Berita  

Apa Alasan Gresik, Jember, Hingga Situbondo Tolak Ustaz Hanan Attaki?

Tolak Ustaz Hanan Attaki

Ngelmu.co – Apa sebenarnya alasan Gresik, Jember, hingga Situbondo, menolak Ustaz Hanan Attaki (UHA), untuk berceramah di wilayah mereka?

Gresik

Seharusnya, pada 30 Juli mendatang, UHA mendatangi Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim di Gresik, untuk berceramah; dalam rangkaian ‘Konser Langit’.

Namun, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Gresik, keberatan. Sebab, pihaknya menyinyalir UHA sebagai eks anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

“Informasi yang kami terima, memang benar penceramahnya Ustaz Hanan Attaki. Penceramah itu disinyalir eks anggota HTI.”

“Ini bukan men-justice dia eks anggota HTI,” tutur Sekertaris PCNU Gresik Mohammad Syifaul Fuad, Senin (11/7/2022) lalu.

Ia juga menjelaskan bahwa PCNU, tidak dapat memastikan apakah benar UHA merupakan mantan anggota HTI atau bukan.

Pasalnya, PCNU sendiri tidak mengetahui struktur organisasi HTI–yang kini sudah dilarang itu.

Adapun PCNU menyinyalir UHA sebagai eks anggota HTI adalah berdasarkan jejak digital yang beredar luas.

“Kalau memastikan mantan anggota HTI atau bukan, kami tidak bisa, karena kami tidak tahu strukturnya.”

“Tapi dari jejak digital ‘kan bisa kita lihat. Salah satunya ustaz itu menyebut jika Rasulullah pernah tersesat,” ujar Syifa.

Itu mengapa PCNU, melalui Lembaga Takmir Masjid Gresik (LTMG), mengirim surat keberatan kepada Bupati Gresik, terkait ‘Konser Langit’ UHA.

“Setelah melihat poster kegiatan itu, kemarin [re: 10 Juli 2022], lembaga masjid NU, sudah mengirim surat keberatan kepada bupati.”

“Kami berharap agar panitia mencari penceramah atau narasumber yang agamis, yang religus, dan dekat dengan kearifan lokal,” kata Syifa.

PCNU LTMG juga menyesalkan jika Masjid Agung yang merupakan aset pemerintah, menjadi lokasi kegiatan tersebut.

Apalagi jika penceramahnya disinyalir sebagai eks anggota HTI.

Menurut Syifa, surat itu adalah aspirasi dari suara tokoh agama serta tokoh masyarakat Gresik.

“Kalau penceramah eks HTI ‘kan berat. Apalagi ditempatkan di Masjid Agung yang notabene milik Pemkab Gresik.”

“Intinya, kami keberatan-lah. Kalau bisa, enggak usah mengundang ustaz itu,” tutup Syifa.

UHA Buka Suara

Kabar penolakan serta tudingan sebagai eks anggota HTI pun sampai ke telinga Ustaz Hanan Attaki.

Maka melalui kanal YouTube-nya, UHA berupaya menjawab fitnah dengan mengunggah video berdurasi 10 menit 31 detik.

Berikut garis besarnya:

Melalui video ini, saya ingin menjelaskan kekeliruan, bahwa saya, disinyalir sebagai eks anggota HTI.

Ini jelas keliru, ini jelas salah, bahkan ini cenderung mengarah ke fitnah, karena tidak sesuai fakta dan realita.

Kenyataannya adalah saya bukan anggota HTI. Jangankan menjadi anggota struktur, simpatisannya saja bukan.

Saya mengambil mazhab Syafi’i, karena saya belajar di Al-Azhar, dan dulu nyantri selama 6 tahun, ketika masih di Aceh.

Sehingga, tidak ada hubungan sama sekali saya dengan HTI.

Fakta lain adalah ketika saya menggelar tablig akbar di luar masjid, kami pasti meminta panitia untuk dibuka dengan melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Dalam berita yang saya baca, ada penjelasan saya disinyalir eks anggota HTI, berdasarkan jejak digital yang beredar luas.

