayat, naudzubillah, tidak ada yang demikian,” jelasnya.

Publik Merespons

Publik pun merespons. Mereka mengaku tidak pernah mencurigai UAH, sejak awal penggalangan donasi.

Namun, dengan penjelasan ini, mereka ingin UAH semakin semangat dan kuat, dalam menghadapi suara-suara miring di luaran.

Seperti kata Ekhal Asyhur Yusuf, “Semangat Ustadz. Semoga selalu dalam lindungan Allah, diberi kesehatan, kekuatan, dan barokah umurnya Ustadz. Aamiin.”

“Semoga UAH diberi sehat beserta keluarga. Ustadz idolaku. Tetap semangat dalam menjalankan tugas,” sahut Wahyu Ningtyast.

“Semoga para penyumbang untuk Palestina, dimuliakan di dunia dan akhirat, serta dilapangkan rezeki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin ya Rabbal Alamin,” tutur Alidin Alidar.

“Buka terus rekening bantuan untuk Palestina. Agar musuh-musuh Islam, dan orang-orang munafik mati dalam sakit hati,” sambungnya.

“Proses terus tukang fitnah itu Jangan ampuni kaum munafik! Mereka menusuk dari belakang, menggunting dalam lipatan,” pinta Sinta Fitri Jecika Sari.

Begitu juga ujar Ahmad Faqih, “Maa syaa Allah, terima kasih Ustadz. Semoga selalu dalam lindungan Allah, sehat dan semangat selalu. Aamiiin.”

“Biarpun banyak guru kita, ustadz-ustadz yang dijelekkan dan dipermalukan di channel CokroTV, tetapi kita orang Islam, akan terus menjadi pembela guru kita tersebut. Allahu Akbar,” tulis Yuan Isra.

Sementara Vitya Mashina menilai, “Kayaknya yang fitnah itu keseringan korupsi. Jadi, secara enggak sadar, ia suudzon, nuduh orang lain korupsi, karena ngiler lihat uang gitu kalau enggak dikorupsiin.”

Melaporkan Perkembangan Penyaluran Donasi

Di awal video, UAH, menyampaikan komitmen juga kabar bahagia, atas apa yang ia rintis bersama para donatur.

“Khususnya dari teman-teman jemaah, teman-teman sebangsa se-Tanah Air.”

“Telah bersama-sama, kita mencoba untuk menggalang donasi, dan menyalurkannya demi kepentingan saudara-saudari kita di Palestina.”

“Dan ini adalah amanah, ya, sekali lagi amanah dari Undang-Undang Dasar kita.”

Pada kesempatan tersebut, UAH, menjabarkan setiap perkembangan, khususnya kepada para donatur.

“Ini spesifik bagi teman-teman yang telah berdonasi tentunya, para donatur, ya, karena kita punya kewajiban untuk mengedukasi juga ke publik.”

“Bahwasanya, setiap apa yang kita terima, selalu kita sampaikan. Baik alur masuknya, alur keluarnya, seperti apa.”

“Seperti sering saya tegaskan, termasuk jumlah terakhir kita di MUI, ya, yang bertempat di DSN itu ‘kan, Dewan Syariah Nasional.”

UAH memegang map yang sama, pada saat ia berkunjung ke DSN MUI, bertemu stakeholder MUI, juga pihak Bank Syariah Indonesia [diwakili oleh komisaris].

Termasuk perwakilan dari International Networking for Humanitarian (INH) yang saat itu turut hadir.

“Bahkan, ada juga beberapa teman-teman media, baik cetak, elektronik, dari televisi juga ada pada saat itu, saya masih ingat.”

“Ini saya tertib, ya. Insya Allah, tertib teman-teman sekalian, dan para donatur, seperti pernah saya sampaikan juga… ini untuk donatur-donatur, ya, yang sudah menyumbang.”

“Saya tidak punya kewajiban menyampaikan kepada yang tidak berdonasi, tapi untuk diketahui sebagai edukasi, boleh-boleh saja.”

UAH menyampaikan penjabaran ini untuk menjawab jika nanti ada donatur yang menanyakan bukti transfer atau proses penyalurannya.

“Insya Allah, kita ini sampaikan secara terbuka, dan nanti kita akan tuliskan secara terukur, dan teman-teman bisa lihat, ya.”

Melampirkan Bukti Cetak

UAH juga melampirkan berbagai bukti cetak. “Saya yakin, walaupun kebanyakan tidak menuntut itu, tapi untuk edukasi, untuk keterbukaan, tetap kami sampaikan, ya.”

Pada kesempatan itu, UAH, menunjukkan bukti lembaran yang mencatat jelas perkembangan dana donasi masuk pun keluar.

“Ini selalu update, aktual, bahkan di sini PT Bank Syariah Indonesia adalah pelaku jasa keuangan terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).”

UAH memang kerap menyampaikan, bahwa ia mempersilakan OJK, PPATK [Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan], mengamati pergerakan dana donasi ini.

“Bahkan, ya, atau nanti ada pihak-pihak terkait yang mencurigai ada sesuatu dan sebagainya, silakan, langsung dilihat.”

