Berita  

Viral Pengibaran Bendera Putih di Sejumlah Tempat Sebagai Tanda Menyerah

Viral Pengibaran Bendera Putih di Sejumlah Tempat Sebagai Tanda Menyerah

Ngelmu.co – Berkibarnya bendera putih di sejumlah tempat menyita perhatian publik, di tengah Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di beberapa wilayah, khususnya Jawa-Bali.

Unggahan terkait pemasangan bendera putih ini pun ramai di media sosial. Bendera putih tersebut diduga sebagai tanda menyerah pedagang kaki lima (PKL) terhadap PPKM yang berimbas pada kegiatan usaha mereka.

Pemasangan Bendera Putih di Malioboro

Seperti yang terjadi di Malioboro, bendera putih terpasang hampir di sepanjang jalan. Pemandangan itu, diunggah oleh akun Twitter @RyuDeka, Jumat (30/7/2021).

“Pagi ini lewat Malioboro. Bendera putih terpasang hampir di sepanjang jalan.”

“Para pedagang banyak yang sudah menyerah. Sedih lihatnya.”

“Di hari Jumat yang baik ini, mari berdoa semoga situasi ini tidak berlangsung lebih lama, ya. Dan semoga segera kembali baik-baik lagi,” tulis akan tersebut.

Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM) Desio Hartonowati mengatakan, bendera putih ini sebagai tanda berkabung para PKL menghadapi situasi saat ini.

Artinya, para PKL sudah menyerah dengan kondisi ekonomi dan usaha mereka yang semakin hari semakin memburuk.

“Bendera putih dipahami oleh masyarakat kita sebagai tanda berkabung. Hal itu yang hari hari ini mulai merayapi komunitas dan pelaku usaha di Malioboro,” kata Desio.

Bendera Putih di Cirebon

Perpanjangan PPKM level 4 juga memicu reaksi para pedagang kaki lima di Cirebon. Sejumlah pedagang di Kota Cirebon memasang bendera putih sembari berdagang. Salah satunya PKL yang ada di kawasan Alun-alun Kejaksaan Kota Cirebon.

“Sejak kemarin kami pasang bendera putih dan belum tahu sampai kapan,” kata koordinator PKL Alun-alun Kejaksaan Kota Cirebon, Joko Santoso (30/7/2021).

Menurutnya, pemasangan bendera putih tersebut merupakan inisiatif PKL di Kota Cirebon, sebagai ungkapan kekecewaan PKL terhadap aturan PPKM di kota tersebut. Mereka seakan menyerah dan pasrah kepada aturan pemerintah yang dianggap merugikan mereka.

Pengibaran bendera putih juga sempat terjadi di daerah Bandung, kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, hingga derah Ampel di Surabaya, Jatim.

Melansir dari Kompas, sebanyak 104 PKL di Jalan Cikapundung Barat, Kota Bandung, Jawa Barat melakukan aksi pasang bendera putih di kios mereka.

Sejak diberlakukannya PPKM, Darurat, PKL Cikapundung yang terdiri dari pedagang kuliner, stempel, dan buku sudah tidak berjualan, baik siang maupun malam hari.

Cafe di Cilegon Melakukan Hal Serupa

Bahkan, pengelola kafe di Cilegon pun turut melakukan hal serupa, yakni mengibarkan plastik putih tanda menyerah. Sebab, selama PPKM ini, mereka merugi hingga puluhan juta lantaran tidak ada pemasukan sama sekali.

Rizki Irawan, Manajer Caffe Gue di Kota Cilegon, Banten itu mengaku stok daging untuk pembuatan steak membusuk dan tak bisa digunakan lagi. Begitupun dengan 30 dus susu murni yang tak lagi terpakai. Kini kafenya sudah terlihat kotor dan berdebu, lantaran tak pernah dibuka selama PPKM berlaku.

Dia dan dua pegawainya yang masih bertahan tak tahu harus berbuat apa lagi. Menurutnya, sosialisasi PPKM Darurat terlalu mendadak, sehingga tak ada persiapan. Rizki pun terpaksa menutup kafenya lantaran tidak ada pengunjung yang datang.

“Sosialisasi enggak dari jauh-jauh hari, kita udah keburu belanja bahan baku daging, sayur, susu murni, terus buah-buahan, ya basi semua, dibuang. Ada sebagian susu yang masih bisa dipakai saya kasihin ke orang,” katanya, Jumat (30/7/2021).

Rizki bercerita, pada 2 Juli 2021, kafenya yang saat itu masih buka didatangi petugas dan baru diberi tahu mulai 3 Juli 2021, atau keesokan harinya diberlakukan PPKM Darurat. Nahas baginya, peraturan itu malah berlanjut hingga 2 Agustus 2021, itu artinya satu bulan penuh Rizki dan pegawainya tidak bisa mencari nafkah.

Sebagai bentuk protes lantaran tak ada solusi dari pemerintah, dia pun mengikat plastik putih ke gagang sapu dan memasangnya di depan kafe. Plastik putih itu juga menjadi simbol menyerah di tengah pemberlakuan PPKM.

Meski dalam keadaan terhimpit, Rizki mengaku tidak sampai hati memecat pegawainya. Dia tetap menggaji 15 karyawannya, mulai dari OB hingga chef. Alasannya sederhana, ingin memanusiakan manusia.

“Kami menyerah, plastik itu karena memang, boro-boro mau beli bendera, kita pemasukan aja enggak ada, sedangkan sewa gedung sudah dibayar, modal defisit, belum lagi kita juga harus memperhatikan karyawan, token listrik udah di isi, tutup satu bulan ini aja kerugian puluhan juta,” katanya.

Baca Juga: Masyarakat Punya PPKM Versinya Sendiri!

Ia berahap, ada solusi dari pemerintah pusat maupun daerah, agar pengusaha kecil dan pemilik kafe tidak sampai gulung tikar. Selain harus menjaga kesehatan, dapur pegawai mereka juga harus tetap ngebul agar perut tak lapar dan listrik tak padam.

“Harapannya, bisa ada sinergitas dengan kami yang buka mulai sore sampai malam. Bisa memberikan kami edukasi, solusi cara-cara berjualan yang lain dengan metode yang kami ketahui. Kalau harus jualan online, gimana caranya?” ujarnya.