Video Para Pesepak Bola Buka Puasa di Tengah Pertandingan Curi Perhatian

Ramadan Giresunspor Ankara Keçiörengücü Turkey

Ngelmu.co – Kembali diberi kesempatan untuk bertemu dengan bulan suci Ramadhan adalah hal yang patut disyukuri oleh umat Muslim, di mana pun berada.

Tak terkecuali para pesepak bola di negara Turki yang tergabung dalam klub Ankara Keçiörengücü dan Giresunspor.

Beredar luas video yang merekam bagaimana pada Selasa (13/4) kemarin, pertandingan antara keduanya dihentikan sejenak saat azan Maghrib berkumandang.

Tak heran jika potret ini mencuri perhatian pencinta sepak bola, bukan hanya di Turki, tetapi mancanegara.

Mengutip beIN SPORTS Türkiye [saluran televisi yang menyiarkan], sekitar 10 menit usai pertandingan dimulai, azan pun berkumandang.

Kumandang azan Maghrib terdengar beberapa saat setelah salah satu atlet mengalami cedera.

Video yang beredar luas juga memperlihatkan bagaimana beberapa pemain klub Ankara Keçiörengücü pun Giresunspor, berbuka dengan air, kurma, dan pisang.

Mereka yang terekam adalah Fatih Selimhan Solmaz, Burak Aydin, Ugur Utlu, Abdulkadir Korkut dari Ankara Keçiörengücü.

Sementara dari Giresunspor, sebagai penjaga gawang, Tolgahan Acar tetap duduk di areanya, dan Mamadou Diarra bergabung dengan pemain Ankara Keçiörengücü.

Meskipun harus mengakui keunggulan Giresunspor yang memenangkan pertandingan 2-1, Presiden Klub Ankara Keçiörengücü Sedat Tahiroğlu, tetap mengaku bangga.

“Saya bangga dengan tim teknis dan pesepak bola saya. Semoga Allah menjadi penolong dan mengasihi kalian.”

 

View this post on Instagram

 

A post shared by beIN SPORTS Türkiye (@beinsportstr)

Baca Juga: Bukan Hanya Bangga Jadi Muslim, Mesut Ozil juga Bahagia Sambut Ramadhan

Bukan hanya Sedat yang bangga, Muslim lainnya juga demikian. Ustaz Azzam Mujahid Izzulhaq, misalnya.

Ia menilai potret yang terekam dalam video ini sebagai cara para pesepak bola berdakwah tanpa harus berceramah.

“Dakwah itu tak melulu ceramah,” tutur Ustaz Azzam.

Baginya, berdakwah juga bukan cuma tugas para Ustaz dan Ustazah.

“Apa pun profesi dan latar belakang kita, sangat memungkinkan untuk berdakwah, karena pada hakikatnya, dakwah itu adalah ajakan.”

Mungkin, lanjut Ustaz Azzam, tampak ‘aneh’ karena pertandingan tetap berlangsung di tengah bulan puasa.

“[Namun] Mereka berhenti sejenak saat waktu berbuka puasa tiba, yang artinya, selama bertanding, mereka memang berpuasa.”

“[Sekaligus] ‘Berdakwah’ bab puasa juga bab adab makan dan minum kepada penontonnya,” ujar Ustaz Azzam.

Apalagi pada kesempatan itu, bukan cuma para pemain, tetapi ofisial, wasit, hingga penonton juga berbuka puasa bersama.

Kini, di mata Ustaz Azzam, Turki memang sedang rajin-rajinnya berdakwah.

“Perlahan, tapi pasti. Bahkan, kadang tanpa ‘label’. Memasukkan nilai-nilai keagamaan di ruang-ruang publik yang selama ini sekuler.”

“Tahu-tahu, ada saja nilai-nilai keagamaan dimasukkan secara ‘halus’, menginfiltrasi pemahaman masyarakat di segala sektor.”

Sehingga perlahan, kata Ustaz Azzam, masyarakat yang lama terbina oleh sekularitas, dapat kembali tersentuh nilai-nilai Islam, tanpa mereka sadari.

“Dibutuhkan energi dan strategi yang besar memang. Tidak ‘grasa-grusu’. Sekali lagi, pelan, tapi pasti. Step by step.”

Menurut Ustaz Azzam, dakwah memang dapat dilakukan oleh siapa pun. Politisi hingga atlet. Polisi hingga pedagang kaki lima.

“Sampai kemudian arus dakwah dan kebangkitan peradaban itu tak terbendung lagi.”

Di akhir Ustaz Azzam pun berpesan, “Kalau kita puasa, lalu lemah lesu, dan bawaannya tidur melulu, mungkin perjuangan peradaban kita akan bertambah panjang waktunya.”

“Karena perjuangan melawan peradaban diri saja masih begitulah adanya,” pungkasnya.