Islamofobia-Pembakaran Al-Qur’an Tak Mampu Padamkan Pertumbuhan Islam di Eropa!

Pertumbuhan Islam di Eropa

Ngelmu.co – Islamofobia hingga pembakaran Al-Qur’an, tidak mampu memadamkan pertumbuhan Islam di Eropa.

Berbagai kebencian dan kejahatan itu justru membuat banyak pihak penasaran, apa yang membuat para pembenci begitu menyerang Islam.

Mereka pun mulai mencari tahu tentang Islam, mencoba mengenal, dan tidak sedikit yang berakhir dengan jatuh cinta.

“Terlepas dari Islamofobia yang meluas, pembakaran Al-Qur’an, dan liputan negatif media, Islam tetap menjadi agama yang tumbuh paling cepat di Eropa.”

“Banyak orang Eropa, termasuk saya sendiri, berbondong-bondong memeluk Islam. Alhamdulillah, Allah telah memberi kita kemenangan!”

Demikian pernyataan Robert Carter melalui akun Twitter pribadinya @Bob_cart124, yang Ngelmu kutip pada Jumat (27/1/2023).

Menurut penelitian Pew Research Center, jumlah pemeluk Islam di Eropa, memang terus meningkat.

Setahun sejak pertengahan 2010, jumlah penganut Islam di Eropa, bertambah.

Dari 3,8 persen menjadi 4,9 persen, atau dari 19,5 juta orang menjadi 25,8 juta jiwa.

Adapun perkiraan jumlah muslim di Eropa pada 2022, mencapai 44 juta atau 6 persen dari keseluruhan penduduk.

Pada 2021, populasi muslim di United Kingdom (UK), mencapai 3,9 juta jiwa atau 6,5 persen dari total penduduk.

Maka perkiraan pada 2050 mendatang, populasi Islam di Eropa akan meningkat hingga 11,2 persen; atau bahkan lebih.

Ini bergantung seberapa banyak migrasi yang diizinkan ke Eropa.

Namun, kalaupun migrasi dihentikan di masa mendatang, tetap akan meningkat sekitar 7,4 persen.

Angka penduduk muslim akan terus bertambah tiap tahunnya, seiring dengan bertambahnya angka kelahiran bayi muslim.

Baca Juga:

Selain itu, ketertarikan orang terhadap Islam juga terus membuat mereka termotivasi untuk memeluk Islam.

Itu mengapa menurut Robert Carter, berbagai aksi kebencian terhadap Islam, tidak akan mengurangi pertumbuhan muslim.

Malah bisa jadi, berbagai aksi serupa malah makin memancing orang untuk mengetahui apa itu Islam.

Lalu, mereka mempelajari, hingga akhirnya mengimani. Sebagian besar alasannya karena mereka merasa tenang, dan bahagia hidup sebagai muslim.

Islam adalah agama penuh kearifan, sumber ketenangan batin yang mengarahkan pemeluknya untuk senantiasa dekat dengan Allah.

Sehingga pikiran mereka sebagai umat jernih dalam menjalani hidup, menebarkan kearifan, kebersamaan, dan koeksistensi.

Islam tidak mengajarkan umatnya untuk menebarkan kenegatifan, kebencian, apalagi menginjak atau membakar kitab agama lain.

Robert Carter yang bersyahadat pada usia 16 tahun, mengaku jika keputusan itu menjadi hal terbaik dalam hidupnya.

Kini, ia pun aktif membuat konten digital tentang keislaman. Allahu Akbar!