Berita  

“Apakah Bapak Sungguh Tak Bisa Adil Sejak dalam Pikiran?”

Banjir Jakarta 2020 Semarang 2021 Menteri PUPR Basuki
Warga mengangkut sepeda motor dengan mengarungi jalan yang terendam banjir di Jalan Raya Arteri Soekarno-Hatta, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (6/2/2021). Sejumlah jalan protokol maupun alternatif di Kota Semarang terendam banjir dengan ketinggan bervariasi antara sekitar 20 sentimeter hingga sekitar 1 meter, akibat curah hujan tinggi, sejak Jumat (5/2/2021) malam, serta kurang lancarnya drainase yang menyebabkan lalu lintas terganggu. (ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)

Ngelmu.co – Persoalan banjir, tidak pernah luput dari komentar berbagai pihak. Mulai dari publik, hingga pejabat. Salah satu yang menjadi sorotan adalah komentar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono.

Salah seorang pengguna media sosial Twitter, @putrafajar1945, pun bertanya, “Dear Pak Menteri, apakah Bapak sungguh tak bisa adil sejak dalam pikiran?”

Ia melontarkan pertanyaan itu, sembari melampirkan dua artikel yang berisi komentar Basuki–terkait banjir–di Jakarta pada Januari 2020 lalu, dan di Semarang, Jawa Tengah, Februari 2021 ini.

Jakarta, Januari 2020

Dalam artikel, ‘Banjir Jakarta, Basuki Sindir Normalisasi vs Naturalisasi‘, yang Tempo rilis pada Jumat, 3 Januari 2020, Basuki bicara soal penanganan.

Ia juga menyinggung naturalisasi Sungai Ciliwung yang dikehendaki Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

“Buat saya, mau naturalisasi, mau normalisasi, dikerjakan gitu. Jangan enggak dikerjakan,” tuturnya, usai rapat terbatas tentang penanganan banjir di Kantor Presiden, Jakarta.

Basuki juga menerangkan, dalam normalisasi atau naturalisasi sungai, perlu perlebaran, karena jika tidak, maka masalah banjir tak selesai.

Pendapatnya dan Anies, memang berbeda soal penanganan banjir besar yang saat itu melanda Jakarta dan sekitarnya.

Sebab, Basuki menilai proyek normalisasi Kali Ciliwung harus berlanjut [sepanjang 33 kilometer, saat itu penggarapannya baru selesai 16 kilometer].

Sementara Anies, berpendapat jika penyebab banjir adalah karena tidak adanya pengendalian air yang masuk dari selatan ke DKI.

Ia juga tidak setuju dengan normalisasi sungai, karena lebih memilih naturalisasi sungai.

Semarang, Februari 2021

Sementara dalam artikel, ‘Semarang Banjir, Menteri PUPR: karena Curah Hujan Ekstrem Tiap 50 Tahun‘, yang juga dirilis Tempo, Sabtu (6/2) lalu, penilaian Basuki berbeda.

Menurutnya, banjir di Semarang, terjadi karena curah hujan yang ekstrem, sekaligus pasang air laut yang cukup tinggi.

“Berdasarkan data curah hujan, ini ekstrem, seperti prediksi BMKG, 171 milimeter hujan, menurut hitungan hidrologi, return period atau periode ulangnya 50 tahunan,” kata Basuki, di kawasan Berok Kota Lama, Sabtu (6/2).

Maka menurutnya, peran pompa air dalam menangani banjir di Semarang, sangat penting.

Basuki juga meminta, agar revitalisasi aliran sungai-sungai di kota itu, terus berlanjut.

Ia pun menjelaskan, drainase di Kawasan Kota Lama yang sudah selesai direvitalisasi itu, telah didesain untuk mencegah banjir [sejauh ini sudah tiga pompa air dioperasikan untuk memompa air ke Kali Semarang].

Baca Juga: Kalsel Banjir dan Majene Gempa, PKS Langsung Kirim Relawan

Terlepas dari komentar Menteri PUPR Basuki soal banjir di Jakarta (2020) dan Semarang (2021), BMKG [Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika] pun menyampaikan penjelasan.

“Curah hujan kemarin [Rabu, 1 Januari 2020] adalah yang tertinggi selama 24 tahun terakhir, berdasarkan data sejak 1996,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Kamis (2/1/2020).

“Data curah hujan dengan intensitas tertinggi kemarin, 377 mm per hari, di Halim,” sambungnya.

Adapun histori banjir besar Jakarta dan intensitas hujan harian [sumber BMKG], adalah:

  • 216 mm per hari di tahun 1996;
  • 168 mm per hari di tahun 2002;
  • 340 mm per hari di tahun 2007;
  • 250 mm per hari di tahun 2008;
  • > 100mm per hari di tahun 2013;
  • 277 mm per hari di tahun 2015; dan
  • 100-150 mm per hari di tahun 2016.

Sedangkan BMKG Stasiun Klimatologi Kota Semarang, mencatat peta sebaran curah hujan harian kota tersebut pada Sabtu (6/2), pukul 07.00 WIB, terukur hujan dengan intensitas lebat-ekstrem.

Curah hujan di Stasiun Meteorologi Ahmad Yani, pukul 07.00 WIB, terukur sebesar 171 mm.

BMKG juga mencatat curah hujan tertinggi terukur di Pos Hujan Beringin, Kecamatan Ngaliyan, dengan 183 mm.

Sementara Pos Hujan Meteseh, Kecamatan Tembalang, mengalami curah terendah, yakni 69 mm.

Kembali ke kicauan @putrafajar1945. Hingga berita ini ditulis, cuitannya sudah di-retweet seribu kali, dan di-likes oleh lebih dari 2.500 akun Twitter lainnya [sekaligus mendapat 160 balasan].