“Salah satunya, ustaz tersebut menyebut jika Rasulullah pernah tersesat.”

Ini juga sangat salah, karena orang yang pernah menyebut Rasulullah pernah tersesat itu bukan saya.

Tapi beliau adalah Ustaz Evie Effendi, yang pernah keliru dalam menyampaikan, menafsirkan surat Ad Dhuha.

Beliau pernah mengatakan bahwa Rasulullah pernah tersesat, tapi sudah meminta maaf, dan sudah memberikan klarifikasi.

Beliau memang sering memakai pakaian yang sama [dengan saya].

Mungkin beliau memiliki kemiripan dengan saya dalam berpenampilan.

Tapi harusnya ini tidak terjadi kepada kita yang menjadi tokoh publik, kita yang berada di organisasi memiliki kewibawaan publik, kita yang berilmu dan berpendidikan.

Jadi, ini bertolak belakang dengan fakta.

Saya ingin menyampaikan beberapa penjelasan untuk menegaskan, bawah saya bukan anggota HTI atau simpatisannya.

Saya juga tidak pernah menyampaikan nabi itu tersesat, dan jika ada potongan-potongan video yang memberi judul mendukung perpecahan bangsa, itu bukan dari tim kami.

Untuk itu, jangan pernah menyebarkan berita ketika tidak bisa menunjukkan bukti.

Dari sekian banyak komentar yang masuk ke kanal YouTube UHA, Ngelmu menyoroti yang paling atas.

Berasal dari warganet bernama Septian Dwi Nugroho, yang mengaku sebagai warga Jawa Timur.

“Mohon maaf sebesar-besarnya, khusus Ustaz Hanan Attaki. Maju terus ustaz, jangan berhenti berdakwah di Jawa Timur.”

“Jawa Timur adalah provinsi yang damai untuk semua para ulama. Saya sendiri sangat terinspirasi dengan dakwah yang ustaz bawakan.”

“Tidak kaku-kaku amat, dan mudah dipahami oleh semua anak muda,” sebut Septian.

“Semoga Ustaz Hanan Attaki selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala,” pungkasnya, melayangkan doa.

Baca Juga:

Terpisah, setelah mendengar penjelasan tersebut, PCNU LTMG pun menulis surat untuk menanggapi klarifikasi UHA.

UHA kemudian mengunggah surat tersebut di akun Instagram pribadinya, @hanan_attaki.

“Alhamdulillah, sudah clear, ya. Berarti prasangka bahwa saya eks HTI adalah salah.”

“Setelah ini, yuk, fokus berkarya 😊 Terima kasih tidak terhingga untuk semua followers baik hati, atas dukungannya, ya. Cinta kalian semua❤️”

“Terima kasih untuk kawan-kawan PCNU LTM Gresik atas pengertiannya. Semoga enggak ada lagi miskomunikasi setelahnya. Barakallah fikum.”

Jember

Sayangnya, kesalahpahaman sebelumnya, tidak membuat rencana UHA untuk berceramah di wilayah lainnya menjadi lancar-lancar saja.

Wilayah Jatim lainnya yang juga keberatan dengan kehadiran UHA adalah Jember.

Pemkab Jember tidak memperkenankan ‘Konser Langit’ yang rencananya akan berlangsung pada 29 Juli 2022 mendatang.

Tepatnya di GOR PKSPO Jalan Nusantara, Kecamatan Kaliwates, Jember, pukul 17.00 WIB.

Bahkan, Wakil Bupati Jember Muhammad Balya Firjaun Barlaman langsung yang menyampaikan penolakan ini ketika audiensi dengan pihak penyelenggara.

“Alhamdulillah, ketika kita bergerak dari hati ke hati, bukan karena soal kebencian dan sebagainya.”

“Mereka bisa memahami apa yang menjadi kekhawatiran dari masyarakat Jember.”

“Bukan persoalan dari majelisnya, bukan persoalan pengadaan pengajiannya, tapi dari narasumbernya,” tutur Firjaun di Pemkab Jember, Kamis (21/7/2022).

