Berita  

Warganet Jawab Pernyataan Stafsus Jokowi soal Belum Terciptanya Generasi Bernalar Kritis

Ngelmu.co – Pernyataan salah satu Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo (Jokowi), Aminuddin Ma’ruf, yang menyebut dunia pendidikan Indonesia saat ini, belum bisa menciptakan generasi muda bernalar kritis, mendapat tanggapan dari warganet.

Sebelumnya, Aminuddin mengatakan, kenyataan itu juga menyebabkan kendala pada generasi muda dalam menerima arus informasi.

“Dunia pendidikan kita belum mampu menciptakan generasi yang punya nalar kritis, berpikirnya hanya linear saja,” tuturnya, seperti dilansir Detik, Sabtu (14/12).

Para pengguna media sosial, khususnya Twitter, pun menjawab pernyataan Aminuddin.

Mereka menyampaikan pandangannya masing-masing, mengapa generasi muda Tanah Air, kerap bersikap tak kritis.

Audhina N. Afifah: Lah kalau kritis entar ditangkep.

Haris: Kalau kritis entar di-cap antek PKI.

Zinovy: Kritis terhadap oposisi, nurut terhadap rezim. Mungkin.

Fajri: Kritis auto labeling; kadrun, radikal, radekil, ra-urus.

Ikhsan: Gak boleh kritis sama negara. Takut di-cap radikal, PKI, segala macam deh pokoknya.

Ahzan: Minimal (kalau kritis) di-bully massa (pengalaman pribadišŸ˜­)

Bops: Kalau kritis, nanti gak bisa masuk BUMN/PNS.

Alfonsius: Kalau warga negaranya kritis semua, gak ada yang bisa di-bego-beg*in dong.

Sebelumnya, Aminuddin juga membicarakan tentang permasalahan pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah ketidaksesuaian dunia pendidikan dengan industri kerja.

“Pak presiden berharap besar dari generasi yang ada di sini semua, untuk kemajuan Indonesia dalam skala makro-nya,” ujarnya di depan para milenial, di acara Milenial Fest di Balai Sarbini, Jakarta Pusat.

“Kita adalah tulang punggung pembangunan nasional, sampai 2045, dan didengungkan sebagai generasi emas di Indonesia,” sambung Aminuddin.

Baca Juga:Ā Tanggapan Ustadz Felix Siauw soal Tuhan Tak Perlu Dibela

Maka, tugas pemerintah adalah memberdayakan generasi produktif, agar menjadi penentu keberhasilan generasi emas Indonesia di 2045.

Menurutnya, ada tiga kelompok yang menjadi fokus pemberdayaan, mulai dari mahasiswa, komunitas pedesaan, hingga para santri.

“Dan semua kelompok strategis ini ada dalam kategori milenial,” kata Aminuddin.

Namun, beberapa tantangan masih di-hadapi pemerintah, salah satunya akses dunia pendidikan, dan ketidaksinkronan dengan dunia pekerjaan.

“Akses pendidikan, akses ketenagakerjaan. Bahwa selama ini ada tidak link and match antara dunia pendidikan dan dunia industri,” jelasnya.

Ia pun berharap, perbaikan dalam sistem pendidikan bisa berjalan, terlebih dengan adanya Mendikbud, Nadiem Makarim.

“Mewakili generasi kita, generasi anak muda, generasi milenial, ini menjadi jawaban dengan permasalahan dunia pendidikan, terutama link and match antara supply dengan pasar tenaga kerja dan demand dari dunia industri,” pungkasnya.