“Disampaikan kepada kami, nanti kita ambil tindakan dari situ, atau juga kita jalankan, seperti kita sampaikan, dengan audit dan semacamnya. Sudah ada, insya Allah.”

UAH juga kembali menunjukkan surat dari pihak INH yang menyampaikan bahwa pada Sabtu (22/5) lalu, [bersamaan dengan ditutupnya donasi tahap pertama] telah masuk permohonan bantuan mendesak dari Gaza, Palestina.

“Ini rinciannya, dan sudah saya tunjukkan waktu di DSN. Berapa jumlah yang dibutuhkan, dan ini sudah kita update juga.”

“Nanti tertulisnya ada, jadi bukan cuma laporan biasa, tertulisnya ada. Detail, kita.”

UAH yang menerima surat dari INH pada Sabtu (22/5), menjawabnya pada Ahad (23/5).

“Jadi, ini [surat permohonan] masuk [tanggal] 22 [Mei], saya jawab tanggal 23, dan kesiapan kita untuk membantu, menyalurkan amanah teman-teman sekalian, tanggal 24, kita transfer-kan.”

Pagi hari sebelum berkunjung ke MUI, UAH, telah meminta kepada bagian bendahara Yayasan MIRA untuk mengeksekusi amanah dari para donatur.

“Ini bukti transfernya, tanggal 24 [Mei]. Ada buktinya, hati-hati, dan akan terlacak, arus rekening itu ‘kan kelihatan.”

“Kalau teman-teman mau, bahkan nanti kita bisa turunkan dari mulai rekening koran, [dalam] sehari [ada] 625 halaman.”

UAH juga mempersilakan, pihak yang ingin menelusuri pergerakan dana donasi tahap satu yang ia galang untuk Palestina tersebut.

Dana Telah Tersalur ke Palestina

Selanjutnya, UAH bersama tim, mendatangi Majelis Ulama Indonesia, bertempat di Dewan Syariah Nasional, untuk menyalurkan bagian donasi selanjutnya.

“Tahap yang kedua, karena ‘kan kita bagi tiga tahap.”

“Tahap pertama, kebutuhan mendesak di Gaza, karena Gaza ini yang dibombardir waktu itu.”

“Nilainya yang kita transfer-kan, teman-teman sekalian, ada sebesar Rp10.272.905.500, setara dengan 715 ribu USD.”

“Ini setelah kita kirimkan, kita dapat penghargaan, dan juga berita acara penerimaan.”

UAH juga menunjukkan sertifikat penghargaan yang diberikan kepada Yayasan MIRA atas dukungan serta konstribusi untuk membantu rakyat Palestina.

“[Angka yang tertera pada penghargaan] Persis seperti yang kami transfer. Bahkan, nanti ada bukti lagi. Bukti penerimaan dari sana, bermeterai Rp10.000.”

“Bukan meterai minta maaf, [tapi] meterai penerimaan bukti, bahwa dana teman-teman sudah ditransfer.”

Lalu, pada Senin (24/5), UAH bersama tim, mendatangi MUI sekaligus bertemu dengan Duta Besar Palestina.

“Kami menyerahkan juga 1.000.000 USD, yang kita ingin salurkan dari donasi teman-teman.”

Jika sebelumnya tersalur ke Gaza, bagian ini untuk yang ada di Tepi Barat.

“Karena Palestina itu bukan hanya wilayah Gaza saja yang dibombardir, tapi juga ada wilayah-wilayah lain yang turut berjuang di Tepi Barat.”

Maka UAH, menitipkan hasil penggalangan dana itu ke MUI. “Secara simbolis disampaikan, diketahui oleh Duta Besar Palestina yang saat itu juga hadir.”

“Jadi, di seremonial-kan untuk diketahui, bahwa ini kami titipkan ke MUI untuk [disalurkan] di Tepi Barat, di Hebron.”

“Dan rencananya, di sana insya Allah, akan dibangunkan Rumah Sakit Indonesia, supaya jariahnya terus berkepanjangan.”

UAH menegaskan, bahwa pihaknya menyampaikan dana tersebut melalui MUI, berlandaskan dengan keyakinan serta kepercayaan.

“Insya Allah, sudah senapas, sudah baik. Jadi, setelah kita serahkan, kemudian kita transfer.”

Bukti Transfer

UAH juga menunjukkan bukti transfer, baik untuk para donatur, juga pihak lain yang menanyakan.

“Jadi, setelah kita simbolis, kita kemudian sampaikan, serah terima dulu, kita tertib banget administrasinya.”

“Saya sering sampaikan, termasuk di DSN, bahwa, jangan posisikan donasi ini dari seorang Adi Hidayat.”

“Walaupun kita sama-sama berkontribusi, tapi saya ingin ini dipahami sebagai donasi dari rakyat Indonesia.”

Namun, UAH mengingatkan, agar pihak mana pun tidak salah kutip.

“Jangan salah sebut. Saya katakan, rakyat Indonesia, dan rakyat Indonesia-nya saya tuliskan di satu simbolik pemberian.”

“Itu tertulis, ‘Dari rakyat Indonesia’, saya tidak pernah katakan seluruh rakyat Indonesia, awas, hati-hati.”