Penolakan kegiatan ceramah, sambungnya, lebih kepada masyarakat Jember yang belum mengenal sosok UHA sebagai penceramah.

“Mungkin di salah satu daerah, narasumber tidak ada resistensinya, tapi di Jember, sebagian masyarakat masih belum begitu mengenal [Ustaz Hanan Attaki].”

“Sehingga kita mengedepankan satu prinsip, dar’ul mafasid muqaddamu ‘ala jalbil masholih.”

“Bahwa, menghindar dari risiko lebih diutamakan, daripada mendatangkan kemanfaatan,” lanjut pria yang juga mengasuh Ponpes Ashtra (Asshiddiqi Putra) Talangsari, Jember itu.

Baca Juga:

Menurut Firjaun, audiensi dengan hasil membatalkan kegiatan ceramah ‘Konser Langit’, telah sesuai dengan kesepakatan bersama.

“Ini adalah sama pikirannya, dan ternyata sumbernya juga sama… ketika sama, insya Allah, akan mudah diterima dari pihak panitia.”

“Dengan legawa dan besar hati, membatalkan pelaksanaan ‘Konser Langit’, yang akan diadakan di Jember,” imbuh Firjaun.

“Unsur yang menolak dari NU, kemudian Ansor. Kalau dari Muhammadiyah, tidak mempersoalkan.”

“Kalau dari yang lain, [keberatan] secara lisan, banyak. Bahkan, ada yang kemudian agak ekstrem.”

“Kalau diteruskan, akan dihentikan di tengah jalan,” beber Firjaun.

Ia juga menyebut bahwa dengan adanya audiensi, pihak panitia sudah menerima serta memaklumi.

“Tentu orang yang lapang, ia akan menerima keadaan seperti ini dengan tidak memaksakan kehendak.”

“Ini diminta di wilayah Jember, dan mereka [pihak panitia] sudah memahami itu. Kalau misalkan di luar Jember, monggo, silakan,” tutup Firjaun.

Di sisi lain, setelah rapat audiensi, pihak panitia pelaksana ceramah bertajuk ‘Konser Langit’, enggan berkomentar dan langsung meninggalkan ruangan.

Situbondo

Bukan hanya di Gresik dan Jember, penolakan terhadap UHA ternyata meluas, sekalipun yang bersangkutan telah memberikan klarifikasi.

Berkaitan dengan rencana pemindahan ceramah bertema ‘Konser Langit’ dari Jember ke Situbondo.

Pada Senin (25/7/2022) ini, PCNU setempat juga melayangkan penolakan terhadap Ustaz Hanan Attaki.

Menurut Ketua PCNU Situbondo KH Muhyiddin Khotib, salah satu alasannya adalah karena UHA, disinyalir sebagai salah satu pengurus ormas yang telah dilarang; HTI.

“Informasinya, ia memang disinyalir sebagai pengurus HTI yang anti-NKRI,” ujarnya, Ahad (24/7/2022) kemarin.

Maka itu PCNU, akan tegas menolak jika ‘Konser Langit’ dipindahkan ke Situbondo, sebagaimana telah santer terdengar beberapa hari terakhir ini.

“Alasan kami tegas, menjaga demokrasi dengan memperketat masuknya ideologi yang bertentangan dengan falsafah Pancasila.”

“Bahkan, mengancam keutuhan NKRI,” sambung pria yang juga mengajar di Ponpes Sukorejo itu.

Lebih jauh, Khotib juga mengingatkan bahwa Ponpes Sukorejo adalah tempat dilaksanakannya Muktamar NU Ke-27 pada 1983, sekaligus menghasilkan deklarasi penerimaan asas tunggal Pancasila.

Baca Juga:

Ini bukan kali pertama Ustaz Hanan Attaki, mendapat penolakan.

Namun, bukan berarti pendiri Pesan Trend dan juga Sekolah Rimba Indonesia itu menyerah.

Sebab, segala tudingan yang mengarah kepadanya memang tidak terbukti, bahkan cenderung mengarah ke fitnah, karena tidak sesuai fakta dan realita.