Yang Mana yang Benar? Polisi Bantah ada Pencabutan Izin, Panitia Festival Pantun Betawi Sebaliknya

Ngelmu.co, JAKARTA – Festival Pantun Betawi yang dipersiapkan sejak enam bulan yang lalu dibatalkan. Intimidasi dilakukan kepada panitia dan warga agar rencana tersebut tidak dilaksanakan. Namun polisi menyatakan hal berbeda.

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jakarta Selatan, Kombes Iwan Kurniawan membantah adanyapencabutan izin Festival Pantun Betawi. Izin diproses setelah semua persyaratan lengkap diberikan kepada pihak Polres Jakarta Selatan.

“Kan izinnya sudah dikeluarkan. Izinnya dikeluarkan sabtu pagi. Kokdibatalkan?” Ucap Kombes Iwan dikutip Republika,Ahad (29/10).

Kombes Iwan menyatakan izin dikeluarkan pada Sabtu pagi karena berkas lengkap baru diterima pada Jumat malam. Setelah itu izin diproses dan keesokan harinya izin tersebut dikeluarkan.

Izin terakhir yang masuk di Polres yaitu surat izin penutupan jalan dari Dinas Perhubungan. Menurutnya, surat tersebut baru diantarkan Sabtu.

“Saya pokoknya baru mengeluarkan izin hari Sabtu pagi. Karena segala sesuatunya persyaratan baru saya terima lengkap malam Sabtu. Jadi rekomendasi dari lalin dan dishub sudah. Itu baru malam Sabtu (Jumat malam, Red) saya proses besok pagi sudah saya kasih izinnya. Nggak ada pembatalan atau apa kok,” ujar Kombes Iwan.

Kombes Iwan melanjutkan semua surat izin yang masuk berproses. Surat terakhir diantarkan kepada pihak Polres pukul 21:00 WIB hari Jumat. Kemudian pagi harinya pukul 09:00 WIB surat izin sudah dikeluarkan.”Kalaupun izin keluar mepet, ya bukan salah kita. Sabtu pagi kita kasih kira-kira jam 09.00 atau 10.00,” ujar Kombes Iwan.

Kombes Iwan juga menyatakan tidak tahu menahu mengenai adanya beberapa polisi yang datang ke lokasi festival dan membawa water cannon. Menurutnya mobil tersebut hanya digunakan untuk unjuk rasa.”Kata siapa? Saya juga bingung itu kapan. Nggak. Ya kalau pun anggota polisi ada itu cuma patroli aja. Apalagi bawa water cannon itu apa. Emang mau ada unjuk rasa? Nggak lah,” ucap Kombes Iwan.

Kapolres Jakarta Selatan tersebut juga menyatakan bahwa dirinya tidak mempunyai water cannon. Menurutnya, kegiatan tersebut adalah kegiatan budaya yang pasti akan didukung.

“Itukan budaya tradisi tahunan. Kita kepolisian pasti akan mendukung. Nggak mungkin nggak. Yang penting segala sesuatu dilakukan sesuai dengan aturan, administrasi dilengkapi, kita proses,” ujar Kombes Iwan.

Sebelumnya, Ketua panitia Festival Pantun Betawi, Hadi Wibowo, menyatakan pada malam sebelum pelaksanaan ada sejumlah polisi yang datang dan menghadang proses persiapan festival. Menurutnya polisi tersebut datang sambil membawa water cannon dan senjata laras panjang.

Wibowo menyatakan Kasat Intel Polres, Effendi Sirait, bahwa izin tidak bisa dikeluarkan namun dipersilahkan untuk meneruskan acara. Oleh karena, sepulangnya dari kantor Polres panitia langsung mengadakan koordinasi dengan petugas kelurahan.

Namun yang terjadi mengejutkan pihak panitia. Pukul 19:00 WIB saat Satuan Kepolisian Pamong Praja (Satpol PP) sudah bergerak untuk menutup jalan, beberapa polisi datang untuk membubarkan. Mereka meminta Satpol PP dan panitia agar kembali membuka jalan.

“Saat itu panitia dan organisasi masyarakat (ormas) yang tergabung dalam kepanitiaan berkumpul. Karena tidak ingin ada fitnah yang bermasalah, ormas-ormas tersebut diminta membuka pakaiannya dan menggunakan atribut kepanitiaan. Tapi beberapa polisi langsung menghadang kita,” ujar Wibowo ditemui di sekretariat RW 03, Pela Mampang, Jakarta Selatan, Ahad (29/10).

Mereka berusaha untuk meneror dan membubarkan persiapan yang ada. Mereka mengusir truk yang mengangkut peralatan panggung serta sound system. Masyarakat yang ingin mempersiapkan jualannya untuk hari H pun diusir.”Bahkan pedagang juga diusir yang sudah mulai parkir di pinggir jalan. Dibilang ini EO-nya bermasalah, kabur, nggak bertanggung jawab,” ucap Wibowo.

Ternyata intimidasi tidak hanya terjadi di tempat akan berlangsungnya Festival tersebut. Salah satu pengisi acara untuk kegiatan dzikir dan doa pun ikut terkena imbasnya.

Wibowo mendapat laporan dari penanggung jawab (PJ) acara Dzikir dan doa bahwa orang yang akan mengisi acara tersebut diintimidasi. Hal tersebut diketahui pada hari Sabtu pukul 03:15 WIB menjelang subuh.

Akibat dari intimidasi yang dilakukan secara terus menerus panitia merasa akan riskan jika kegiatan terus dilakukan. Pihak panitia pun bersepakat kegiatan Festival Pantun Betawi tidak jadi dilaksanakan.