“Jadi, kalau ada di-framing, keluar kata-kata ‘Seluruh rakyat Indonesia’, itu bukan kata-kata saya.”

“Nanti kalau ada, misalnya memberikan statement, ‘Ini ‘kan seluruh rakyat Indonesia, jadi kami berhak bertanya’.”

“Sebentar Joni, yang saya tuliskan, ‘Rakyat Indonesia’, dan saya tuliskan di bagian papan donasi, artinya, rakyat yang berdonasi.”

“Dan kepada rakyat inilah, saya memberikan laporan, dan yang lainnya pun kita hormati, tidak ada masalah di sini.”

Itu mengapa, UAH, runtut menyampaikan perkembangan pergerakan donasi untuk Palestina tersebut.

“Kita sampaikan beritanya, penyampaiannya, supaya teman-teman kalau bertanya mana bukti transfernya, ini ada.”

“Bagi yang menyumbang ‘kan berhak bertanya ‘kan? Bagi yang berdonasi, tentu sangat berhak.”

“Walaupun sampai saat ini, saya masih belum pernah dapatkan WhatsApp misalnya, atau telepon, mengatakan, ‘Ustaz, mana buktinya?’.”

“Alhamdulillah, para donatur ini baik-baik, percaya, tapi tetap kita jaga kepercayaan mereka.”

Siap Mengejar Pembuat Gaduh

Lebih lanjut, UAH kembali mengingatkan, bahwa pihaknya tak segan untuk mengejar siapa pun yang sengaja membuat gaduh.

“Hati-hati, ya. Jadi, jangan sampai, saya nih, saya, Adi Hidayat, misalnya, enggak ikut menyumbang, tapi saya sendiri bertanya pada orang lain, ‘Mana bukti transfernya?’, ‘kan saya enggak ikut apa-apa, masa saya harus berlaku seperti itu? Itu saya kira, secara logika juga tidak masuk akal, ya.”

Namun, jika ada yang demikian, UAH mengaku tidak bisa menilai, “Yang penting, jangan berbuat sesuatu yang gaduh, atau menimbulkan polarisasi, perpecahan, dan sebagainya.”

“Itu, kita akan kejar yang seperti itu, supaya tidak membuat kegaduhan-kegaduhan.”

UAH bersyukur, sampai detik terakhir, penyaluran donasi berjalan tertib.

“Surat-menyurat ada, dan juga bukti transfer ada, dan insya Allah, seperti saya sampaikan, kita sudah kerja sama dengan tim audit.”

Jauh sebelum penggalangan donasi untuk Palestina, UAH bersama tim, sudah terbiasa dengan pengauditan.

“Persiapan untuk kembali kepada Allah, jadi di dunia harus jelas dulu.”

“[Sebab] yang paling mengkhawatirkan, kalau Allah di hari akhirat nanti mengaudit, dan kita tidak bisa mempertanggungjawabkan. Itu yang paling berbahaya.”

UAH juga kembali berterima kasih kepada para donatur, sekaligus kembali menekankan, tidak ada biaya operasional yang mereka ambil, sedikit pun.

“Ini memang murni untuk disalurkan. Tidak ada satu sen pun. Apalagi seorang Adi Hidayat, naudzubillah, tidak ada yang demikian.”

“Jadi, ini semuanya. Nanti untuk teman-teman donatur yang memerlukan teknis administratif, kita tertib, rapi, semua beres.”

Jaga Adab, Jangan Main Hakim Sendiri

UAH juga berpesan kepada siapa pun untuk menjaga adab dan tidak main hakim sendiri.

“Lanjut, teman-teman yang membuat ulah, bikin gaduh, macam-macam, ya, kita tertibkan, ya.”

“Karena sampai hari ini pun saya tidak mendapatkan satu itikad baik.”

“Baik itu mengklarifikasi, apalagi meminta maaf, misalnya kepada umat, karena ini masalah umat, masalah orang donasi, masalah macam-macam, dan menimbulkan kegaduhan.”

Pasalnya, UAH mengaku, telah mengantongi banyak bukti berupa tangkap layar.

“Kalau kita tampilkan, banyak. Jadi, dari sejak awal, dari mulai yang YouTube, itu sudah kena delik, jelas.”

Ada juga beberapa akun di Twitter atau media sosial lainnya. “Termasuk komentar-komentarnya juga sudah kita kumpulkan semua.”

Di akhir, UAH pun berpesan, “Tolong, mohon maaf, ya, jaga adab. Saya mengajarkan menjaga adab.”

“Jaga yang baik, jangan saling mencela, jauhi itu semua, dan jangan main hakim sendiri, saya ulangi, jangan main hakim sendiri.”

Termasuk dengan celaan, kata-kata, atau rencana-rencana buruk.

“Tidak. Tidak boleh main hakim sendiri, karena kita ingin dihadirkan tiga hakim sekaligus.”

“Hakim ketua, hakim anggota, ada jaksa, dan ada yang lain-lain.”

“Jadi, jangan main hakim sendiri, karena tiga hakim sudah menunggu untuk proses pengadilan yang adil dan transparan,” pungkas UAH.